Jika bintang bisa ku petik, maka akan ku berikan untuk mu. Sebagai tanda terima kasih atas apa yang telah kamu berikan.
Lentera ku itu kamu, ku mohon jangan meredup. Tolong tetap disisi ku, jangan beranjak apalagi pergi....
Nggak dong, Bunda. Joshua selalu jagain Ara, kok." Jawab Ara.
Bunda tersenyum menanggapi.
Ketika bunda nya melangkah, menuju kamar, Ara berbalik untuk membereskan kekacauan rutin yang dibuat pagi pagi.Ditengah-tengah Ara mengerjakan kegiatannya, bunda datang dengan Nizam dalam gendongannya. Sudah rapi dan wangi. "Ara, bunda sama Nizam begkat dulu, ya." Pamit bunda.
Ara menoleh ke arah bunda, "iya, bunda hati-hati dijalan, ya" Pesan Ara. Tidak lupa, Ara menyalimi tangan sang bunda dan mencuri kecupan dipipi sang adik yang hanya terdiam melihat ke arahnya.
"Kalau capek, jangan dikerjain semua, ra." Pesan Bunda.
"Siap, Bunda"
Mereka bertiga berjalan keluar, Ara akan mengantar hingga gerbang.
Bunda melambaikan tangannya dari dalam mobil.
Menutup pintu gerbang, kemudian kembali masuk ke dalam rumah. Menuju dapur untuk melanjutkan kegiatannya yang tertunda.Ara menghela napasnya pelan. Duduk di kursi meja makan. "Lumayan juga capeknya. Padahal cuma beresin dapur. Cuci piring dan ngelap sekitar." Gumam Ara.
"Lupa! Belum telpon Joshua buat mint temenin healing. Dasar Oneng! Pekiknya. Ia ingat, sudah meminta izin pada bunda untuk keluar bersama Joshua. Tapi, belum bilang pada yang bersangkutan.
Bergegas ke kamar, menyambar ponsel diatas nakas. Mencari kontak Joshua, dan menekan log panggilan. Tersambung, tapi tidak diangkat. Ara mencobanya kembali, tetap tidak diangkat.
Ketika Ara memikirkan kemungkinan Joshua tidak mengangkat teleponnya, tiba-tiba ponselnya bunyi, menandakan ada panggilan masuk. Ara melihat ke arah ponsel yang masih dalam genggamannya. "Joshua" gumamnya.
Tanpa pikir panjang, Ara segera mengangkat panggilannya."Hallo, Ra" Suara dari sebrang telepon menyapa pendengarannya.
"Joshua, gue kira lu masih tidur."
"Tadi lagi mandi, Ra. Kenapa?"
"Ada rencana apa hari ini?" Tanya Ara.
"Tadinya, habis mandi, gue mau ke rumah lu. Mau ajak lu keluar. Mau ga." Tanya joshua.
Ara diam. Joshua memang suka tiba-tiba mengejutkan.
"Ra" panggil Joshua, merasa tidak ada jawaban dari Ara.
"Iya, tadinya gue nelpon juga mau ajak keluar. Healing gitu." Aku Ara.
"Mungkin kita jodoh." Celetuk Joshua asal.
"Gue ga mau sama lu" tolak ara.
"Wahhh, Ra. Sakit banget hati gue dengernya." ucap Joshua dramatis.
"Udah ah, gue mau rapi-rali dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionAra menyembunyikan semuanya. sedih, marah, kecewa menjadi satu. Dia ingin marah pada takdir, tapi itu percuma! Ara tau, "yang digariskan untuknya tak akan pernah dia lewati. Sedangkan yang tidak digariskan untuknya, perjuangan sebesar apapun tak aka...