"Ah.. Kepalaku pusing.."Phugun mengerang saat bangun keesokan paginya. Kepalanya berputar-putar hingga rasanya seperti akan pecah.
"Kamu sudah bangun? Apa kepalamu masih sakit?" Cirrus berjalan mendekat setelah dia mandi dan beganti pakaian dia berniat membangunkan Phugun. Tapi pemuda itu sudah bangun dengan sendirinya.
"Minumlah air dulu, itu akan membantu mabuk mu." Dia menyodorkan air disebelah meja dan memberikannya kepada Phugun.
"Terimakasih."
Phugun segera menerima dan meminumnya. Dan segera terheran saat menyadari Cirrus sudah rapi dengan kemejanya.
"Phi juga bekerja diakhir pekan?" Dia bertanya setelah melihat Cirrus berpakaian rapi seperti akan berangkat kerja. Cirrus yang mendengarnya justru menyilangkan tangannya.
"Apa maksudmu? Bukankah kita akan pergi kencan?" Tanyanya sambil menatap dalam ke arah Phugun dengan alis bertaut.
"Kamu tidak ingat?" Tanyanya.
Phugun sedikit tersedak mendengarnya.
"Ah, benar.. tidak, aku ingat kok." Katanya sambil menggeleng keras.
"Kenapa juga aku tidak ingat, aku mungkin tidak pintar minum tapi aku tidak pernah lupa ingat-." Kalimatnya terpotong seketika saat ingatan akan kelakuannya kemarin menghampirinya.
Dia menumpahkan air yang dia pegang, karena terkejut akan semua yang dia lakukan kemarin. Rentetan kejadian Dari saat dia berjongkok dihadapan Cirrus hingga saat ia tertidur diatas meja karena kelelahan dan semua ucapan provokasinya.
APA YANG KU MASUKAN KEMULUTKU KEMARIN??!?!
"Aku harus mengganti selimutnya lagi.." Gumam Cir melihat kelakukan Phugun. Tapi Phugun malah menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Rasanya aku ingin mencabut lidahku.." Lirih Phugun saat ingatan akan benda besar itu memasuki mulutnya begitu jelas. Telinganya sangat merah sekarang.
"Jika kamu berkata begitu, aku akan sedih.." Goda Cir saat menyadari kenapa Phugun tertegun dan terlihat malu, dia pasti mengingat akan kejadian kemarin.
"Arghh!! Aku minta maaf tapi aku tidak ingin meninggalkan kasur ini." Phugun begitu malu dan melingkarkan tubuhnya pada selimut basahnya itu, bergulung hingga tubuhnya tertutup dengan sempurna.
"Kepala.. Ya!! Kepalaku pusing, besok, ayo pergi besok saja!" Tawarnya masih dengan posisi yang sama.
AKU TIDAK AKAN PERNAH MINUM BIR LAGI!! BATINNYA BERTERIAK.
Setengah jam kemudian setelah mulai tenang Phugun akhirnya keluar dari kamar dan membuat teh untuk dirinya, melewati Cir yang tengah meminum kopi dimeja makan dan melangkah menuju sofa ruang tamu.
"Kamu tidak ingin pergi?" Cir bertanya untuk kesekian kalinya mengenai rencana kencan mereka. Sedangkan Phugun sedang duduk dengan lutut ditekuk di dada, dan menyesap tehnya pelan-pelan.
"Karena mabuk, aku merasa seperti akan jatuh karena pusing. Jadi aku tidak bisa pergi, sungguh aku tidak bisa." Jawabnya.
"Baiklah jika mabuk alasannya, maka itu bisa diterima," Cir menatapnya dengan alis berkerut. "Tapi, kenapa kamu membuat jarak denganku?" Tanyanya karena Phugun seolah sengaja duduk begitu jauh darinya sekarang.
"Aku tidak ingin duduk di meja makan hari ini.." Katanya sambil mempoutkan bibirnya.
"Kenapa? Apa karena kita melakukannya diatas meja makan kemarin? Bukankah kamu tidak papa ketika kita melakukannya di kasur?" Cirrus berkata sambil berjalan kearah Phugun.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRY ME [END]
RomanceCirrus seorang cucu dari pengusaha terkaya di Thailand terpaksa menikah dengan sahabat kecilnya Chanya. Tapi ketika hari H pernikahan Chanya justru kabur bersama kekasihnya, memaksa Cir untuk menemukan pengantin lain sesegera mungkin. Phugun adalah...