VII

12.8K 463 0
                                    

Seorang pria paruh baya terlihat gelisah saat mendapat sebuah panggilan yang terus menerus menelponnya.

Dengan paksa ia menjawab panggilan itu.

'Dia akan kembali" Pria paruh baya mengernyitkan keningnya.

Panggilan pun terputus.

Tak lama ia mendapatkan sebuah pesan.

"Anakmu mengabaikan apa yang telah dia peringatkan."

Lagi-lagi pria paruh baya itu terlihat bingung dengan isi pesan.

Tak lama ponselnya menerima pesan kedua.

"Dendam dan ambisinya akan membunuh siapapun yang terlibat dalam kasus itu."

Dan di saat bersamaan pesan ketiga pun muncul, dan berhasil membuat pria paruh baya itu menjatuhkan ponselnya.

"Termasuk anakmu. Tuan Digantara"

Digantara, seorang pria ambisius yang selalu mementingkan bisnis ketimbang keluarga, ia membangun sebuah perusahaan dari nol hingga saat ini menjadi sebuah perusahaan yang berhasil menduduki peringkat nomor 2 dalam jajaran miliarder.

Menikahi seorang wanita yang juga mempunyai bisnis caffe dan boutique adalah nilai plus dirinya. Dan tak lupa ketiga anaknya yang sangat ia sanjung.

Sayangnya, dia tidak sering berada di rumah, dan selalu menghabiskan waktu berada di luar untuk mengurus bisnis dan perusahaan yang kini tengah menduduki masa kejayaan.

Sehingga pesan terakhir tadi berhasil membuatnya hampir terkena serangan jantung.

Siapa?

Siapa dari ketiga anaknya yang terlibat dalam kasus itu?

Benar, kasus itu bukanlah kasus kecil yang bisa di tutup dengan uang.

Kasus yang melibatkan seorang pengusaha yang terkenal dengan ke gilaannya dalam dunia bisnis.

Berbagai cara licik akan di lakukan olehnya untuk mendapatkan apa yang di inginkan, dan kini anaknya ikut terlibat dengan pengusaha psikopat itu?

Apa, apa yang selama ini dia lakukan? Kenapa dia tidak menyadari jika anaknya ikut terlibat dalam kasus itu.

Dan sekali lagi, dia bertanya pada dirinya sendiri.

Siapa dari ketiga anaknya yang terlibat?

Aura bosan mendengar apa yang saat ini guru terangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aura bosan mendengar apa yang saat ini guru terangkan.

Ayolah, dia sudah menghapal materi yang di jelaskan itu. Bahkan pelajaran di Indonesia lebih lambat dari pelajaran di Australia.

Bukankah membosankan, saat kalian sudah menghapal satu materi, tapi guru kembali menerangkan walau dengan cara yang berbeda namun hasilnya tetap sama?

Dengan sikap masa bodonya, dia mengangkat satu tangan.

Guru yang tengah menerangkan pun seketika terhenti, saat melihat salah satu muridnya mengangkat satu tangannya.

"Iya Aura?"

"Maaf Bu, saya ijin ke toilet."

"Silahkan Aura. Baik, yang lainnya buka bab 6 dari halaman 25 kita lanjutkan dengan contoh soal"

Setelah mendapatkan ijin, Aura berjalan meninggalkan kelas tanpa menyadari dirinya di tatap salah satu siswa.

Aura kini membawa langkahnya menuju kantin, dan bukan toilet.

Ayolah, sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10.25 dan lima menit lagi adalah jam istirahat.

Dengan santainya, dia mendatangi salah satu stand jajanan yang tersedia di kantin yang lumayan luas itu.

"Mba," Penjual itu terlihat kaget, saat Aura datang dengan tiba-tiba.

"Eh, astaghfirullah. Loh, dah keluar aja neng bukannya kurang lima menit lagi ya?"

"Lapar mba, dari pada pingsan di jam pelajaran kan ngga asik." Mendengar respon tersebut, tentu membuat sang penjual menggeleng.

"Mau pesen apa neng?"

"Emm, lemontea ice, sama bakso merconnya satu."

"Siap neng," Setelahnya Aura memilih untuk mencari tempat duduk.

Aura duduk di meja yang sedikit pojok dengan bernomor meja 15.

Tak lama, bel istirahat pun ikut berbunyi.

Tringgg

Kantin mulai di penuhi dengan para murid yang berebut untuk menuju stand makanan yang mereka inginkan.

Sedikit dari para murid yang terkejut akan adanya gadis yang tak di kenal duduk sendiri di kantin saat jam istirahat baru berbunyi.

Makanan Aura sampai, dan sang penjual menyajikannya dengan sedikit di taburi lelucon.

"Nah neng, makanan siap. Kalo kurang bisa nambah lagi, tapi jangan lupa bayar yah." Aura hanya menanggapi dengan senyuman.

"Eh, nengnya baru ya di sini. Teteh ngga pernah liat." Sekali lagi, Aura hanya mengangguk dan mulai meminum pesannya.

"Eh iya mba, totalnya jadi berapa?" Saat penjual akan meninggalkan meja, Aura bersuara.

"Jadi 20rb neng. Jangan panggil mba atuh neng, panggil aja teteh." Aura tersenyum dan mengeluarkan selembar uang berwarna hijau dari dalam saku almamater seragamnya.

"Makasih teteh." Aura mengucapkan dengan nada lembut, dan di balas kekehan si teteh penjual itu.

Setelahnya Aura hanya menikmati makanannya dan memainkan ponsel.

Saat tengah asik dengan kenyamanannya sendiri, dari arah lain terdengar suara benda pecah.

PRANGGG

PRANGGG

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC!

See you next chapter.

BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang