Chapter 4 Dandelion

34 10 4
                                    

Kehidupan berjalan beriringan dengan tangis dan tawa. Tidak ada siapapun yang dapat menebak, apakah esok tertawa bahagia? Atau justru menangis bersedih? Misteri kehidupan akan terus berjalan hingga nafas terhenti.

...

Kembali kedalam kamar ara.

Ia masih terduduk menatap kosong ke arah tembok. Otaknya memutar kenangan yang sangat tidak ingin Ara ingat. Ketika mengingatnya, Ara seakan merasakan bahwa kejadiannya baru kemarin ia alami. Padahal jelas jelas, insiden yang kurang mengenakan itu terjadi sekitar 4 tahun yang lalu saat Ara berusia 18 tahun.

Didalam kamar yang bernuansakan abu terang, dengan beberapa hiasan dinding yang bergambarkan bunga kesukaannya, Dandelion. Lampu kamar yang diredupkan, Ara masih termenung mengingat sesuatu. Tiba tiba Ara bergerak mendekati nakas untuk mengambil ponselnya. Membuka obrolan chat dengan Joshua. Bimbang, memutuskan apakah ia menghubi Joshua saja atau tidak? Apakah Joshua sudah bangun atau belum?.

Disaat seperti ini, orang yang Ara cari adalah Joshua. Ia bisa membuat perasaan Ara sedikit lebih tenang. Menghibur Ara dengan lelucon yang sebenarnya tidak lucu. Membuat Joshua emosi adalah hobi baru untuknya. Dan sedikit memanjakan Joshua, yang terkadang tidak malu untuk menunjukan sikap manjanya pada Ara, membuat hati Ara menghangat.

Entahlah, Ara tidak bisa mendefinisikan perasaannya terhadap Joshua. Yang Ara rasakan adalah rasa syukur yang teramat, atas hadirnya Joshua dihidup Ara. Ara berharap, Joshua selalu diberikan kebahagiaan dimanapun kakinya berpijak.

Akhirnya, Ara mengurungkan niatnya untuk menghubungi Joshua yang mungkin masih bergelut dengan selimutnya. Ara memutuskan untuk mengambil salah satu novel untuk dibacanya. Novel yang tersusun rapi di rak buku berukuran sedang tersebut. Juga terdapat beberapa buku Komix yang Ara koleksi, untuk mengisi waktunya.
Kemudian, Ara kembali ke atas tempat tidur dan bersandar pada sandaran kasur. Mulai membaca novel yang ia bawa.

Entah Ara yang keasyikan membaca novel, atau memang waktu yang berjalan sangat cepat. Ara mendengar suara adzan, menandakan waktu subuh telah tiba.

Menutup novelnya, bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan melaksanakan shalat subuh. Biasanya, setelah shalat Ara membantu bundanya didapur untuk masak, membuat sarapan serta bekal untuk dibawa adiknya sekolah. Tapi untuk hari ini, sepertinya Ara akan absen untuk membantu bundanya. Jadi, dia kembali memutuskan untuk lanjut membaca novel.

Tok ... Tok ... Tokk ... Pintu kamarnya diketuk. Ara kaget. Takut yang menghampirinya adalah sang ayah.

"Ara, ini bunda." Sapa bunda yang Mengerti kenapa Ara tidak menyahut. Mungkin Ara berfikir, yang mendatanginya adalah ayahnya.

"Iya, bunda." Sabut Ara menghampiri pintu.

"Sudah mandi?." Tanya bunda yang melihat Ara tampak segar.

"Hhhhmmm, sudah bund." Jawab Ara.

"Mau bantu bunda?" Tanya bunda. "Ayah, sudah pergi barusan." Tambah sang bunda yang melihat Ara hanya diam.

"Iya, bunda. Ara beres beres kamar dulu, ya."

"Oke, bunda tunggu di bawah, ya." Pamit bunda

Ara mengangguk sebagai jawaban.
Ketika bunda sudah keluar kamar, Ara bergegas merapikan tempat tidur, dan menyimpan kembali novel yang ia baca ke tempatnya semula.

DANDELION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang