P.9 Kepanasan

1.7K 118 12
                                    

Terlihat dua sosok gadis yang sedang saling memeluk di atas kasurnya. Tak mengindahkan sang Surya yang sudah menampakkan dirinya. Seakan mimpinya tak membiarkan mereka kembali ke dunia nyata.

"Nghh"

Lenguhan dari salah satu gadis, lalu perlahan membuka matanya. "Ah, udah pagi." Lalu ia melihat orang yang sedang memeluk dirinya. "Jessi, bangun. Kita mau sekolah sekarang." Ia sedikit mengguncangkan badan Jessi agar ia terbangun.

"Hoam, iya Fre, kamu mandi duluan sana." Freya pun langsung bangkit dari tidurnya dan pergi menuju kamar mandi. 10 menit berlalu kini Freya sudah terlihat segar dan wangi. "Udah Jess, giliran kamu sana." Jessi pun mengangguk dan bergegas mandi.

Setelah keduanya siap, mereka meraih tas sekolahnya dan turun ke lantai satu.

"Pagi mi, pi. Aku sama Jessi udah siap nih." Gracia pun tersenyum ke arah mereka dan menepuk kursi kosong di sebelahnya, mengisyaratkan untuk mereka duduk. Keduanya duduk dengan Shani yang menyerahkan piring berisi sarapan mereka.

"Sarapan dulu yuk." Freya dan Jessi mengangguk lalu menyantap sarapan mereka.

Semuanya sudah selesai makan dan akan berangkat dengan Gracia yang menghantar Freya dan Jessi.

"Oke sebelum kalian berangkat," Shani tidak melanjutkan ucapannya melainkan beranjak dari duduknya dan mengambil sesuatu.

Jaket?,

Kenapa mi?, tumben ngasi jaket?." Shani pun hanya tersenyum. "Ini buat Jessi aja, kamu nggak usah." Ucap Shani. Freya pun di buat sedikit bingung dengan itu. Jessi pun menerima pemberian Shani tapi tidak langsung dipakainya. Mungkin nanti sampai sekolah?

Kini keduanya pamit dan masuk ke dalam mobil Gracia. Perlahan mobil itu hilang di telan pepohonan tinggi di sana. "Hah, semoga anak itu tidak kaget. Niat harus ku persiapkan jika itu terjadi." Shani pun melenggang masuk ke dalam rumah.

Shani sedikit merapikan meja makan yang baru saja mereka gunakan. Tak lupa ia menyesap sedikit minumannya yang ada di mug hijau itu. "Ah, rasanya tak pernah berubah. Darah manusia tak pernah mengecewakan." Shani tersenyum manis menatap mug yang sebentar lagi kosong.

"Makasi ya pa," Ucap Freya dan Jessi secara bersamaan. Gracia pun hanya mengangguk dan pamit berangkat ke kantor.

Freya melihat jaket pemberian maminya yang masih bertengger di tangan Jessi. "Kok nggak di pakek Jess?." Jessi pun mengikuti arah lirikan mata Freya. "Ah ini, iya Fre. Gerah aja akunya." Tak dapat di pungkiri bahwa pagi ini matahari lumayan terik. Tapi bagus nggak sih ada jaket panas begini?.

Freya pun tak masalah dengan alasan Jessi. Kemudian mereka berjalan menuju ke kelas mereka. Yang dimana, mereka harus melewati jalanan yang terpapar sinar matahari.

"Akhh Fre!!." Jessi langsung bersimpuh saat itu juga. Ia menggeliat seperti cacing kepanasan. "Hei, hei, ada apa?." Namun Jessi tak kunjung menjawab dan semakin berteriak kesakitan. Dengan inisiatif, Freya memapah tubuh Jessi menuju ke ruang UKS. Di letakkannya Jessi di atas bangsal UKS.

Jessi masih merasakan kulitnya yang seperti melepuh bila terkena matahari. "Kok aneh banget sih, padahal udah biasa loh aku kena matahari." Freya pun setuju dengan ucapan Jessi barusan. Melihat keadaan kulit Jessi yang memerah-seperti melepuh-dengan cepat Freya mengunci pintu UKS dan menutup gordennya.

"Huft, aku juga nggak tau Jess." Freya menghela nafasnya melihat keadaan temannya ini.

"Sudah ku duga, anak itu sedikit keras kepala rupanya." Monolog Shani ketika mengetahui kulit Jessi yang terbakar oleh sinar matahari. Mau tidak mau, Shani berlalu mengganti pakaiannya dengan pakaian sedikit rapi.

MY PLEASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang