Chapter 32

3.8K 287 11
                                    

"eh...sayang, u-udah selesai ngomong sama Jihoon?"

Jangankan Inaya, Haruto yang hanya diam di kamar sejak tadi juga terkejut saat Inaya menyebut nama Prima. Apakah Prima mendengar apa yang sejak tadi Inaya katakan? Bukannya apa-apa, Haruto hanya khawatir dengan bagaimana perasaan Prima jika mendengar semua pengakuan dari Inaya. Gadis itu begitu lugu untuk kehidupan yang penuh dengan kemunafikan

Prima diam, matanya melirik sekilas kearah pintu kamar Haruto yang terkunci. Diamnya membuat Inaya begitu khawatir, dia bahkan kini mulai salah tingkah didepan Prima

"S-sayang. S-sebaiknya kita pulang sebelum terlambat untuk acara pertunangan"

Inaya mendekat, tapi Prima melambaikan tangannya tanda ia menolak

"Aku akan kesana dengan kakak ku, mereka bersedia datang. Kamu .... duluan saja"

"Ouh... benarkah?" Terlihat sekali Inaya tidak begitu yakin dengan jawaban Prima, apa lagi dia masih berpikir jika Prima mendengar semua perkataannya, tapi melihat senyum manis kekasihnya Inaya memilih untuk  percaya

"Kalau begitu.... kita berangkat bersama saja bagaimana?"

"Tidak perlu, kamu kan juga harus menjemput orangtua mu kan?"

"Ah iya, astaga aku lupa. Penerbangannya sebentar lagi tiba, kalau begitu aku pergi dulu. Datang tepat waktu oke"

Inaya buru-buru mengecup kening Prima sebelum akhirnya pergi dari sana, meninggalkan Prima yang menatap kepergiannya dengan tatapan datar

"Sekarang aku tahu, kenapa tidak ada skinship spesial diantara kita seperti pasangan pada umumnya"

"Kau mendengar semuanya?"

Prima berbalik, didepan pintu kamar Haruto berdiri dengan wajah khawatirnya

"Aku mendengar semuanya, dari bagaimana dia mengakui kesalahannya pada mu sampai dia mengakui perasaannya terhadap ku"

Haruto berjalan mendekat
"Apa kamu baik-baik saja?"

Prima tersenyum lembut
"Ya...aku baik"

Haruto menggelengkan kepalanya pelan, dia tahu benar gadis didepannya ini tengah berbohong. Tak ada seorangpun yang akan baik-baik saja ketika cintanya di permainkan, ketika cintanya yang sudah sangat tulus di taburi kebohongan

"Aku boleh minta sesuatu?" Tanya Haruto tiba-tiba, membuat Prima sedikit bingung tapi dia mengangguk mengiyakan

"Tolong, peluk aku" ujar Haruto sembari merentangkan kedua tangannya, dalam sekejap membuat bibir cantik Prima bergetar dan dalam hitungan detik berhambur dalam pelukan Haruto. Isak tangisnya perlahan terdengar, punggungnya gemetar

"Menangislah selama yang kamu butuhkan, tapi ingat untuk kembali kuat setelahnya"

Cukup lama mereka dalam posisi itu, mengabaikan setiap pandangan orang-orang yang melewati mereka. Yang terpenting bagi Haruto saat ini, Prima merasa lega dengan meluapkan emosi dalam tangisannya

"Apa kamu akan pergi ke pesta itu?"

Tangisannya berhenti, perlahan Prima mengangkat pandangannya menatap Haruto

"Jika ingin pergi aku tidak melarang karena itu keputusan mu, tapi jika tidak ....aku dan kakak mu siap untuk membantu mu"

Haruto menunjuk dengan tatapan matanya, dibelakang Prima terlihat saudara park tengah berjalan menghampiri mereka

"Aku tidak memberimu ijin untuk bertunangan dan kau membujuk Haruto begitu?"

Jihoon dengan langkah cepat mendekati keduanya, tangannya menarik kasar tangan Prima. Dia begitu kesal dengan keras kepala adiknya yang sebenarnya sudah dia coba mengerti sejak tadi

Haruto Harem (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang