BTP|18🕊

425 44 0
                                    

▪︎ 𝐁𝐞𝐡𝐢𝐧𝐝 𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐞𝐫𝐟𝐞𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ▪︎
𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐛𝐲 © 𝐓𝐢𝐚𝐫𝐚𝐚𝐭𝐢𝐤𝐚𝟒
𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰, 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭𝐧𝐲𝐚.
𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚🤍

▪︎ ▪︎ ▪︎

Azka memperhatikan kekasihnya yang tengah bermain bersama Varo—adiknya. Sepulang sekolah tadi ia mengajak Ziva untuk ikut ke rumah dengan alasan mamahnya ingin bertemu, padahal tidak sepenuhnya kemauan sang Mamah, dirinya memang ingin Ziva lebih sering datang untuk menemaninya, siapa tau waktu yang Azka dapat lebih banyak jika Ziva berada di rumahnya.

"Mamah perhatiin Ziva udah banyak berubah." Sontak Azka menahan napas saat dengan tiba-tibanya mamahnya itu berbicara tepat di samping telinganya. Astaga, sejak kapan mamahnya datang? Menggagetkannya saja!

"Azka gak paham," katanya dengan nada sedikit kesal. Bagaimana tidak, saat ini jantungnya masih berdebar kencang karna terkejut.

"Penampilan Ziva. Keliatan beda dari biasanya. Atau jangan-jangan kamu yang paksa Ziva buat ngikutin kemauan kamu?" Sinta memincingkan matanya, menatap anak sulungnya itu dengan penuh curiga.

Azka mendengkus pelan, merasa tak percaya jika mamahnya ini malah menuduhnya dan mencurigainnya.

"Bukannya bagus kalo Ziva mau mengubah penampilan dia? Lagian bukan Azka yang nyuruh, Azka cuman nasehatin dia doang." Azka menjelaskan seraya kembali memperhatikan Ziva. Sengaja agar tidak kembali dicurigai oleh mamahnya.

"Mamah harus tau Ziva itu keras kepala, syukur-syukur kalo dia emang mau berubah. Buat kebaikan dia juga, Mah," tambahnya saat sang mamah hendak protes.

"Tapi jangan terlalu menekan dia, Mamah gak mau dia ngelakuin itu karna terpaksa. Apalagi selama ini—"

"Azka yang lebih banyak tau tentang Ziva, jadi Azka tau mana yang baik dan mana yang buruk buat Ziva," sergah Azka dengan cepat, menatap mamahnya dengan netra teduhnya.

"Dari pertama kamu bawa Ziva ke rumah, kenalin Ziva ke Mamah, dari situ Ziva udah jadi tanggung jawab Mamah! Mamah berhak ikut campur tentang apa pun yang berhubungan dengan Ziva." Sinta mempertegas. Terlihat dari bagaimana ia menatap Azka dan dari nada bicaranya jika ia tidak bisa dibantah, dirinya tidak mau kalah.

"Mamah?" Raut wajah Azka berubah memelas.

"Mamah suka Ziva yang menjadi dirinya sendiri!" Setelah mengatakan itu Sinta berlalu pergi, meninggalkan Azka yang hanya bisa menghela napas pasrah.

Berdebat dengan sang mamah hanya akan membawa bencana untuknya sendiri, apalagi kini Azka sadar akan kemauan mamahnya. Ya tuhan, mengapa kemauan ia dan kemauan mamahnya berbeda? Apa setelah ini ia akan bersaing dengan mamahnya sendiri?

Namun, apa yang Azka lakukan itu benar. Azka melakukannya untuk kebaikan Ziva sendiri, apalagi kekasihnya itu begitu gila dan liar.

Sudah bagus akhir-akhir ini kekasihnya itu mau mengubah penampilannya, mengenakan pakaian yang lebih pantas digunakan dengan make up yang tidak terlalu memenuhi wajah gadis itu, tapi mengapa mamahnya malah seperti tidak menyukainya? Padahal tanpa make up pun Ziva terlihat begitu cantik.

"Mamah ke rumah Tante dulu, ada urusan bentar. Kalo Ziva laper ada makanan di dapur." Azka kembali sadar dari lamunannya saat mamahnya berbicara dengan terus berjalan, melewatinya menuju Ziva.

"Ziva, Varo-nya Mamah ambil dulu yah. Nanti Mamah kasih ke kamu lagi setelah urusan Mamah selesai," ucap Sinta sambil mengendong Varo dan berlalu pergi setelah mengusap pipi Ziva.

𝐁𝐞𝐡𝐢𝐧𝐝 𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐞𝐫𝐟𝐞𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang