"Weds....kau mau kemana?"
"pergi keluar sebentar,jangan tunggu aku,aku akan pulang malam,jika kau bermimpi buruk,kau bisa meminta Thing untuk menemani"ucap Wednesday kemudian langsung meninggalkan ruangan.
"Dia kenapa Thing?"tanya Enid dengan ekspresi bingung.
'aku tidak tahu,mungkin ia masih memiliki hobi untuk membeli beberapa senjata tajam'
Enid menghela nafas.
"Thing,sikap nya sangat membuat ku bingung,aku harus bagaimana Thing?"
'aku akan mulai mencoba berbincang dengan nya mengenai perasaan,aku akan memberitahu mu dalam minggu ini'
Enid mengangguk lalu mulai masuk ke dalam selimutnya dan mulai tenggelam dalam alam mimpi.
Hingga matahari menampakkan dirinya dan alarm berbunyi.
Gadis dengan rambut berwarna itu membuka matanya lalu melirik ke arah kirinya,ranjang gadis hitam putih itu rapih dan tampak tidak tersentuh sedikit pun.
Ia memutuskan untuk bangun dan segera bersiap untuk bersekolah.
Selesai mandi,ia menemukan Wednesday tengah memasukkan buku-buku nya pada tas.
"Weds...,aku ingin berbicara sebentar"
"maaf aku ti-"
"hanya 2 menit,setelah itu aku tidak akan mengganggu mu kedepan nya,aku janji'
Wednesday melirik Enid sebentar lalu membuang pandangan nya kembali.
"lanjutkan"
"maaf jika ungkapan ku pada tempo hari membuat mu tidak nyaman,tapi jangan buat dirimu tidak nyaman dengan ku dan tolong langsung katakan saja pada ku tentang perasaan mu yang sebenarnya Weds,mungkin kau seorang homophobic jadi aku bingung aku harus berbuat apa jika kau terus bersikap acuh,aku akan menunggu jawaban mu setelah kita menyelesaikan kelas hari ini,terima kasih atas waktunya"
Wednesday langsung meninggalkan Enid begitu gadis itu selesai berucap.
Enid kembali menghela nafas dan berusaha untuk tidak menangis.
Kemudian Thing muncul.
'Enid,tahan lah air matamu hingga malam ini,gadis pendek itu memiliki hal yang perlu kau tangisi nanti'
Pada sisi lain...
"apakah semua nya sudah siap? aku harus kembali,aku tidak ingin sebuah tangan melihat ku dan memberi tahu Enid"
Thing lalu menampakkan dirinya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya.
"kau ingin jari mu aku gergaji?"tawar Wednesday dengan santai.
Segera Thing membuat gerakan agar gadis itu tidak memotong jarinya.
'Enid sedih dengan sikap mu Wednesday'
"ya aku tahu itu,tapi ini adalah jawaban diiringi kesedihan,harus menyedihkan hingga ia mendapatkan jawaban dari ku"
"Sudah,sesudah kelas kau kembali lagi kesini dengan nya"ucap Xavier.
Gadis Gothic itu hanya mengangguk lalu mulai berjalan dan kembali masuk ke dalam lingkungan Nevermore.
Wednesday dengan santai masuk ke dalam kelas dan mengabaikan ucapan guru.
Hingga kelas terakhir selesai,Wednesday menghampiri kelas Enid,menunggu gadis itu.
Enid terkejut melihat Wednesday berada di depan kelas nya dan lebih terkejut lagi ketika gadis itu menarik nya keluar sekolah hingga mereka berakhir di kuburan.
"Mengapa kau membawaku hingga kesini?"tanya Enid sedikit menatap ngeri sekitarnya.
"jawaban ku tepat berada di belakang mu Enid"
Enid berbalik.
Let's date
3 kata yang membuat Enid langsung memeluk Wednesday dengan erat.
"ini rencana Xavier untuk tidak memperdulikan mu dari kamu mengaku padaku"
"dia hanya terlalu polos tentang perasaan nya dan malu untuk langsung mengungkapkan perasaan nya pada mu Enid,jadi dia mendiami mu untuk memastikan hati nya dan kata dia jantung nya seperti akan meledak jika terlalu dekat dengan mu,Wednesday yang payah"ungkap Xavier.
Enid terkekeh.
"Terima kasih telah membantu si mungil ini mengungkapkan nya pada ku Xavier"
"simpan terima kasih mu,cukup bawa aku ke kota dan belikan alat melukis baru"
"kau ingin aku bakar ya"tungkas Wednesday dengan raut wajah andalan nya.
"woah,take it easy bro,i'm just kidding,enjoy your day with your Gf,bye"
"mari kita kembali ke kamar dan aku akan membuatkan mu syal baru"
600 kata,Terima kasih sudah membaca cerita ku,maaf jika yang ini sedikit tidak nyambung,nikmati hari kalian!

KAMU SEDANG MEMBACA
This time - OneShoots
FanfictionKumpulan One shoot Wenclair!! ! Caution ! Untuk teman yang memiliki Homophobia atau merasa aneh dengan cerita seperti ini bisa langsung meninggalkan halaman,terima kasih.