Tiga
Ada yang berbeda sejak Yudhistira membuka kedua mata, dan itu tentu cukup mengganjal di hatinya setelah apa yang dia lakukan kemaren. Membentak Praba adalah sama sekali bukan gayanya. Selama ini, meski mereka terlibat dalam hubungan yang dingin, tak pernah ada satupun kalimat bernada tinggi ia lontarkan ke perempuan yang menyandang gelar sebagai istrinya itu bahkan tat kala Praba dengan sengaja membuang beberapa barang yang pernah dikasihkan Rida.
Mentok dia hanya mendiamkan perempuan itu usai mengatakan keberatannya atau kadang hanya menatap tajam Praba yang sama sekali merasa tak bersalah usai melakukan hal mengesalkan itu semua.
Sayangnya perbuatannya kemarin sudah di luar batas. Memarahi seseorang di depan umum? Apa Praba sudah gila?
Ia ingat sekali. Dulu, saat mendiang ibunya masih ada yang gencar menjodohkannya dengan Praba sedangkan dia keukeuh mempertahankan hubungannya dengan Rida, keduanya mendatangi butik Rida dengan alasan membeli pakaian untuk Praba yang akan mendiami rumah belakang, dan berakhir dia memusuhi ibunya dan angkat kaki dari kediaman ini.
Dan rupanya Praba mengulangi perbuatannya dulu.
Membayangkan seberapa malu yang harus ditanggung Rida hingga wanita itu memutuskan kerja sama mereka yang telah terjalin kurang dari empat tahun lamanya.
Namun, dengan apa yang Anila kirimkan lalu bagaimana simbok menjelaskan, perasaan marah itu tergantikan dengan perasaan bersalah yang sepanjang malam membuatnya gelisah. Belum lagi kenyataan jika Praba sangat kesulitan memasukkan makanan ke perutnya.
Abaikan penyebab dia acuh pada kehamilan perempuan itu, dengan alasan kemanusiaan, tentu dia yang didapuk sebagai tersangka utama --penyebab Praba enggan memakan kue yang telah diinginkannya bahkan menunggu empat jam lamanya-- membuat perasaan bersalah itu tetap ada. Belum lagi semalam saat dia keluar dari kamar ibunya --guna menenangkan diri-- dia melihat Praba keluar dan kembali dengan tentengan plastik putih berisi makanan yang aromanya dia definisikan makanan berkuah bernama soto.
Perih juga cengkraman kuat di ulu hatinya kian menjadi saat Praba hanya bisa memasukkan tiga suapan makanan tersebut ke mulutnya sebelum menelungkupkan kepala cukup lama di atas meja. Harusnya, mungkin lain cerita ketika dia memakan kue yang diinginkannya, perempuan itu bisa puas memasukkan sesuatu ke perutnya.
Lalu kini terbangun tanpa mendengar suara yang beberapa bulan ini rutin membangunkannya --suara muntahan Praba tat kala membuka mata-- tidak kunjung dia dengarkan dan dia terbangun lebih siang dari seharusnya membuatnya kelabakan.
Meski dia tahu, selama ini sebisa mungkin perempuan itu menahan suaranya agar tidak membangunkannya, tetap saja gerakan tiba-tiba yang cepat lalu suara air yang digunakan untuk meredam --meski itu percuma karena hanya memanipulasi daya pendengaran Praba saja-- membuatnya mendengar suara ketika Praba mengeluarkan isi perutnya. Belum lagi tangis pelan juga keluhan betapa pahit indra pengecapnya membuatnya tak mungkin betah menutup mata.
Saat itu terjadi, bukan maksudnya dia membiarkan Praba melalui seorang diri. Tiap kali ingin mendekati dan bertanya tentang kondisi perempuan itu, bayangan yang membuatnya melakukan ini semua seolah mencegahnya. Bagaimana perempuan itu berada dalam gelung pelukan pria lain tak peduli saat itu ibunya tengah dalam kondisi kritis, lalu tat kala kabar kehamilan yang seharusnya membahagiakan itu datang menyambutnya, dia lebih dulu disambut bagaimana tangisan Praba yang lagi-lagi dalam rengkuhan pria yang sama.
Apa itu cukup membenarkan alasannya untuk mengabaikan kehamilan Praba? Tentu tidak aslinya. Tapi ego juga harga dirinya yang serasa dicoreng sang istri tepat di muka membuatnya tetap melakukannya.
Sayangnya, hal itu tak menyurutkan perasaan bersalah yang kini membuatnya kelimpungan mencari keberadaan Praba yang nihil berada di kamar mereka.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelana Merajut Asa
Roman d'amourSematan bodoh nyatanya tak serta merta salah disandingkan dengan Praba. Demi menebus balas budi yang diterimanya dulu, dia menyanggupi menikah dengan seseorang yang bahkan cintanya masih terhambat di masa lalu. Berharap bila cinta itu datang kepadan...