Ara tau, Dia harus bisa menata hatinya. Menahan segala sesak yang terus menghimpitnya. Berdamai dengan masalalu, terbuka pada orang sekitar, dan mencoba untuk mengekspresikan dirinya dengan hal hal yang dirasakan. Semua luka harus segera diobati, agar sembuh.
...
"Jangan senyum-senyum sendiri, Ra. Nanti disangka gila." Celetuk Joshua.
"Ganggu aja deh, Joshua kebiasaan." Kesal Ara, tapi tetap mengambil ice cream dari tangan Joshua.
Begitulah kegiatan mereka di taman. Kadang membicarakan hal yang tidak penting, bercanda, berdebat, dan Joshua yang sering meledek Ara dengan sebutan bocil.
.
Selesai dengan kegiatan di taman yang telah menghibur keduanya, lantas Joshua mengantar Ara pulang ke rumah menjelang Maghrib.
Setibanya di ujung komplek, Ara melihat mobil ayahnya terparkir diluar gerbang. Joshua menatap Ara sekilas, yang melihat mobil ayahnya dengan pandangan sulit di artikan.
Ketika sampai didepan rumah Ara, ia melihat mobil ibunya yang juga sudah terparkir di teras rumah, juga 2 motor adiknya yang sudah dipastikan ada didalam rumah.
"Ra, lu oke?." Tanya Joshua. Pasalnya, Ara belum bereaksi apapun saat ia melihat mobil ayahnya.
"Iya shua, gue oke kok." Jawabnya tanpa mengalihkan pandangan.
"Kalo lu mau ke rumah gue dulu, gapapa kok Ra. Dengan senang hati." Tawar Joshua.
"Enggak usah, gue gapapa." Ara meyakinkan. "Udah sana pulang, jangan lupa beli cemilan yang banyak biar anteng." Ledek Ara.
"Bisa ga Ra, sedikit lebih lembut ke gue? Kayanya, kalo ke lain orang, lu tuh sikapnya lembuutttt banget" Tanya Joshua
"Pengecualian buat lu." Jengah Ara dan melebas sabuk pengaman mobil Joshua. "Yaudah ah, gue masuk. Udah sananlu pulang, hati-hati dijalan." Lanjutnya membuka pintu mobil Joshua.
"Iya, kak Ara. Joshua pamit pulang dulu ya." Sahu joshua dengan nada yang dibuat buat seperti anak kecil.
"Geli Josh, sumpah!" Pekik Ara menutup kencang pintu mobil.
"Kalo ada apa-apa, lu chat gue aja ya. Telfon juga boleh." Ucap Joshua sambil menyalakan mesin mobil.
"Hhhhmmmm." Gumam Ara sebagai jawaban.
Ara masih memperhatikan mobil Joshua yang melaju, hingga mengilang dipertigaan.
"Gue beruntung banget Josh, bisa kenal sama lu." Ucap Ara dalam hati
Berbalik, dan membuka pintu gerbang. Tak lupa menutupnya kembali. Ara berjalan ke arah pintu rumahnya dan membukanya.
"Assalamualaikum." Sapa Ara, yang melihat ayahnya sedang duduk di ruang tv.
"Wa'alaikumussalam." Jawab ayahnya.
Ara mendekati ayahnya serta menyalimi tangannya.
"Bunda mana yah?" Tanya Ara.
"di kamar." Jawab singkat ayahnya.
Ara tidak menjawab apapun, melainkan langsung bergegas melangkahkan kakinyaenuju kamarnya dilantai atas. Membiarkan ayahnya sibuk dengan ponsel genggamnya dan layar tv yang menyala.
"Mba Ara, baru pulang? Pergi sama kak Joshua ya?" Sapa dan tanya David ketika berpapasan dengan Ara yang hendak masuk ke dalam kamar.
"Iya, tadi dari taman." Jawab Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionAra menyembunyikan semuanya. sedih, marah, kecewa menjadi satu. Dia ingin marah pada takdir, tapi itu percuma! Ara tau, "yang digariskan untuknya tak akan pernah dia lewati. Sedangkan yang tidak digariskan untuknya, perjuangan sebesar apapun tak aka...