Setelah dimarahi habis-habisan karena lupa mengantarkan obat kepada kakek, Phugun menjadi semakin sedih dan tidak bisa tidur nyenyak di kamarnya. Sedangkan Win yang menenangkan kakek harus pulang karena kucing-kucingnya sedang menunggu dirumah. Jadi dia memutuskan berkeliling agar lelah dan mulai mengantuk dengan sendirinya.
"Dibandingkan rumah kami, sangat sulit mencari kamar mandi di rumah ini. Berapa banyak lorong dirumah ini sebenarnya..?"
Phugun berjalan dengan pelan setelah keluar dari kamar mandi sambil mencoba menemukan setiap tombol lampu, dia habis dari kamar mandi luar karena kamar tempatnya tidur, kamar tamu, tidak memiliki kamar mandi didalamnya, sedangkan kakek tidak memperbolehkannya tidur dikamar Cirrus.
"Aku jadi haus, haruskan aku ke dapur saja? Hmm sepertinya tadi dapurnya disebelah sini.."
Dia berbelok disalah satu lorong entah menuju kemana, dan saat itu dia mendengar suara batuk yang cukup keras. Phugun seketika berhenti dan menoleh ke arah suara itu berasal.
"Suaranya seperti datang dari kamar kakek.."
"Uhuk.. Uhukk.."
Phugun berbalik dan berjalan mendekat ke kamar kakek, semakin dekat dan dia mendengar suara batuk yang semakin jelas.
Kakek terbatuk sangat keras, apa dia semakin sakit ya?
Haruskah aku masuk?
Aku khawatir, sebaiknya aku mengeceknya.
"Permisi.."
Phugun mengintip sedikit dari celah pintu, dan saat dia mendengar suara batuk yang semakin parah akhirnya kakinya secara otomatis melaju kedalam tanpa berpikir dua kali.
"Kakek.. Apa kamu baik-baik saja..?"
Betapa terkejutnya dia saat melihat tubuh kakek yang merah dan penuh dengan keringat, keadaanya terlihat tidak baik sama sekali. Meskipun dia terbatuk tapi kakek masih saja menutup matanya seolah mencoba tertidur.
"Apa yang harus kulakukan?"
"Apa aku harus Menghubungi 911? Menghubungi Phi Win? Atau Phi Cir??"
"Kek tolong tunggu sebentar. Aku akan mencari bantuan!"
Ucap Phugun secara acak karena terlalu bingung, dia sudah berbalik dan bersiap keluar dari kamar saat suara kakek menghentikannya.
"Berhenti membuat keributan, Ini hanya sedikit demam." Ucap kakek sambil menatapnya dengan lemah.
"Tapi, aku tetap harus menelpon Phi Win.."
"Aku bilang tidak perlu." Kakek menatapnya dengan tajam, membuat langkah kaki Phugun benar-benar terhenti.
"Aku hanya sedikit kedinginan. Aku akan segera lebih baik setelah obatnya bereaksi." Kakek mengatakannya dengan suara yang begitu lemah. Berbeda dengan sebelumnya saat dia marah dan berteriak pada Phugun.
"Kakek.." Phugun merasa iba, dia segera melangkah mendekat kembali kepada kakek.
"Permisi.." Tangannya terulur mencoba mengukur panas dari tubuh kakak. Dia menempatkan tangannya yang lain di dahinya.
Hufth.. Untunglah Ini hanya sedikit lebih panas dari suhu tubuhku.. Pikir Phugun.
Jika hanya sepanas ini Phugun akhirnya memutuskan untuk merawat kakek sendiri. Dia segera berlari keluar mengambil air dan handuk guna mengompres dahi kakek. Dia menjaga nya semalaman dengan terus mengganti handuk basahnya untuk mengompres. Hingga kakek tertidur dengan nyaman sampai keesokan harinya.
Hmm.. handuk basah?
Kakek bangun dan segera mengambil handuk basah di dahinya, dia segera bangun saat merasakan rasa berat dikakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRY ME [END]
RomantizmCirrus seorang cucu dari pengusaha terkaya di Thailand terpaksa menikah dengan sahabat kecilnya Chanya. Tapi ketika hari H pernikahan Chanya justru kabur bersama kekasihnya, memaksa Cir untuk menemukan pengantin lain sesegera mungkin. Phugun adalah...