Langit sedikit kemerahan menandakan hari yang semakin senja. Suasana yang perlahan mulai sejuk, kicauan burung pun sayup-sayup terdengar menjauh. Suara jangkrik kian memberikan relaksasi tersendiri bagi siapapun yang mendengarkannya. Tak terkecuali Freya dan Jessi yang sedang duduk di balkon kamarnya. Menyaksikan sang senja yang perlahan ditelan dinginnya malam."Freya, Jessi?, ayo turun, kita makan bersama." Freya sedikit menoleh ke arah jam dinding kamarnya.
Jam enam,
Lalu pandangannya menuju ke arah Jessi. "Iya mi, bentar lagi kami turun." Ucap Freya sedikit berteriak karena posisi mereka yang sedikit jauh dengan pintu kamar. "Yaudah mami tunggu ya."
Hening. Tak terdengar suara apapun lagi. Freya sedikit menarik nafas kemudian menghembuskan secara kasar. Keluarga mereka sudah biasa melakukan acara makan malam sedikit lebih awal. Karena dari dahulu sudah dibiasakan untuk tidak melakukan acara makan terlalu malam.
Yang Freya tau, makan pada saat larut malam membuat tubuh tidak sehat. Makanan yang baru saja di makan akan langsung di bawa tidur dan metabolisme tubuh pun sudah bekerja sedikit melambat.
"Yuk Jess, kita turun sekarang." Jessi pun mengangguk. Jessi masuk terlebih dahulu, kemudian di susul oleh Freya. Kemudian Freya menutup pintu balkon kamarnya dan menarik gorden untuk menutupi pintu kaca balkonnya.
"Bentar, aku cuci muka dulu." Jessi yang merasakan wajahnya sedikit kering pun ikut masuk ke dalam kamar mandi. "Fre, menurut kamu aku bisa ngendaliin 'itu' nggak?." Sejenak Freya berhenti dari kegiatan membasuh mukanya. Tak lama, ia kembali melakukan aktivitasnya tanpa menjawab pertanyaan Jessi.
"Pasti bisa." Dua kata yang terdengar meyakinkan keteguhan hati seorang Jessi. Jessi mengambil alih wastafel dengan keran yang masih menyala. Setelah selesai, keduanya mengeringkan wajahnya menggunakan tissue yang ada di sebelah wastafel.
"Ah, sudah kuduga. Anak itu sedikit keras kepala." Ucap Gracia saat Shani selesai menceritakan apa yang Jessi alami. Shani pun membawa beberapa lauk lalu di letakkan di atas meja makan. "Mereka sudah kamu panggil?." Dengan masih sibuk menata makanan, Shani hanya mengangguk menjawab pertanyaan suaminya. "Sudah kok."
"Tadi terpaksa aku pakai portal itu." Ucap Shani kembali. Gracia pun langsung berhenti minum dengan wajah yang sangat kaget. "Apa!, kamu beneran?. Kok bisa?!." Gracia memekik sedikit keras. Pasalnya portal itu tak bisa sembarangan untuk di gunakan. Membutuhkan fokus level tinggi dan tenaga yang cukup besar. Lagi pula, penggunanya harus berada di tempat yang tertutup. Agar tak menimbulkan kecurigaan orang lain.
"Mereka lagi ada di UKS, jadi aman aja." Gracia sedikit bernafas lega. Setidaknya Shani tak gegabah menggunakan kekuatannya. "Semoga kamu bisa mengendalikan diri agar tidak kelepasan menggunakan kekuatanmu yang besar itu Shani." Gracia terkekeh sambil mengelus lengan istrinya.
Tak lama kemudian, terlihatlah Freya dan Jessi yang menuruni anak tangga. Freya yang melihat kedua orang tuanya sedang bercanda gurau di meja makan. Menunggu kehadiran mereka berdua.
"Malem pi, mi." Ucap Freya dan Jessi berbarengan. "Yuk duduk, papi udah laper banget ini." Mereka yang mendengarnya pun terkekeh dan mengambil piring mereka masing-masing.
Dari mereka berempat, terlihat Shani yang porsi makannya paling sedikit. Freya pun tak heran lagi melihat hal itu, namun tidak bagi Jessi. "Mami kok makannya dikit banget?." Yang ditanya pun menoleh. "Iya Jessi, belum terbiasa." Jessi sedikit mengerutkan dahinya. Tak mengerti akan maksud dari ucapan Shani.
Namun tak ia hiraukan dan melanjutkan makannya hingga habis. Tak terasa kini hanya tersisa piring dengan sendok yang tergeletak di atasnya. "Wah, enak bangeth." Ucap Freya sedikit meregangkan tubuhnya. Menyenderkan tubuhnya ke kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PLEASURE
Action[ON GOING] Mature, berisi adegan kekerasan yang mungkin berdampak buruk pada si pembaca. Berusaha menghadirkan cerita yang dikemas dengan cover berbeda. Romance, tidak bisa dipungkiri bahwa bagian ini adalah salah satu yang terpenting dalam sebuah...