Terkadang, kita harus membuat jarak agar rindu tercipta. Tapi, jarak juga tidak menjamin bahwa perpisahan membawa bahagia.
Berpisah untuk bertemu kembali adalah suatu keharusan untuk menebus pertemuan yang tertunda. Menciptakan tawa setelah membentang rindu..*. *. *.
Joshua menjalankan mobilnya, meninggalkan halamaan rumah Ara. Sang pemilik rumah kembali masuk setelah mobil Joshua benar benar menghilang dari pandangannya.
Ara segera menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Setelahnya, ia turun untuk makan malam. Hanya seorang diri. Bunda kembali ke kamar setelah ia menyiapkan makanan untuk Ara, Karna ziel mencarinya.
. . .
Ara kembali ke kamar saat ia selesai membereskan Bekasi makan yang digunakannya. Mengambil duduk diatas kursi meja belajarnya. Duduk disana sembari memainkan ponselnya. Tak lama, layar ponselnya menunjukan jika ada seseorang yang menghubunginya lewat telepon. Segera ia menggeser panggilan agar tersambung. Ternyata, Joshua.
"Ra, gue udah sampai, nih"
"Syukur kalau gitu"
"Gue juga udah makan"
"Hhhhmmm, bagus"
"Tapi, gue belum mandi"
"Buruan mandi, nanti keburu
kemaleman, Joshua.""Iya, Ra. Bentar lagi"
"Habis itu, langsung kerjain
Desainnya. Lu bilang tadi,
Nggak akan begadang, kan""Oke, Ra. Gue kan mau laporan dulu
Sama lu. Kalo gue udah sampai""Iya, iya. Gue terima laporannya"
"Joshua"
"
Hhhmmm"
"jangan sakit, ya"
"Cieee, perhatian banget, si"
"Bukan gitu, nanti kalau lu sakit
Gue nggak ada temennya.""Ngaku aja si, tsunder banget
Jadi cewek""Terserah! Udah ah, bye.
Gue mau tidur""Sleep well, Ra. Semoga, besok
Lebih bahagia""Hhhmm, terima kasih Joshua"
Gue harap, lu juga gitu. Batin Ara
Sambungan terputus. Ara, yang memutuskan sambungan teleponnya. Ia tersenyum, lalu mengambil buku catatan miliknya. Menuliskan sesuatu."Banyak hal yang tidak pernah dibayangkan terjadi begitu saja. Bisakah kali ini aku bersikap egois? Meminta semesta untuk tidak menjauhkan seseorang yang membuat tawa ini agar tetap ada.
Meminta Tuhan menjaganya agar ia tetap baik baik saja.
Meminta langit untuk selu mengawasinya dari kecerobohan yang ia lakukan.
Kuatkan pijakannya setiap kali ia melangkah. Tolong bantu aku untuk selalu membuat bintangku tetap bersinar, meski tak nampak setiap saat.Bahagianya adalah bahagiaku."
Ara meletakan pulpennya disamping buku itu. Menyalakan ponselnya, siap untuk membuat satu konten yang akan ia posting. Setelah beres dengan apa yang dikerjakannya, ia bergegas menaiki tempat tidur untuk istirahat. Cukup lelah untuk menjalani hari ini. Terlebih, tentang apa yang Joshua katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionAra menyembunyikan semuanya. sedih, marah, kecewa menjadi satu. Dia ingin marah pada takdir, tapi itu percuma! Ara tau, "yang digariskan untuknya tak akan pernah dia lewati. Sedangkan yang tidak digariskan untuknya, perjuangan sebesar apapun tak aka...