Chapter 8: Kasus Pembunuhan di Stasiun Kereta Api, Part 2

570 80 7
                                    

Totomaru berdiri di depan mereka semua dengan wajah serius, "Pertama, korban adalah anggota Perusahaan Komersial. Kedua, ia dibunuh dengan sebuah pisau. Ketiga, yang memiliki hubungan dengan korban adalah kalian berdua. Dengan kata lain—"

"Tunggu, pak Polisi! Senjata pembunuhnya sudah jelas ditemukan dalam tas wanita itu!" bantah mereka.

"Ya, tapi dia mengaku bahwa dia hanya membawa satu pisau dan itu adalah buatan tangan."

"Tapi pak Polisi—!"

"Dia bilang bahwa pisau buatannya terinspirasi dari salah satu papan iklan. Benar,.... dalam papan iklan itu tercantum nama perusahaan kalian." Totomaru memperlihatkan ponselnya dan iklan yang dimaksud. "Iklan ini tersebar di internet dan ini jelas persis dengan model pisau milik nona cosplayer."

Totomaru menyimpan kembali ponselnya, "Nona cosplayer ini tidak bersalah. Kalian memanfaatkan properti yang dia titipkan pada kalian saat ia pergi ke toilet dan memfitnah dia seenaknya. Sekarang, apa kalian masih mau membela diri?"

Wanita kantoran mendecak, "Ck, sudah kubilang seharusnya pisau itu kau lempar saja keluar jendela kereta."

"Dasar bodoh, kalau dibuang dan ditemukan orang, sudah jelas perusahaan kita yang mendesain pisau itu akan langsung tertangkap." bantah si pria.

Totomaru yang naik darah melayangkan tangannya ke meja, "Pilihan manapun yang kalian ambil, tidak ada yang namanya 'Kejahatan sempurna' di dunia ini! Kenapa kalian membunuh korban?!"

...

"Atasan tidak becus dan merasa sok senior. Dia hanya memanfaatkan bawahannya dan menyuruh kami semua lembur sampai ada yang sakit parah. Dengan memanfaatkan posisinya, dia tidak bisa dituntut dengan mudah." jelas mereka. "Orang seperti itu hanya membuat dunia kotor, apa salahnya—"

"Tusuk dirimu." Ron melemparkan pisau yang dipegangnya, "Tusuk...."

Totomaru yang sudah siaga langsung menendang pisau itu sebelum sampai ke tangan para pelaku yang terhipnotis.

Begitu mereka sadar, tangan mereka sudah diborgol.

Si cosplayer juga dapat ceramah agar tidak menitipkan barang-barangnya ke sembarang orang. Ia tentu tidak akan melupakan kejadian ini seumur hidupnya.

Setelah mereka semua bubar, hanya tinggal Ron dan Totomaru berdua. Mereka dalam perjalanan pulang.

"Kau mau?" Ron menawarkan apel yang ia kupas tadi.

Totomaru menyeritkan dahinya, "Ew, itu kan dipotong pakai pisau yang ada darahnya tadi...."

"Aku sudah potong bagian yang kena darahnya. Sudah kubuang." Ron menyengir sambil memperlihatkan pisau yang dibawanya dari rumah.

Totomaru menghela nafas, "Ya, baiklah.... daripada mubazir."

Ron melirik Partner tersayangnya yang berjalan bersampingan dengannya.

Daun-daun berwarna merah hingga coklat gelap berjatuhan sepanjang mereka berjalan, menandakan musim gugur telah tiba. Jika dipadukan dengan warna biru cerah dari langit, maka pemandangan yang penuh warna itu cocok dengan pria polos yang telah mewarnai hari-harinya.

Ah, lagi-lagi irama jantungnya menjadi tak beraturan.

"Toto, terima kasih."

"Ha? Kenapa tiba-tiba?"

"Tidak, hanya saja aku teringat diriku yang dulu. Kalau bukan karena mu, aku pasti tidak akan bisa melihat dunia luar lagi. Aku bahkan mendapat beberapa kenalan karena dirimu. Setiap detik bersamamu terasa sangat menyenangkan."

Totomaru tertegun sejenak, lalu ia tersenyum, "Aku juga senang."

Walau detak jantung Ron kian menderu, namun ia tahu bahwa masih harus menunggu waktu yang tepat untuk mengakui perasaannya yang sebenarnya pada Totomaru.

"Oh iya, Ron, apa kau mau menemaniku untuk memberi arahan di SD besok? Aku diperintah Amamiya-Senpai karena anggota yang lain sibuk."

"Itu bukan kasus, kenapa kau mengajakku?"

"Karena aku buruk dalam mengajar, apalagi sulit sekali mendapat perhatian dari anak-anak. Kau selalu bisa mendapat banyak perhatian, jadi bisa kau tolong aku?"

Ya, tentu saja Ron tidak bisa menolak permintaan itu.

My Biggest Mystery [Kamonohashi Ron x Isshiki Totomaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang