29

460 48 2
                                    

Freya meraba-raba sakunya, merasakan bulu halus dari daun mint yang telah dia simpan. Hari ini adalah hari yang dia tunggu-tunggu. Saatnya untuk menunjukkan pada keluarga Flora bahwa dia bukanlah anak yang lemah, bahwa dendamnya terhadap kematian ayahnya akan terbalaskan.

Kepalanya terasa berat saat dia berjalan menuju ruang kelasnya. Pikirannya dipenuhi oleh rencana yang telah dia susun dengan rapi. Dia harus memastikan bahwa aksinya terhadap Lulu akan berjalan dengan mulus, tanpa sepengetahuan orang lain.

Freya duduk dengan tenang di tempatnya yang berada di pojok kelas.  merenungkan kembali rencana yang sudah ia susun di dalam kepalanya.

Hatinya berdebar-debar saat ia merencanakan aksi balas dendamnya. "Hari ini adalah hari di mana aku harus membuang rasa simpatiku. Demi papi," gumamnya dalam hati.

Setelah bel berbunyi, murid-murid mulai meninggalkan kelas untuk istirahat makan siang. Freya keluar dari kelas, menyelinap ke perpustakaan sekolah. Dia menemukan tempat yang sempurna untuk melaksanakan rencananya.

Freya tak kembali ke kelasnya, namun ia memancing Lulu agar masuk ke perangkapnya. Tentu melalui perantara orang lain.

-

Freya merasa napasnya tersangkut di tenggorokannya saat dia memandangi Lulu dari kejauhan. Saat itu, gadis itu sedang asyik berbincang dengan teman-temannya di halaman sekolah, tersenyum manis dengan sinar matahari menyinari wajahnya yang cantik. Tetapi di dalam hati Freya, hanya ada kebencian yang membara.

Dia tahu bahwa hari ini adalah hari terakhir Lulu berjalan-jalan dengan bebas. Hari ini, dia akan memastikan bahwa Lulu tidak akan pernah lagi berdiri di antara dia dan keadilan untuk ayahnya.

Freya menyusup ke dalam perpustakaan sekolah, tempat yang menjadi markas operasinya. Dia mempersiapkan perangkapnya dengan hati-hati, mengingat setiap detail rencana pembunuhan yang telah dia susun dengan sempurna.

Sementara itu, di kelas Lulu, suasana tenang terasa terlalu berlebihan. Lulu duduk dengan teman-temannya, tersenyum dan tertawa, tidak menyadari bahaya yang mengintainya.

"Lulu, kamu denger tentang insiden di sekolah lain?" tanya salah satu temannya kepada Lulu.

Lulu menggelengkan kepala. "Memangnya ada apa?"

"Ternyata ada seorang siswi yang jatuh dari tangga dan meninggal. Katanya sih, dia tergelincir karena tangganya dilumuri minyak," jawab temannya dengan serius.

Wajah Lulu memucat mendengar berita itu. "Iyakah? Itu mengerikan," ucapnya dengan gemetar.

Sementara itu, Freya merencanakan aksinya dengan cermat di dalam perpustakaan. Dia mengeluarkan botol kecil yang berisi minyak dan menyisipkan jarum kecil ke dalamnya. Senyum jahat melintas di wajahnya saat dia membayangkan reaksi Lulu ketika dia menyadari apa yang terjadi.

Saat bel masuk berbunyi, Freya menyelinap keluar dari perpustakaan, siap untuk melaksanakan rencananya.

Di kelas Lulu, suasana semakin tegang. Gadis-gadis di sekelilingnya berbisik-bisik tentang kecelakaan tragis yang terjadi di sekolah lain.

"Lulu, kamu baik-baik saja 'kan?" tanya teman dekatnya dengan nada khawatir.

Lulu mengangguk, tetapi matanya penuh dengan ketakutan. Dia tahu bahwa dia harus waspada, tetapi tidak menyangka bahwa bahaya sedang mengintainya begitu dekat. Olla juga tidak berada di sebelahnya saat ini. Itulah yang membuat Lulu semakin takut.

Di saat yang bersamaan, Freya bersembunyi di lorong gelap di luar kelas Lulu, menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan aksinya. Dia merasakan adrenalin mengalir di dalam dirinya, memompanya dengan kekuatan yang tak terbatas.

Ketika bel pelajaran selesai, Lulu bergegas meninggalkan kelas, bersama dengan teman-temannya. Dia merasa lega karena berhasil melewati hari itu tanpa kejadian yang tidak diinginkan.

Namun, saat dia berjalan di lorong menuju ruang klub, dia merasa sesuatu yang aneh. Ada aroma yang tidak biasa menguar di udara, aroma yang mencurigakan.

Tanpa peringatan, Lulu merasakan sesuatu yang licin di bawah kakinya. Sebelum dia bisa bereaksi, kakinya tergelincir dan dia jatuh ke lantai dengan keras.

Freya menatap dengan puas dari kejauhan saat Lulu terjatuh, terjerembab di atas lantai. Dia bisa merasakan keberhasilan rencananya memenuhi hatinya dengan kepuasan.

Di dalam ruang klub, teman-teman Lulu bergegas ke arahnya dengan panik, mencoba membantunya bangkit dari lantai.

"Lulu, kenapa? Heii!" tanya salah satu temannya dengan khawatir. Lulu hanya mengerang kesakitan. Karena kepala bagian belakangnya terbentur cukup kuat.

"Tolong panggilkan kak Olla, sama Flora! Cepat!" Beberapa murid pun bergegas meninggalkan lokasi. Mencari keberadaan dua orang tersebut.

"Lulu, bertahan lah!"

MY PLEASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang