Tiga puluh tiga.
Setelah pasak bumi mengeluarkan isi perutnya yang terus mendesak keluar, setelahnya pasti banyak terjadi kekacauan. Di mulai awan panas yang mengharuskan orang-orang di sekitar area tersebut diungsikan demi keselamatan, tumbuhan mati terkena abu panas yang kian menghantar, bahkan biasanya aliran lahar dingin, pun panas, akan turun setelahnya semakin membuat orang-orang diterpa kepanikan.
Saat itu yang manusia lakukan hanya bisa berdoa, meminta keselamatan pada sang Pencipta agar semuanya kembali baik-baik saja. Bagi yang mungkin bisa merenungi semuanya, mereka akan mengambil hikmah dari apa yang telah dialaminya, semakin dekat dengan Pencipta-nya, semakin kuat ibadahnya, pun semakin lebih legowo dengan apa yang terjadi setelahnya.
Begitu pula Yudhistira.
Perkataan terakhir Praba, ungkapan yang mungkin seharusnya dia ucapkan sebelum sang putra ada, kini benar-benar direalisasikannya. Permintaan perpisahan itu akhirnya dia dengar jua. Dulu mungkin dia meminta akan lekas mendengarkan kalimat ini yang semakin membuatnya mudah berpisah dari Praba.
Tapi saat ini?
Lebih baik dia ikut terbawa arus lahar dingin daripada mendengar permintaan yang sarat dengan keputusasaan akan sikapnya yang tak pernah tegas pada keadaan.
Benar.
Kemungkinan dia tidak bisa bersikap tegas seperti yang Praba utarakan memang benar.
Untuk Rida. Bagaimana dia mau mengatakannya? Setelah menyadari kesalahannya itu, hubungan mereka murni hubungan pertemanan. Apakah dia masih berharap? Tentu tidak. Ada Praba juga calon anak mereka yang harus dia pikirkan, itu yang dia tekankan tiap kali bersama Rida.
Dan untuk Aruna...
Demi Tuhan, dia tidak mengetahui apapun itu jika berkaitan dengan Praba. Salahnya memang tidak ingin menguliti latar belakang seseorang karena itu dia anggap sebuah privasi yang seharusnya tak ia kuliti. Sayangnya ia kelewatan, seharusnya sejak awal, setelah memutuskan ingin memperbaiki hubungan --atau bahkan mungkin sebelum menikahi Praba-- dia mencari tahu latar belakang atau bahkan semuanya. Dia terlalu disibukkan dengan urusan gerai maupun memikirkan bagaimana untuk bisa lebih dekat lagi dengan Praba.
Iya. Mungkin dia terkesan diam, namun pada dasarnya selama ini dia juga memikirkan bagaimana agar hubungannya dengan Praba terus berkembang selayaknya pasangan pada umumnya. Seperti Utari dan Abi misal yang selalu saling perhatian dan menunjukkannya tanpa perlu malu dan canggung. Atau seperti kakaknya juga Rama yang selalu terlihat adem dengan perhatian kecil yang Rama berikan.
Sayangnya dia tidak seperti itu. Atau mungkin masih malu? Tentu saja karena ini. Juga didasari faktor Praba yang lebih diam jika di luar.
Dia bahkan menyembunyikan permasalahan gerai karena tak ingin Praba kepikiran, saat itu Praba juga tengah mengandung kan? Belum lagi hubungan keduanya juga baru baikan. Hingga dia melupakan fakta kalau Praba adalah salah satu kepercayaan ibunya, yang sudah pasti tahu seluk beluk gerai.
Kebodohannya memang.
Lalu, perihal dia masih menyembunyikan kerja samanya dengan Aruna setelah mengetahui semuanya dan tetap diam saja, itu bukan sepenuhnya benar. Setelah semuanya terbongkar, berurusan dengan Aruna sebisa mungkin dia hindarkan. Mendelegasikan Tirta untuk mengurus yang berkaitan dengan mereka. Lalu, setelah sepakat, mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan perpanjangan kontrak.
Itu sebabnya pula akhir-akhir ini dia kembali disibukkan dengan urusan gerai. Selain supplier untuk gerai pusat, dia juga berharap supplier baru bisa mensuplai barang ke cabang. Otomatis dia membutuhkan supplier yang jauh lebih besar dan kredibelnya bisa ditanggungjawabkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelana Merajut Asa
RomanceSematan bodoh nyatanya tak serta merta salah disandingkan dengan Praba. Demi menebus balas budi yang diterimanya dulu, dia menyanggupi menikah dengan seseorang yang bahkan cintanya masih terhambat di masa lalu. Berharap bila cinta itu datang kepadan...