Gracia yang masih dengan pakaian berantakannya duduk di tepi kasur sembari menenangkan anak semata wayangnya. Ia tak kuasa menyaksikan Freya yang menahan sakit.
Jangan lupakan Jessi yang mereka letakkan di kamar bawah.
Beberapa saat, Shani pun keluar dari bilik kamar mandi Freya. Shani memutuskan untuk mandi di sana saja. Dengan aroma tubuh yang wangi, Shani mendekati Freya yang terbaring lemas di sana.
"Maaf, kami selaku dokter sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, tuhan berkehendak lain."
Shani tak ingin mendengar kalimat itu keluar dari mulut seorang dokter, jika dirinya dan Gracia membawa Freya ke rumah sakit. Mereka terlalu lemah dalam mengobati seseorang. Pikir Shani.
Shani memutuskan untuk menjadikan dirinya sebagai obat untuk anaknya.
Bagaimana caranya?
Gracia yang melihat Shani mendekat pun berdiri dan memberikan space untuk Shani duduk.
"Mamihh." Suara itu terdengar lirih dan merintih di telinga Shani maupun Gracia. Shani mengelus pipi anaknya dan mengangkat kepalanya untuk di letakkan di atas pahanya.
"Sayang, mami nggak bisa liat kamu kesakitan terus." Shani mengucapkan itu dengan air mata yang sudah menetes.
"Aku nggak apa apa mami," terdengar seperti lelucon di telinga Shani. Bagaimana bisa anaknya mengatakan dirinya baik-baik saja. Dengan mata telanjang pun bisa menyimpulkan jika Freya kesakitan.
Shani yang sudah duduk di kasur dengan kepala Freya berada di pahanya meminta Gracia untuk pergi ke kamarnya mengambil alkohol dan beberapa helai tissue.
Gracia mengangguk, lalu melenggang pergi ke kamarnya. Beberapa saat, Gracia datang dengan alkohol dan tissue. Shani menerimanya.
Shani menatap mata anaknya yang sayu dan menahan sakit. Shani tak bisa berlama lama menatapnya.
Dengan segera, Shani menarik tiga helai tissue dari dalam kotaknya. Dibukanya tutup alkohol tersebut. Shani menuangkan alkohol itu beberapa kali ke tissue-nya.
Dirasa cukup,Shani menutup kembali alkoholnya dan meletakkannya di nakas samping kiri. Setelah itu, tangan kanan Shani yang memegang tissue tersebut bergerak mengusap lengan kirinya.
Freya yang melihat hal itu pun sedikit merasa bingung. Bukankah dirinya yang terluka?, lantas mengapa alkohol itu dioleskan ke lengan mulus itu?.
"Kan aku yang luka mi, kenapa diolesin ke lengan mami?." Shani tak dapat menahan senyumnya mendengar pertanyaan itu. "kamu mau sembuh kan?" Freya pun mengangguk dengan cepat. "Yaudah"
Freya semakin bingung di buatnya. Tapi rasa sakitnya tak kalah mendominasi dari rasa bingung tersebut.
Alasan Shani mengoleskan alkohol ke lengannya supaya bersih dari kuman dan bakteri.
Selesai dengan mengolesi lengannya, Shani lantas menengadahkan tangan kanannya pada Gracia. Seperti meminta sesuatu.
"Mau apa?." Tanya Gracia. "Pisau kamu." Dengan segera Gracia mengeluarkan pisaunya dari balik sakunya.
"Nih" Shani langsung menerimanya. Shani mengalihkan tatapannya ke Freya. "Kamu siap ya sayang." Freya tak menjawab. Namun secara lekat terus menatap maminya.
"Srettt"
"Akkhhh"
"Mami!," Pekik Freya dan langsung menutup kedua matanya. Jantungnya berdegup dengan kencang melihat maminya yang menyayat lengannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PLEASURE
Action[ON GOING] Mature, berisi adegan kekerasan yang mungkin berdampak buruk pada si pembaca. Berusaha menghadirkan cerita yang dikemas dengan cover berbeda. Romance, tidak bisa dipungkiri bahwa bagian ini adalah salah satu yang terpenting dalam sebuah...