"Bisa bantu aku ambil obat di sana?"
"tentu"
Ia mengambil obat yang dimaksud lalu memberikan pada rekan kerja baru nya.
"Ini kau bisa pergi ke kamar 88,dia sejauh ini tenang,kau tidak perlu khawatir hanya perlu berikan ini lalu kau bisa kembali ke sini"
"baik"
Kemudian ia menerima obat yang sudah disesuaikan dosis nya dan mulai berjalan dengan santai menuju ruangan yang diminta.
sesaat sampai ia menatap pintu yang memiliki angka 88 itu.
'Tok,tok,tok'
"Aku akan masuk"
Sebelum ia masuk,ia menutup ventilasi pintu lalu masuk kemudian mengunci pintu dan menghampiri seorang gadis yang tengah terduduk memandangi ventilasi udara.
Ia ikut terduduk di sebelah nya lalu mengelus rambut gadis itu.
"babe..."
Gadis itu tetap memandangi ventilasi udara tanpa berkedip.
"Tidak merindukan aku hmm? ya sudah aku pergi"
Ia bangkit dari duduk nya tetapi gadis itu menahan lengan nya,ia tersenyum.
"ada apa? bukan nya kamu tidak merindukan ku?"
"aku akan memakan obat nya,berikan Enid"
Enid membuang obat itu lalu duduk di sebelah gadis itu.
"tidak perlu,aku tahu kau pasti akan sembuh jika melihat ku Winnie"ucap nya sambil tersenyum lalu memeluk Wednesday.
Wednesday membalas pelukan Enid,Ia menaruh kepalanya di ceruk leher Enid,menghirup bau yang sudah lama ia rindukan.
"kau tidak mau menanyakan bagaimana aku bisa disini?"
"aku tidak peduli,yang kupedulikan hanya kau disini,bersamaku,aku mencintaimu,dengan sangat"
"ya kau harus mengatakan nya dengan nada seperti itu,aku menyukai nya"ucap Enid.
Tangan Enid mengelus punggung Wednesday hingga kedua bibir itu tidak tersisa jarak diantaranya.
Kecupan itu berubah menjadi lumatan hingga semakin dalam dan suara nya memenuhi ruangan.
"berbaringlah dan kita akan menyelesaikan nya dengan baik"
*-*
"Mengapa kau begitu lama? dia melakukan sesuatu?"
"kami hanya berbincang"
"berbincang?"
"ya,ada apa?"
"Dia pasien yang tidak pernah mengatakan 1 patah kata pun pada petugas atau pada dirinya sendiri,sepanjang hari ia hanya melihat terus ke arah ventilasi udara"
Enid mengangguk mengerti.
"bersiaplah saat jam 5 sore nanti beberapa pasien akan di keluarkan dari kamar nya dan akan dibawa menuju ruang tengah"
"baik"
Enid pun meninggalkan rekan nya kemudian ia memutuskan untuk kembali menuju ruangan nomor 88.
"Hei babe,kita akan keluar hari ini"
Wednesday bangkit dari duduknya lalu menghampiri Enid,kemudian memeluk nya.
"Lepaskan,Weds,ikuti aku dan jangan bersuara"
Kini keduanya menyelinap,Enid membawa Wednesday menuju lantai paling atas dari gedung.
"Dan ya kita sampai,tempat yang cukup indah"
"iya sangat indah"jawab Wednesday.
Tetapi pandangan gadis itu tetap tertuju pada Enid yang tengah tersenyum ke arah depan.
Enid duduk di dekat pembatas gedung.
"tapi Weds kau tahu ada yang lebih indah dari semua ini"
"apa itu?"
Senyum Enid semakin lebar.
"Kemari duduk di sebelah ku"
Wednesday kini duduk di sebelah Enid kemudian menyandarkan kepala nya di bahu Enid.
Enid mengusap kepala Wednesday dengan perlahan lalu mencium pucuk kepala gadis itu.
"Enid aku ingin tahu apa yang lebih indah dari ini"Ungkap Wednesday mengangkat kepalanya lalu menatap kedua mata Enid.
Enid mendekatkan dirinya ke arah kuping Wednesday
"melihat kau mati" bisik nya.
Kemudian ia menjauh dari Wednesday lalu kembali tersenyum dan menarik pelan kepala Wednesday untuk kembali bersandar padanya.
Tetapi Wednesday menolak.
"Benarkah?"tanya gadis itu sambil tersenyum.
"hmm,tentu,tapi seperti nya itu akan sulit kau tahu"
"sulit? aku akan memberimu kemudahan Enid,aku senang saat kau merasa mudah karena ku"
Kemudian Wednesday berdiri lalu melihat ke arah Enid.
"Aku mencintaimu dengan sangat"ucap nya lalu ia langsung memberikan keindahan yang Enid maksud.
Enid melihat nya lalu terkekeh.
"aku juga mencintaimu Sayang"
586 Kata,Terima kasih telah membaca!

KAMU SEDANG MEMBACA
This time - OneShoots
FanficKumpulan One shoot Wenclair!! ! Caution ! Untuk teman yang memiliki Homophobia atau merasa aneh dengan cerita seperti ini bisa langsung meninggalkan halaman,terima kasih.