27 - Dear

114 17 0
                                        

Masih menunggu Wednesday Season 2 🫂

*-*

Seorang wanita dengan pakaian formal nya berjalan dengan langkah lebar dengan seikat bunga di tangan nya.

Di sepanjang lorong banyak sapaan yang di terima nya dan Ia membalas dengan anggukan serta senyum.

Begitu sampai Ia masuk ke dalam ruangan yang biasa nya dikunjungi.

"Hai sayang, bagaimana hari ini? Lebih baik?"

Enid mengangguk sembari tersenyum.

Bagi kebanyakan orang di mata mereka, Wanita itu tidak akan memiliki umur yang akan panjang, banyak nya alat yang menempel dan tubuh yang kurus.

Tapi tidak dengan Wednesday.

Wanita nya selalu terlihat sempurna dan cantik, begitu menawan.

"Kamu bisa pulang dulu Weds, mandi dan berganti pakaian"

"Aku bisa melakukan nya disini dan juga kamu rumah ku, bukan bangunan yang dingin itu" Jawab Wednesday dengan cepat.

"Kamu terlihat lebih lelah sayang"

"Karena hampir 13 jam aku tidak melihat kamu..."

Kedua mata Enid memutar dengan malas membuat Wednesday tersenyum.

"Sudahi kata-kata yang terdengar aneh bagi ku"

Wednesday tertawa lalu ia mengganti bunga yang kemarin ia bawa dengan bunga baru.

Kemudian membuang nya pada tempat sampah.

Dan barulah ia mendekat pada Istrinya.

Mengecup kening nya dan memeluk Enid dengan nyaman.

"Dear, besok aku ada kegiatan perusahaan sampai pukul tujuh malam, maaf jika aku terlambat"

"Tidak apa-apa sayang"

"kemari, beri aku pelukan lagi"

Wednesday tersenyum lalu memeluk Enid dengan erat, begitu juga sebaliknya.

"ini nyaman" gumam Enid.

Mereka berdua menghabiskan malam dengan perbincangan dan candaan.

Hanyut dalam rasa sayang yang mereka berikan satu sama lain.

Hingga bunyi dering telfon Wednesday mengalihkan kedua nya.

Wednesday melihat ke arah nama penelfon dan menolak panggilan.

Telfon kembali berdering.

"Angkat saja Weds, sepertinya penting" ucap Enid sembari melihat pada ponsel Wednesday.

"ini dari nomor tidak dikenal"

Enid hanya mengangguk percaya hingga dering telfon kembali berbunyi.

Wednesday menghela nafas kemudian melihat pada Enid dengan tatapan rasa tidak enak.

"Akan ku angkat, aku permisi dulu" pamitnya kemudian mengecup pucuk kepala Enid.

Enid tersenyum sampai Wednesday tidak terlihat lagi di dalam ruangan.

Ia lebih memilih untuk menaikkan volume televisi, ia menghela nafas.

Pandangan nya tidak mengarah pada Televisi, ia menatap ke arah luar jendela.

Ingatan masa lalu nya langsung terputar begitu cepat.

Wanita itu kembali menghela nafas ketika ada rasa yang membuat dirinya sesak, menyeruak semakin dalam.

Namun memikirkan kembali bagaimana sekarang membuatnya tersenyum tipis lalu menatap pada Televisi.

Dan sesaat kemudian Wednesday masuk dengan senyuman sedih nya.

"Dear..., sepertinya aku harus pergi"

"kembali ke kantor?"

Wednesday mengangguk.

"tidak apa-apa, ayo cepat bersiap, mereka menunggu"

"Terima kasih Sayang"

"tapi saat kamu kembali bawakan aku roti bakar ya?"

"akan ku belikan, ada lagi?" Tanya Wednesday sembari memakai blazer nya.

Enid menggeleng kecil.

Wednesday merapikan sedikit rambutnya lalu kembali mengecup pipi Enid.

"jika kamu membutuhkan sesuatu, langsung hubungi aku saja, aku pergi dulu, bye sayang"

"tentu, hati-hati di jalan"

Wednesday melangkah keluar dari dalam ruangan.

Ia berjalan di lorong dengan perasaan sedih nya.

Tangis nya langsung pecah begitu saja, ia langsung terduduk pada kursi rumah sakit.

Menyesali perbuatan nya yang terjadi pada masa lalu.

Begitu ringan dirinya untuk menyakiti Enid hanya karena Enid peduli padanya sejak mereka kecil.

Dan ayah nya datang berbicara, meminta Wednesday menikah dengan Enid.

Rasa kesal pada dirinya semakin besar sampai ia menyadari semuanya dengan amat terlambat.

Seseorang datang menghampiri Wednesday dengan langkah tergesa.

"Istri Anda Nona..."

Wednesday langsung bangkit dari duduk nya dan berlari ke arah ruangan Istrinya.

Kini di pandangan nya, banyak dokter dan perawat yang keluar masuk dari dalam ruangan Enid.

Wednesday dengan cepat menerobos masuk hingga dirinya tertahan oleh perawat dan diminta untuk menunggu di luar.

Ia menahan dirinya agar tidak terdorong keluar ruangan hingga bunyi dengingan panjang membuat Wednesday terdiam.

Para Perawat kembali mendorong keluar Wednesday.

Wednesday terduduk di lantai koridor dengan pandangan kosong nya.

Air mata terus mengalir.

Hingga pintu kamar terbuka dan menampakkan dokter dengan raut wajah menyesal nya.

Wednesday langsung bangkit dari duduk nya.

"Bagaimana keadaan nya?!" Tanya nya.

"Maafkan kami Nona..., Tuhan meminta Nona Enid berpulang pada-Nya"

Wanita itu menubruk kasar bahu dokter serta perawat yang menghalangi pintu masuk.

Ia melihat pada Enid yang terbujur kaku dengan perawat yang tengah melepaskan alat medis yang melekat.

Wednesday memeluk tubuh Enid, mencurahkan segala perasaan nya.

"Terima kasih sudah peduli selamanya pada ku Enid, I love you in every Season Dear..."

*-*

703 kata.

Terima kasih sudah membaca.

This time - OneShootsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang