XLI

3.4K 197 26
                                    

Aura berjalan menelusuri gedung sekolah seorang diri, sesekali ia bersenandung bagai orang yang paling bahagia.

Bibir pink kemerahan itu terus mengembangkan senyuman, sesekali ia terkekeh menatap para murid yang masih berlalu lalang di depan kelas.

Membawa langkah hingga sampai di tempat tujuan, mendekat ke arah garis polisi yang masih melintang.

Matanya menatap ke segala arah, hingga akhirnya dia tersenyum saat apa yang ia cari ada di sana.

"Mengakhiri mereka bukanlah hal sulit untukku" Tangannya meraih benda yang ia temukan tadi.

"Kita mulai permainan yang sebenarnya" Setelah mengatakan itu, Aura menelpon seseorang.

"Lakukan" Menatap ke arah setiap kelas yang bisa di lihat dari atas rooftop bangunan itu.

Berbeda dengan Aura, semua murid tengah fokus menatap ke arah proyektor yang menampilkan materi pelajaran yang saat ini tengah guru terangkan.

Semua murid sibuk mencatat materi pelajaran, tiba-tiba layar proyektor berganti tampilan. Saat ini mereka semua terdiam, apa yang di tampilkan di layar proyektor adalah seorang wanita tengah berdiri di atas rooftop sekolah.

Semua guru merasa heran dengan apa yang terjadi, mencoba mengubah tampilan laptopnya tapi tidak bisa.

Seketika suasana hening saat wanita yang ada di layar proyektor berbicara.

"Kenapa harus aku?"

"Apa salahku? Aku hanya ingin di cintai, tapi kenapa mereka tega melakukan ini? Bahkan, pria yang kucintai ternyata berbohong padaku. Tubuh ini kotor, aku merasa jijik hiks"

"Harusnya aku tidak percaya dengannya, harusnya aku tidak gampang mempercayainya, Mama Aurel kotor, papah maaf."

"Tuhan, apakah aku terlalu serakah jika menginginkan kebahagiaan? Apakah aku terlalu serakah?! Aku membenci kalian, aku benci kalian!! Kalian terus menuduhku tanpa tau yang sebenarnya, kalian ingin aku mati bukan? Baiklah, akan aku turuti kemauan kalian."

Wanita itu menaiki pembatas yang ada di atas rooftop, sesekali ia menatap ke arah langit.

"Tuhan aku menyerah, bahkan jika aku tetap hidup rasa jiji dengan tubuh ini tidak akan pernah hilang"

Terdengar suara murid lain yang memintanya untuk tidak melakukan hal itu, ia tersenyum menatap ke bawah di mana para murid dan guru terus meminta untuk turun.

Sebelum benar-benar menjatuhkan diri, perkataannya membuat mereka yang tengah menyaksikan layar proyektor terdiam.

"Aku tidak bisa menepati janji itu. Aku harap, kamu tidak membenci mereka. Rara, kakak sayang kamu." Setelah mengatakan itu, Aurel menjatuhkan tubuhnya.

"Aaaaaaaaaaaaa" Teriakan semua murid terdengar di setiap kelas, bahkan di ruang guru.

Mendengar itu, Aura tersenyum.

Detik selanjutnya, layar proyektor berganti rekaman seorang wanita yang terikat di sebuah kursi dengan kondisi yang tidak bisa di bilang baik. Wajah penuh luka, bahkan pakaiannya berlumuran darah.

"Aurel hiks, maaf aku-aku minta maaf" 

"Maaf? Itu tidak berlaku untukku"  Ucap seorang wanita, yang berdiri di depan wanita yang terikat di sebuah kursi

"A-aku akan mengakui semuanya, aku kasih tau kamu siapa dalang dari semua ini, tapi aku mohon jangan bunuh aku" Wanita di depan tertawa lepas.

"Hahahahhaa, kau pikir aku peduli?" 

BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang