BTP|03🕊

956 123 5
                                    

▪︎ 𝐁𝐞𝐡𝐢𝐧𝐝 𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐞𝐫𝐟𝐞𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ▪︎
𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐛𝐲 © 𝐓𝐢𝐚𝐫𝐚𝐚𝐭𝐢𝐤𝐚𝟒
𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰, 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭𝐧𝐲𝐚.
𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚🤍

▪︎ ▪︎ ▪︎

Ziva yang membuat masalah, tapi harus Azka yang menyelesaikan masalah—selalu seperti itu.

Dan saat ini Azka tengah berada di tengah-tengah antara Tasya dan Raka, mereka ingin semuanya selesai tanpa harus kembali memperbesar masalah.

"Lain kali tanya baik-baik dulu, kalo bisa selesaikan secara baik-baik juga, jangan langsung emosi!" pinta Azka dengan tegas, membuat Tasya menunduk takut.

"Dan lo—" Azka beralih pada Raka, "kalo tau itu bukan punya lo harusnya lo tau diri, jangan malah lo ambil semua punya orang! Karna ulah lo itu, malah cewek gua yang kena tuduhan serta akibatnya!"

"Ya maaf! Gua kira gak bakal separah ini endingnya. Lagian cuman puding, pelit banget sih lo!" kata Raka yang beralih pada Tasya, menatap kesal pada adiknya itu.

"Cuman puding kata lo? Heh anak monyet! Lo yang maling malah gua yang disalahin. Gak mungkin kagak gua bagi tuh puding kalo lo minta baik-baik dulu ke gua," sahut Tasya tak kalah kesal.

"Lo pelit! Ziva aja tau. Entah makanan lo, minuman lo, bahkan apapun itu, lo gak pernah mau untuk berbagi! Lo pelit dalam segala hal, Tasya! Seakan-akan apa yang udah ada di tangan lo itu gak boleh dibagi ke orang lain," jelas Raka dengan sarkas.

"Gua gak sepelit itu! Bakal gua bagi kalo lo berdua minta baik-baik ke gua. Tapi selama ini apa? Lo berdua selalu maksa, bahkan asal ambil tanpa izin terlebih dahulu! Gak jauh beda kaya maling!"

"Lo—"

"Udah! Napa malah ribut lagi sih? Gua bawa lo berdua ke sini untuk nyelesain masalah, bukan malah bikin masalah baru!" geram Azka menatap Raka dan Tasya secara bergantian.

Dua orang di hadapannya saat ini benar-benar membuat Azka geram sekaligus muak. Ditambah dengan Raka yang lebih tua darinya namun malah terlihat lebih bocah dari Tasya itu membuatnya tambah muak.

"Gua gak mau tau, lo berdua harus minta maaf ke Ziva. Karna ulah lo berdua kaki dia malah luka kena pecahan piring, dan bahkan kepala dia aja sakit karna lo lempar piring, Tasya." Azka kembali memberi tatapan tajam pada Tasya, dirinya begitu marah pada dua orang di hadapannya ini.

"Tapi gua serius, Kak! Gua gak sengaja lempar piring, gua terlalu kesel dan gak tau kalo tuh piring bakal kena kepala Ziva," kata Tasya membela dirinya.

"Gua gak peduli mau lo sengaja atau enggak, yang jelas lo emang harus minta maaf ke dia. Setelah ini, kasih notes ditiap barang dan makanan lo itu biar gak diambil orang lain! Kalo perlu kasih cctv biar lo tau siapa orang yang udah ambil barang-barang lo itu." Setelahnya Azka beranjak dari tempatnya, kembali pergi menuju kamar Ziva untuk mengecek kekasihnya itu yang entah masih tertidur atau mungkin sudah terbangun.

Selama Azka menaiki tangga, dirinya bisa mendengar jelas perdebatan antara Tasya dan Raka. Astaga belum menjadi bagian di keluarga kekasihnya saja sudah dibuat pusing seperti ini, apalagi jika sudah menjadi bagian di keluarga mereka.

Ah sudah lah, membayangkannya saja malah membuat Azka semakin pusing.

Azka membuka pintu kamar Ziva, dan ternyata kekasihnya itu masih tertidur. Dirinya berjalan mendekat pada Ziva, duduk di samping kekasihnya yang masih terlelap itu. Wajah Ziva yang tertidur sama sekali tidak terlihat damai, melainkan terlihat begitu lelah. Nyatanya Ziva lebih lelah dari pada dirinya. Ia hanya lelah menghadapi tingkah gila Ziva, tapi Ziva jauh lebih lelah karna harus menghadapi dirinya yang lelah serta keluarga gila gadis itu.

𝐁𝐞𝐡𝐢𝐧𝐝 𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐞𝐫𝐟𝐞𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang