Flora, duduk di antara anggota keluarganya. Jika dihitung, terdapat delapan personil termasuk dirinya. Dentingan sendok mengenai piring menandakan bahwa mereka sedang melakukan acara makan.
Sedikit terlihat berbeda karena beberapa orang menatap tidak suka akan kehadiran Flora. Orang itu adalah Olla.
Tapi, di sekolah kan mereka akur-aku saja?.
Di luar rumah memang mereka terlihat biasa saja. Namun berbeda jika Flora kembali menginjakkan kakinya ke rumah. Bukan tanpa sebab, Olla dan yang lainnya tak ingin memancing makhluk lain untuk mendatangi rumahnya. Karena mencium darah manusia.
Itulah alasan mengapa Flora di berikan rumah khusus dengan penjagaan yang sangat ketat. Dan keluar rumahnya pasti di kawal.
"Kok kesini sih Flo?." Olla sedikit membersihkan sudut bibirnya dengan sehelai tissue.
"Emm, papi sama mommy yang ajak." Kini pandangan Olla tertuju pada kedua orang tuanya.
"Ada apa pi?, mi?."
Cornelia Vanisa, selaku kepala keluarga di sini. Dirinya kerap di panggil Oniel. Ia sudah berumur sekitar 470 tahun. Sedangkan sang istri yang bernama Indah Cahya Nabila atau biasa di panggil dengan sebutan Indah. Perbedaan umur mereka terpaut jauh satu sama lain. Umur Indah saat ini adalah 400 tahun.
"Ada yang mau papi bicarakan pada kalian semua." Oniel mengatakan itu setelah ia menegak habis minumannya. Tak lama, semua dari mereka pun selesai dengan makannya.
"Jadi gini, kalian tenang aja. Papi udah tuangin darah kok di sekitar rumah kita. Jadi makhluk lain nggak akan tau." Indah ikut menganggukkan kepalanya agar semua anaknya percaya. Mereka yang ada di sana pun sedikit lega mendengar penuturan tersebut.
Oniel memanggil pelayannya, meminta untuk di bawakan minuman lagi. Ia merasa tenggorokannya sedikit kering. "Siap tuan." Pelayan itu pun berlalu pergi menuju area dapur.
"Dan papi minta sama kalian semua untuk saling jaga, lebih ketat lagi." Oniel sedikit menekankan kata-katanya. Ia tak ingin satu anggota keluarganya dalam bahaya.
Terlihat Olla yang sedikit mengerutkan dahinya. Melihat raut kekhawatiran terpancar jelas di wajah papinya.
"Emang ada apa pi?." Kini anak paling bungsu membuka suaranya. Kakaknya pun terlihat melirik ke arahnya. "Nggak, cuma papi ngerasa 'dia' bakal kembali Kath." Setelah mengatakan itu, pelayan pun datang membawa minuman lalu meletakkannya di depan mereka. "Makasi ya bi Sumi." Yang di panggil pun hanya tersenyum dan sedikit menunduk, kemudian pergi dari hadapan mereka.
Tak terasa kini malam pun tiba, semua anggota keluarga itu sudah kembali ke kamarnya masing-masing kecuali Flora, Oniel dan juga Indah. "Kamu mau nginep di sini nggak sayang?." Yang awalnya perhatian Flora ke ponsel kini beralih menatap papinya. Ia menggeleng, "Nggak usah pi, Flora pulang aja." Dengan berat hati Oniel mengiyakan permintaannya.
"Di anter supir ya?, maaf papi nggak bisa anter kamu." Flora mengangguk, "Nggak papa pi." Oniel pun tak sengaja melihat bi Sumini yang lewat.
"Eh bi Sumi!." Oniel sedikit berteriak agar panggilannya di dengar. "Eh iya tuan, ada apa?." Sumini kini berjalan mendekat dengan sedikit menunduk.
"Temani anak saya pulang ya, di anter sama supir." Flora pun menggeleng, "Nggak usah pi." Tapi Oniel tetap kekeh dan Flora pun mengalah.
Kini Flora dan juga bi Sumini sudah berada di dalam mobil. Sedang berada di dalam perjalanan menuju ke rumah Flora. Keheningan meliputi keduanya sebelum Sumini yang membuka suara.
"Ee, kenalin nama bibi, bi Sumini. Bibi baru satu minggu bekerja di sini." Flora pun menoleh dan tersenyum. Berusaha menghilangkan rasa canggungnya. Menjabat tangan bi Sumini, "Iya bi, aku Flora salah satu anaknya papi Oniel dan juga mommy Indah." Sumini merasakan ada sedikit sengatan kala tangannya bersentuhan langsung dengan Flora.
"Ah iya iya." Jabatan tangan mereka pun terlepas dan tak terasa mereka sudah sampai di rumah Flora, "Sudah sampai non." Flora pun segera turun dan mengucapkan terimakasih pada pak supir dan juga bi Sumini. Perlahan mobil sedan hitam itupun menghilang dari pandangan flora.
"Dingin banget sih tangannya." Lalu Flora mengambil kuncinya lalu masuk ke dalam. Tak lupa ia kembali mengunci pintunya.
Langsung saja Flora masuk ke kamar, meraih handuknya serta baju ganti. Kemudian pergi untuk mandi. Selesai mandi, Flora sedikit mengaplikasikan krim ke wajahnya sebelum tidur. Sudah, kini ia mulai berjalan ke arah kasur. Membaringkan dirinya lalu menghadap langit-langit kamarnya.
"Kok bisa ya?." Flora masih heran dengan apa yang terjadi pada dirinya. Heran akan keluarganya yang jauh berbeda dengan dirinya. Ia meragukan apakah benar dirinya anak mereka. Ah sepertinya jam malam memang waktunya Overthinking.
Flora tidak mempermasalahkan jika dirinya tinggal terpisah dengan orang tua serta saudari-saudarinya. Ia paham betul maksud dari keluarganya. Memberikan keamanan kepala Flora. Itu saja.
Sreth!
"Loh pak, bi Sumini mana?." Oniel kebingungan, pasalnya sopirnya hanya pulang sendiri. "Oh itu tuan, tadi dia minta turun di depan sana. Pengen beli sesuatu katanya." Alasan itu membuat Oniel menganggukkan kepalanya. Percaya pada orang yang baru satu minggu bekerja di rumahnya itu.
Flora sedikit terkejut mendengar suara aneh yang berasal dari balkon kamarnya. Jujur Flora takut ada orang jahat yang mengincar dirinya. Dengan keberanian yang ia miliki, Flora beranjak dari kasur. Perlahan mendekat ke arah balkon dan sedikit menyibakkan gorden yang menutupi pintu kaca tersebut.
Srett!
"WAAAAA," Flora dengan jelas melihat sesosok makhluk yang amat sangat mengerikan. Matanya merah serta memiliki gigi taring yang sangat tajam. Flora tahu itu makhluk apa.
"Huh huh huh."
Terdengar nafas Flora yang memburu. Keringat bercucuran memenuhi pelipisnya. Flora baru saja terbangun dari mimpi buruknya. Ia tak mengerti mengapa dirinya bermimpi seperti tadi. Flora sedikit melirik ke arah jam di nakas sebelah tempat tidurnya.
02.45
"Astaga, baru mau jam tiga." Flora mengusap wajahnya dengan kasar lalu beranjak dari kasurnya. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar membasuh muka lalu kembali mengambil posisi tidur. Tak lama, Flora kembali terlelap dalam tidurnya. Semoga mimpi itu tak datang kembali.
Sumini tidak kembali ke rumah Majikannya-Oniel-melainkan pergi ke suatu rumah yang berada jauh dari perkotaan. Sedikit memasuki area hutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PLEASURE
Action[ON GOING] Mature, berisi adegan kekerasan yang mungkin berdampak buruk pada si pembaca. Berusaha menghadirkan cerita yang dikemas dengan cover berbeda. Romance, tidak bisa dipungkiri bahwa bagian ini adalah salah satu yang terpenting dalam sebuah...