tiga puluh

963 81 3
                                    

Tiga puluh


"Loh, kok kamu yang nyiapin, Nduk? Aku bisa sendiri loh," kejutnya begitu masuk melihat Praba tengah melipat beberapa helai pakaian yang dia butuhkan.

Kakinya lantas menyusul ke tempat Praba yang hanya menjawab ucapannya dengan gumaman pelan. Setelah memastikan Ganesh aman yang sisi-sisinya terdapat bantal sebagai penopang tubuh gembulnya, Yudhistira duduk di samping Praba yang telah selesai mengerjakan semuanya.

"Mumpung Ganesh diam ikut kamu, Mas, jadi sekalian." Praba berkata pelan dengan mata awas ke sang putra yang mulai memasukkan mainan ke dalam mulutnya. "Ini yakin ini semua cukup, kan?" tanyanya memastikan, pasalnya dia tinggal melipat barang-barang yang sudah disiapkan Yudhistira sebelumnya.

"Iya, biasanya cukup untuk keperluan dua hari."

Praba memberikan anggukan dua kali lalu beringsut ke sisi Ganesh yang mulai akan menangis saat mainannya terlempar ke samping. Setelah menenangkan sang putra yang wajahnya sudah memerah, Praba yang masih saja tersenyum tak sengaja menolehkan kepalanya ke arah Yudhistira yang ternyata menatapnya.

"Kenapa?"

Yudhistira menggeleng pelan. Tak tahu, mengapa rasanya begitu ragu meninggalkan Praba di rumah dengan sang putra juga beberapa pekerjanya. Mungkin karena ini kali pertama setelah Praba melahirkan dia meninggalkannya.

"Masih kepikiran yang semalam?" Di mana Yudhistira yang mengatakan bila dia hampir mengurungkan niatnya untuk survey cabang gerai dan bertemu dengan beberapa supplier untuk mengisi gerai. "Kan aku udah bilang, Mas, gapapa. Aku bisa nanti ke rumah mbak Dewi sama Tari, atau bisa ketemu mbak Maya. Aku gapapa, Mas."

Berawal dari minggu pagi dimana tiba-tiba dia mendapatkan sebuah pesan singkat yang mengatakan bila 'aku telah menemukanmu' ditujukan entah untuk siapa karena saat itu di rumah hanya ada para mbok karena semalam dia dan Yudhistira menginap di rumah Deswita.

Tak ada yang menyangka, jika pesan itu bukan ulah orang iseng yang asal menempelkan di pagar. Karena keesokannya pesan serupa kembali datang dan tiap bertanya pada penjaga rumah tak ada seorang pun yang melihat siapa pelakunya. Pun, dengan beberapa tetangga yang memang jarak rumah mereka berdekatan tak ada yang melihat gerak-gerik mencurigakan dari seseorang yang menempelkan pesan tersebut.

Meski hanya berlangsung dua hari itu saja, dan setelah hampir dua minggu ini tak lagi ada, tetap saja dia merasa ketakutan meninggalkan Praba tanpa pengawasannya.

"Aku gapapa, Mas, percaya sama aku. Ada Aris, ada mas Irvin atau mas Arsya yang kebetulan ke sini. Kenapa sih?"

Semalam dia tak bisa menjawab pertanyaan Praba tersebut. Bukan apa, pesan dari Aruna tepat setelah acara akikahan Ganesh dilakukan sangat mengganggunya. Bukan perihal dirinya tapi perihal Praba karena istrinya itu mengatakan Aruna adalah perempuan yang harus dihindarinya.

Dan ini, hampir satu tahun kontrak kerja sama mereka terjalin. Dia dan Tirta juga sudah menemukan partner supplier baru untuk gerai mereka bahkan untuk yang ada di cabang. Jadi, wacana di awal untuk memperpanjang kontrak dengan Jarik.id tak akan dilakukan seperti niatan mereka dulu.

"Okey. Tetep kalau ada apa-apa segera kabari ya. Aku juga ikut mantau lewat CCTV kalau ada hal mencurigakan. Ya?"

Dan Praba hanya mengangguk dan tersenyum mendengar penuturan Yudhistira persis.

Kepalanya mengangguk paham, seharusnya dia tidak perlu seterkejut ini sewaktu Arsya menjelaskan kemungkinan semuanya. Siapa lagi orang yang tak pernah ingin melihatnya bahagia kan? Awalnya dia ingin membuang kemungkinan itu semua, karena menurutnya mustahil orang itu masih ingin mengurusinya setelah sekian lama.

Kelana Merajut AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang