P.13 Introgasi

1K 99 8
                                    

Terlihat hamparan luas dari pekarangan rumah, pagar serta pintu yang menjulang tinggi seakan menjadi pembatas. Beberapa pekerja terlihat sedang merawat serta membersihkan kebun di ujung sana. Rumah yang cukup besar nan luas menjadi pusat utama mata memandang.

"Langsung berhenti di depan pintu ya pak." Ucap Olla sembari terus memberikan afeksi ada Lulu. Ia senantiasa memegangi dada kirinya yang terasa nyeri. "Baik non."

Kini mobil yang di naikin oleh Olla dan Lulu telah sampai di depan pintu utama. Dengan segera Olla turun, berlari ke arah pintu sebelah dan membukanya. Membopong tubuh Lulu kemudian di bawa masuk.

Olla membawa Lulu hingga ke lantai dua-kamarnya. Setelahnya, ia baringkan tubuh Lulu serta sedikit membukakan kancing bajunya. "tunggu sebentar ya." Lulu pun mengangguk lalu memejamkan matanya.

Dengan cepat Olla berlari menuruni anak tangga, mencari seseorang yang bisa ia tanyakan. Netranya menelusuri setiap sudut rumah, lalu tak sengaja melihat satu pekerjanya. "Bi, bibi!." Teriak Olla menghampirinya.

"Eh iya non kenapa?." Olla berhenti, mengatur nafasnya terlebih dahulu. "Mommy sama papi belum pulang bi?." Bibi itu pun menggeleng. "Belum non, mungkin sebentar lagi." Olla pun terlihat panik dan bibi pun menyadarinya. "Ada yang bisa bibi bantu non?." Olla menggeleng dengan cepat.

"Nggak bi Sumi, kalau gitu aku balik ke kamar lagi ya bi." Belum sempat menjawab, Olla langsung berlalu pergi meninggalkan bi Sumi atau Sumini.

Sumini, ia terlihat berumur kurang lebih 20 hingga 30 tahunan. Datang dari desa dengan harapan bisa mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Hidup sebatang kara memaksanya untuk berkelana jauh ke kota antah berantah. Kehadirannya di kota ini tidak semata mata mulus, dirinya mengalami banyaknya cobaan serta sulitnya mendapat pekerjaan. Perkotaan pun tidak menjamin akan mudahnya mendapat suatu pekerjaan.

Satu minggu yang lalu, ia mulai menginjakkan kakinya di rumah ini. Membantu sang majikan serta pekerja lainnya menyelesaikan pekerjaan rumah. Mendapat bagian bebersih di dalam rumah.



"Lu, masih sakit nggak?." Lulu yang sedang memejamkan matanya pun perlahan membukanya dan mengangguk. "Aduh, gimana ya. papi sama mommy belum pulang." Lulu yang tak mau membuat Olla semakin panik pun coba menenangkan. "Gapapa, bentar lagi pasti pulang kok." Olla pun berjalan mendekat ke arah ranjang Lulu.



"Olla, mommy mau titip pesan sama kamu. Sebisa mungkin kalian semua saling jaga ya. Siapa tau mommy atau papi belum pulang ke rumah." Ujar mommynya.

"Maksud mommy gimana?." Mommy-nya pun tersenyum kemudian mengelus kepala anaknya.

"Kalau satu di antara kalian mengalami nyeri di bagian dada kiri, kalian bisa mengatasinya dengan berciuman." ujarnya dengan tenang.

"Hah, kok bisa gitu." Pekik Olla yang kaget dengan fakta tersebut.

"Bukan ciuman biasa sayang, tapi lidahnya harus di gigit oleh siapa pun yang merasakan nyeri di dadanya. Sedikit tidaknya ada darah yang keluar dari sana." Olla mematung, tak percaya dirinya mendengar hal aneh seperti itu.

"Bisa kan?."


Nyeri di dada bagian kiri. Hampir seluruh anggota keluarga Olla pernah mengalaminya. Salah satu penyebabnya adalah adanya emosi yang tak stabil mengguncang pikiran. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa ada faktor lain yang dapat memancing rasa nyeri itu.

Lulu, tadi sepertinya emosinya cukup stabil. Di lihat dari nada bicara serta perilakunya yang tak menunjukkan tanda marah. Lalu apa penyebabnya.

Olla tersadar dari lamunannya kala mendengar ringisan Lulu. Ia menghadapkan dirinya ke arah Lulu dan mengelus kepalanya. "Sakit lagi?." Lulu hanya mengangguk.

"Kalau nunggu mommy papi bakalan lama." Olla sedikit menggeser posisi Lulu, mencari tempat untuk dirinya berbaring. Namun sebelum itu, Olla mengganti bajunya terlebih dahulu. Setelah selesai, Olla kembali menghampiri Lulu lalu berbaring di sebelahnya.

"Kenapa La?." Olla menggeleng. "Mami pernah ngasih aku tips kalau ada salah satu di antara kita yang kesakitan," Olla lebih mendekatkan dirinya ke Lulu, hampir menempel rapat.

"Terus?." Olla mendekatkan bibirnya ke arah telinga Lulu lantas berbisik, "Kita harus ciuman, dan gigit lidah gw sampai keluar darah." Lulu membulatkan matanya lalu sedikit mendorong bahu Olla. "Yang bener lo?." Olla hanya tersenyum.

"Beneran, sekarang terserah lo." Lulu tampak berpikir sebentar. Sebelum akhirnya rasa nyeri itu datang dan membuat dirinya meringis.

"Shh, iya deh. Yang penting ini sakit cepetan hilang." Olla pun kembali mendekatkan dirinya. Memeluk pinggang Lulu. Sedangkan Lulu memegang rahang Olla agar ia bisa mengontrolnya.

Perlahan Olla mengikis jarak antara dirinya dan Lulu. Memejamkan mata dengan bibir yang perlahan terbuka. Biarkan Lulu mengontrol dirinya untuk sesaat.

Olla kini merasakan sesuatu yang kenyal bersentuhan dengan bibirnya. Terpaan nafas yang hanya mengenai wajahnya.

Olla menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulut Lulu. Itu pun di terima baik oleh Lulu. "Tahan ya La." Mata Olla masih terpejam lalu mengangguk.

"Mmhhhh ssshhhh"

"Jadi itu darah siapa?." Shani sedikit menyesap cairan merah yang ada di mug-nya. Jessi dan Freya pun saling melempar tatapan. Kini keduanya menggeleng.

"Kita ngga tau mi, kayaknya mereka mau menjebak kita deh,"

"Itu sudah pasti, makanya mami menyuruh kalian meminum darahnya." Kini keduanya perlahan mengerti arti dari darah yang mereka minum. Ternyata benar saja, fungsinya tak lain adalah untuk meredam kekuatan tersebut.

Shani berdehem guna meraih atensi mereka semua. "Aku mengenali darah itu, darah yang sudah lama sekali menghilang. Hilang karena telah di ambil oleh musuh bebuyutan ku." Freya dan Jessi sudah dipstikan kita paham dengan yang Shani katakan. Namun berbeda dengan Gracia.

Ingatan Gracia terlempar jauh beberapa ratus tahun ke belakang. Mengingat sosok yang memiliki darah seperti yang Shani katakan.

"Huh, jangan bilang..."

"Iya Gracia."









Lulu sedikit mengelus bibir Olla yang berisi bercak darah. Selepas dirinya menggigit lidah Olla, secara perlahan kini nyeri di dadanya kian mereda. Bahkan tak sakit sama sekali. "Maaf dan makasi La." Olla mengangguk serta Lulu yang mulai beranjak dari tempat tidur menuju ke kamar mandi.

Terdengar suara seseorang yang sedang mengobrol di lantai bawah. "kayaknya mommy papi udah pulang." Namun Olla enggan beranjak dan lebih memilih menunggu Lulu.

Sekian menit, akhirnya Lulu keluar dengan wajah yang fresh serta pakaian santai yang membalut tubuhnya. "Yuk turun, tadi aku dengan suara mommy papi kayaknya." Tangan Olla di tarik secara halus dan mulai menuruni satu per satu anak tangga.







"Ngapain kesini Flo?!."

"Bukannya udah di sediain rumah ya?. Bahkan penjagaannya ketat banget."






















THANKS





TBC

MY PLEASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang