Seorang wanita terlihat sedang memasak dengan celemek yang melilit indah di tubuhnya. Perawakan yang ideal menambah kesan seksi ditubuhnya. Usai masak, Shani menata masakannya di atas meja makan. Tak lupa ia membuat 3 gelas susu.
Shani berjalan menuju kamarnya. Terlihat sesosok pria kekar sedang mengancing kemejanya. "Butuh bantuan?." Suara itu mengalihkan atensi pria itu. Gracia mengangguk.
Shani pun mendekat dan mengambil dasi yang tergeletak di atas kasur. "Yaampun, suami aku ganteng banget." Gracia yang mendengar pun hanya tersenyum hingga giginya terlihat.
Gracia mengelus rambut istrinya pelan dan mengecup singkat dahinya. "Semoga hari ini nggak ada yang cari masalah ya sama kamu." Cemas Shani. "Iya Shan, semoga." Gracia lalu pergi untuk mengambil tas kerjanya.
"Yaudah, aku mau ke kamarnya Freya dulu ya." Setelah mendapat jawaban dari Gracia, Shani pun pergi ke kamar Freya.
Tok tok tok...
"Freya?, kamu udah bangun sayang?." Freya yang mendengar maminya dari balik pintu pun menjawab. "udah kok mi, ini udah siap. Bentar lagi aku turun." "Oke sayang." Setelahnya, Shani pergi dari depan pintu Freya dan menunggu mereka di meja makan.
"Freya, kamu berangkat bareng papi ya?." Ucap Gracia setelah menyelesaikan acara makannya. "Kenapa pi?, tumben." Gracia pun sedikit tertawa mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut anaknya.
"Ya nggak apa-apa dong, kemarin hari pertama kamu sekolah kan papi nggak bisa anter kamu." Freya yang menganggap ini adalah permintaan maaf dari papinya pun hanya mengangguk.
"Yaudah mi, Freya berangkat sekolah dulu ya." Ucap Freya dan menyalimi punggung tangan Shani.
"Aku juga berangkat ya sayang." Ucap Gracia dan tangannya di salimi oleh Shani. "Iya, kalian hati hati ya." Keduanya hanya mengangguk.
"Freya," panggilan itu menghentikan langkahnya. "Kenapa mi?." Tanya Freya seraya berbalik badan. "Kamu baik-baik ya di sana. Jaga emosi kamu."
Freya yang mengerti pun mengangguk dan menjawab iya. Setelahnya Freya hilang di telan pintu besar itu. Shani yang melihat itu pun hanya bisa tersenyum dan lanjut membereskan alat masakannya.
Setelah mendengar mobil Gracia menjauh dari rumah, Shani segera menuju ke wastafel dan mengeluarkan makanan yang baru saja ia makan dengan keluarganya.
"Ah makanan manusia. Aku belum terbiasa dengan itu." Setelahnya Shani mencuci mulutnya dan mengeringkannya dengan sapu tangan yang selalu ia bawa.
Kembali ke Gracia yang kini tengah fokus menyetir. Freya yang asik melihat pemandangan di sebelah kiri. Rumah mereka jauh dari pusat kota dan sedikit masuk ke dalam hutan. Jadi tak heran jika mereka melewati pepohonan yang tinggi.
Belum sempat melewati hutan tersebut, mobil Gracia di hadang oleh sebuah mobil dan memaksa Gracia untuk turun.
"Hei, apa kau tahu peraturan di jalan ini tuan?." Ucap orang yang menghadang mereka. Orang itu membalikkan badannya dan memperlihatkan namanya yang tercetak jelas di jaket kulitnya.
"Rachel"
"Nama yang cukup feminim untuk seorang preman." Kekeh Gracia dalam hati.
"Jadi, apa mau mu?." Ucap Gracia menatap dingin orang yang tingginya tak jauh beda darinya.
"Serahkan uangmu, maka kau bisa bebas." Ucapnya tanpa ada rasa takut sama sekali.
Jika di lihat dari track record-nya, Rachel sudah banyak memenangi pertarungan liar. Itulah yang menumbuhkan rasa percaya dirinya hingga berani berhadapan dengan Gracia saat ini. Setidaknya, sebelum ia dihabisi oleh Gracia.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PLEASURE
Action[ON GOING] Mature, berisi adegan kekerasan yang mungkin berdampak buruk pada si pembaca. Berusaha menghadirkan cerita yang dikemas dengan cover berbeda. Romance, tidak bisa dipungkiri bahwa bagian ini adalah salah satu yang terpenting dalam sebuah...