Bonchap

3.8K 259 28
                                    

Entah kata apa yang pantas untuk mengutarakan perasaan yang kini Haruto rasakan. Dia ingat dengan jelas, dulu saat ayahnya masih ada ayahnya pernah berkata

" Ayah tidak tahu, suatu saat ketika kamu menikah kamu akan tetap dirumah dan menggantikan ayah atau pergi meninggalkan rumah. Tapi dibalik semua itu satu yang ayah inginkan, kamu menikah dengan seseorang yang bisa mencintai kamu lebih dari cinta ayah untuk mu, dia yang bisa menjaga dan menghormati kamu, yang selalu mengutamakan kamu lebih dari apapun seperti yang selalu ayah lakukan. Dia yang selalu mengerti apa yang kamu butuhkan dan bisa mengusahakannya untuk mu. Karena bagi ayah,kebahagiaan kamu adalah yang terpenting "

Jika mengingat momen itu Haruto selalu berhasil di buat menangis. Seperti saat ini, air matanya turun tanpa ijin menetesi bunga cantik digenggamannya. Dari sekian keinginannya, Haruto selalu bermimpi menikah dengan seseorang yang tepat dan di saksikan oleh ayahnya. Tapi mimpi itu hanya akan menjadi angan, nyatanya saat ini beliau sudah tidak ada lagi di sampingnya. Tidak bisa menuntunnya sampai pelaminan seperti yang selalu Haruto impikan

"Tunggu!"

Suara menggemaskan mengalihkan perhatian Haruto yang tengah berjalan menuju altar dengan di dampingi ibunya, seorang anak menggenggam tangan Haruto dengan senyum lebar di wajahnya

"Jung boleh antar ruru?" Tanya si kecil penuh harap, seketika membuat senyum Haruto merekah. Kepalanya mengangguk pelan tanda setuju, sepertinya si kecil bisa memahami apa yang Haruto rasakan saat ini. Terlebih saat dia meminta Haruto untuk menunduk dan mengusap pelan pipi basah Haruto

"Jangan nangis, nanti pupurnya berantakan"

Haruto terkekeh pelan , tangannya terulur mencubit pelan pipi gembul Jungyeon. Anak kecil itu tahu benar cara membuat seseorang tersenyum

"Ruru gak akan nangis, kan sudah ada Jungyeon yang tampan menemani Ruru"

Jungyeon tersenyum lebar, tangan kecilnya menuntun Haruto menuju ke sebelas pamannya yang sudah menunggu di altar dengan perasaan gugup. Melihat betapa cantiknya Haruto malam ini membuat mereka berkali-kali memeriksa penampilan sendiri, mereka khawatir jika mereka belum cukup serasi jika di sandingkan dengan Haruto yang memiliki paras sesempurna itu

 Melihat betapa cantiknya Haruto malam ini membuat mereka berkali-kali memeriksa penampilan sendiri, mereka khawatir jika mereka belum cukup serasi jika di sandingkan dengan Haruto yang memiliki paras sesempurna itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Maafkan editan ku yang jelek ini🥲ngejar waktu soalnya)

Awalnya acara pernikahan berjalan dengan lancar, bahkan sampai mereka benar-benar resmi menjadi suami istri. Tapi ketika Haruto membelakangi para hadirin siap untuk melemparkan bubga di tangannya, dia tak sadar jika seseorang berlari dan berdiri tepat dibelakangnya. Semua orang menyaksikannya, bahkan sampai suara tembakan memenuhi ruangan disusul suara ricuh orang-orang yang mulai berlarian karena takut. Suara tembakan itu tentu saja membuat Haruto berbalik untuk melihat apa yang terjadi dan tepat saat itu bunga yang belum sempat ia lemparkan terjatuh begitu saja di lantai

"IBUUUU!!!"

"HARUTO BERHENTI!!!"

Haruto tak mendengarkan, dia berlari kearah ibunya yang sudah lemas di lantai dengan darah di mana-mana. Tak bisa untuk dirinya tidak menangis, dia sudah kehilangan ayahnya dan kini ibunya? Tidak, Haruto tidak akan biarkan itu terjadi

"Ibu yang kuat ya, haru bakal bawa ibu kerumah sakit. Ibu hiks ibu harus kuat"

Haruto baru akan menggendong ibunya, tapi tangan yang berlumuran darah itu menahan tangannya

"Ibu bahagia bisa menyaksikan pernikahan kamu langsung dan melihat betapa bahagianya kamu bisa memiliki mereka sebagai pendamping kamu"

"Jangan sekarang ibu, ibu diam hiks ibu pasti sakit kan? Ayo kerumah sakit"

"Berbahagialah sayang, jaga dirimu baik-baik"

"Tidak, ibu tidak boleh meninggalkan aku seperti ayah. Ibu hiks...IBUUUU...."

Suara tembakan kedua meredam suara teriakan Haruto ketika melihat ibunya tak lagi menatapnya, mata itu telah tertutup diiringi nafas yang mulai berhembus semakin pelan

Dia bahkan tidak perduli jika saat ini tengah ada kekacauan disekitarnya, dia hanya bisa menangis sambil memeluk erat ibunya yang tak lagi membuka mata untuknya

"Haruto kau baik-baik saja?" Jeongwoo mendekat, jemarinya mengusap pelan pipi basah Haruto yang tak henti menangis

"Bodoh pake nanya, lo gak lihat ibu gimana??? Udah cepet kita bawa mereka pergi" Junghwan menimpali, dengan sigap menggendong ibu dan membawanya keluar lewat pintu belakang, sementara Jeongwoo menggendong Haruto yang terus menyebutkan nama ibunya, genggaman tangannya pada tuxedo Jeongwoo sangat erat membuat Jeongwoo merasakan sakit yang sama ketika melihat bagaimana hancur istrinya saat ini

"KAK JIHOON!!!"

DOR

Langkah kaki Jeongwoo berhenti tepat saat dia keluar dari gedung, teriakan dan tembakan itu membuat Jeongwoo berpikiran buruk. Ingin berbalik untuk melihat apa yang terjadi disana, tapi ketika matanya menatap Haruto yang menangis dengan tangan yang gemetar membuat Jeongwoo akhirnya memutuskan untuk tetap pergi

"Aku akan kembali, tapi tolong jaga diri kalian baik-baik" Gumamnya pelan sebelum menyusul Junghwan yang sudah masuk kedalam mobil

Jeongwoo melihat Junghwan membeku di kursi kemudi, sepertinya dia mendengar apa yang Jeongwoo dengar

"Kak...k-kak Jihoon-"

"Sudah jangan pikirkan itu sekarang, kita harus membawa mereka ketempat yang aman. Percaya pada saudara kita yang lain, mereka tidak akan membiarkan salah satunya terluka"

Junghwan dengan berat hati akhirnya memutuskan untuk pergi

"Siapapun mereka aku tidak akan mengampuninya"
.
.
.
The continue

Emang boleh secute ini???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emang boleh secute ini???

Haruto Harem (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang