15. Tekad Memecahkan Kebenaran

343 41 11
                                    

"Satoru..?"

Sepasang netra hazel itu mencari keberadaan sosok bersurai putih yang bernotabene sebagai hantu di rumah sementaranya itu

Yuuji menyusuri penjuru rumah sampai ke halaman depan, lantai 2, ia terus menerus mencari hingga tiba-tiba Itadori Yuuji teringat bahwa sosok itu pernah mengatakan kamar mandi adalah tempat favoritnya, lantas pemuda bernetra hazel itu berlari ke arah kamar mandi

"Benar saja.." Yuuji menghela nafasnya lega saat melihat sosok yang dicarinya duduk memeluk kedua kakinya, terlihat seperti sedang mencari keamanan bagi dirinya sendiri, "Kamu sedang apa disini Sa—"

Yuuji memotong perkataannya sendiri karena terkejut menyadari penampilan sosok tersebut, Yuuji membelalakkan netra hazelnya dan cepat-cepat menghampiri sosok bersurai putih salju

Sekali lagi pemuda bernama Itadori Yuuji memastikan apa yang dilihatnya benar-benar terjadi, dalam jarak yang lebih dekat dari sosok itu

"Kamu.. tubuhmu menipis Satoru, keberadaanmu lebih pudar dari sebelumnya.. apa yang terjadi" ujar Yuuji menahan tangis, kedua netra hazel miliknya berkaca-kaca membayangkan harus berpisah dengan sosok yang tanpa sadar telah dicintainya dalam waktu secepat ini

Sedangkan sang empunya yang dimaksud pun hanya diam, masih membenamkan kepalanya di sela-sela tangannya yang masih memeluk kedua kaki. Hingga mendengar isakan-isakan kecil dari si pemuda, sosok itu baru menolehkan kepala bersurai putihnya

"Satoru.. ceritakan padaku, apa yang terjadi.. hiks" ucapnya sembari menghapus air mata yang telah mengaliri kedua matanya, "Apa yang membuatmu seperti ini.."

Masih tidak ada jawaban, sosok Gojo Satoru masih terlihat menimang sesuatu, kemudian memejamkan mata beberapa saat, barulah ia mulai mengayun berbahasa isyarat dengan ekspresi menyakitkan

"Yuuji, sepertinya aku ingat sesuatu. Aku ingat.. sepertinya aku mati dibunuh" ucap Satoru menggunakan bahasa isyarat yang digerakkan melalui tangannya dengan tidak bersemangat

"Bagaimana.. bagaimana bisa, Satoru? Apa kau yakin? Aku tidak bisa membayangkan hal itu sama sekali, sebab kamu adalah orang yang sangat baik.." balas Yuuji menggenggam tangan besar milik si sosok hantu di hadapannya, "Apa kamu yakin begitu?"

"Benar, Yuuji. Aku teringat saat-saat terakhirku, itu berada di lantai kamar mandi, aku tergeletak disana, yang ku lihat hanyalah punggung beberapa orang yang beranjak pergi.. itu, menggunakan seragam sekolah, akupun juga.." Satoru membuang nafasnya kasar, mengusak-usak kepalanya sendiri, "Lalu aku teringat itu karena ada hal yang aku lakukan, Yuuji. Umm aku pergi ke tempat yang dilarang Suguru untuk kau kunjungi di rumah ini"

"Ayo kita kesana." ajak Satoru yang sudah berdiri dan berjalan keluar dari kamar mandi dengan cepat hingga Itadori Yuuji mengekori di belakangnya

Itadori Yuuji merasa hal ini tidak benar untuk dilakukan karena Suguru lah yang melarangnya untuk pergi kesana, namun jauh di lubuk hatinya, pemuda bersurai pink itu pun penasaran dengan apa yang ada disana

Pemuda itu menghela nafas sesaat, kemudian membuka pintu dari ruangan kecil yang berada di belakang rumah, ruangan itu terpisah dari bangunan utama. Berbasiskan kayu mulai dari atap hingga lantai menggunakan kayu, Yuuji membuka pintunya

Dan ia terbelalak hebat begitu mendapati foto Gojo Satoru yang dibingkai dan berukuran agak besar, dipajang di dinding kayu. Isi ruangan itu hanyalah terdapat tanaman bunga-bunga iris berwarna biru, dan beberapa barang yang ditaruh di sebuah kotak kayu besar

Satoru masih diam di pintu, tidak menginjakkan kakinya ke dalam. Sedangkan Yuuji mulai menjelajahi isi ruangan tersebut, melihat segala penjuru dan mengecek satu persatu barang yang disimpan disana. Pasti ini kali pertama Satoru melihat wujud dirinya sendiri dalam foto yang dibingkai tersebut, memicunya mengingat hal-hal yang berkaitan dengan hidupnya

"Ini adalah buku harianmu, Satoru. Apa kau sudah baca?" ucapnya sambil membersihkan debu yang ada di buku itu, dibalas gelengan kepala oleh sosok yang dimaksudnya

"Baiklah, nanti kita baca bersama. Mari baca secara perlahan. Semoga ingatanmu itu salah, Satoru. Aku akan membantumu mengetahui kebenarannya" tambah Yuuji sambil tersenyum, mengulurkan jari kelingkingnya, "Jadi kamu harus berjanji untuk jangan sedih, dan tinggalah disini lebih lama bersamaku"

Satoru membalas uluran jari kelingking itu dan membuat pinky promise, "Janji" ucap Satoru dengan senyuman manis

.

.

Suguru hanya mengaduk adukkan piring berisi tumis daging brokoli yang menjadi menu makan malamnya itu dan tidak menyantapnya, pikiran pria bersurai hitam terkuncir itu melayang-layang kemana mana

"Nak, kenapa belum dimakan juga? Cepat makan lah" panggil ibu Suguru, "Apakah ada yang sedang mengganggu pikiranmu?"

Ibu dan Ayah Suguru yang sedang duduk berhadapan dengan anak tunggal mereka itu pun menatap Suguru lekat, menghentikkan sejenak aktivitas makan malam mereka di meja makan keluarga dengan 4 kursi

Suguru menghela nafasnya, "Aku masih belum menyerah mencari pelaku yang membunuh Satoru. Entah mengapa, Ayah, Ibu, aku merasa kebenaran bisa semakin dekat kepada kita di waktu-waktu sekarang" ucapnya sambil menatap balik kedua orangtuanya bergantian

Tangan ibu Suguru terulur untuk mengusap punggung tangan anak lelakinya, "Sayang, Ayah dan Ibu selalu mendukung apapun yang kamu lakukan. Kami tentu juga menginginkan kebenaran itu, tentang kematian Satoru yang belum terpecahkan, karena kita semua menyayangi Satoru, bukan?"

Mendengar perkataan lebih lanjut dari sang ibu, Suguru tertawa sedih, "Ah, iya. Aku juga menyayanginya bu.."

Suguru Geto merasa hatinya remuk karena perasaan bersalah yang menggerogoti dirinya semenjak kematian saudara angkatnya itu, perasaan bersalah karena tidak menghargai keberadaan sosok itu ketika masih ada bersamanya

Ayah Suguru menimpali dengan tenang, "Tentu Nak, kita memang harus mendapatkan kebenarannya. Ayah juga tidak pernah sekalipun lupa untuk memecahkan kebenarannya, bilang lah apapun yang kamu butuhkan kepada Ayah"

Suguru tersenyum sambil menatap sang ayah, "Tentu"

Pria bernama lengkap Suguru Geto itu memantapkan hatinya lebih tegas lagi untuk memecahkan kebenaran dari kematian saudaranya, merasa bahwa hanya itulah satu-satunya cara untuk menebus perasaaan bersalahnya kepada sosok tersebut. Karena kata maaf sudah tidak bisa diberikan kepada sosok tersebut walau Suguru ingin mengatakannya sepuluh juta kali

Kini Suguru bertekad untuk memecahkan kebenaran yang terjadi pada kematian Satoru dengan tempo sesingkatnya

"Tunggulah, Satoru"

###

Thanks for reading! see you di chapter selanjutnya^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

amnesia ; goyuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang