P.18 Kembali

929 82 12
                                    

Freya memejamkan matanya sembari tangan kanannya mengelus lembut dadanya. Dirinya baru saja dikagetkan oleh suara seseorang. Dirinya tidak menyadari akan keberadaan seorang gadis berada di sebelahnya.

Jika gadis itu tidak membuka suara, sudah di pastikan Freya akan betah mengintip seseorang.

Freya tak lagi mengintip melainkan menatap penuh orang yang ada di depannya ini. Menyatukan kedua alisnya, menyadari keberadaan gadis yang tempo lalu sudah membully dirinya sekaligus melepaskan ikatan tali di tubuhnya.

"Ya benar, gadis itu adalah Flora.

Tunggu dulu, ada apa ini?. Kemana temannya yang lain?. Freya jadi takut sekarang jika dirinya akan masuk ke dalam perangkap mereka.

"Kenapa Flora?." Gadis itu menggeleng dan kembali menatap orang yang sedari tadi menjadi intipan Freya. "Kamu lagi ngapain?."

Freya sedikit terkejut orang di hadapannya ini menggunakan aku-kamu dalam percakapan mereka.

Perut Freya sedikit geli mendengar lontaran kalimat Flora. Wajah bulat sekaligus imut menjadi perpaduan sempurna di mata Freya.

"Hey Frey, kok malah bengong sih?." Ah sial, wajah Freya sedikit panas. Dan mungkin saja sudah memerah saat ini.

Tanpa sengaja dirinya menatap mata Flora.

Oh ayolah Freya, ia harusnya marah pada gadis kecil ini karena perlakuannya tempo lalu bersama temannya.

"Ah gapapa. Lupain aja." Freya segera membuyarkan lamunannya dan menjawab pertanyaan Flora.

Freya kembali mengedarkan pandangannya dan benar saja, Jessi–orang yang Freya intip–sudah tidak ada di sana lagi. Haruskah dirinya menyalahkan Flora yang datang dan mengganggu kegiatannya.

"Kamu mau kemana?." Suara Flora kembali terdengar kala Freya mulai melangkahkan kakinya menjauh dari tempat itu. Freya menoleh dan berbalik badan, alisnya terangkat menandakan Freya bingung.

Apa urusannya jika Freya hendak pergi kemana?.

"Ah ini, aku mau ke kantin. Mau beli roti." Sebelum kaki Freya melangkah lagi, Flora kembali bertanya, "Aku boleh ikut sama kamu?."

Freya mengangguk.

Selama perjalanan menuju ke kantin, tak ada percakapan yang terjadi di antara mereka. Freya dengan keterdiamannya karena bingung harus membahas tentang apa bersama anak kecil di sebelahnya ini.

Sedangkan Flora, dilanda rasa bersalah mengingat dirinya yang ikut andil dalam membully Freya kala itu. Jadi ia tak berani memulai percakapan.

Diam cukup lama membuat mereka cepat sampai di tujuannya.

Kantin.

Freya rasa ini bukanlah jam istirahat namun banyak sekali murid murid yang sudah duduk anteng dengan makanan di depan mereka. Ternyata banyak sekali orang yang tidak sarapan seperti Freya.

Gadis itu mengedarkan pandangannya. Walaupun kantin ini terbilang cukup luas, tapi tempat duduk yang di sediakan sudah hampir penuh. Lama keterdiaman, Freya segera menarik jari jemari mungil itu untuk mengikuti langkahnya.

Flora yang lebih kecil hanya bisa mengikuti dan mengimbangi langkah Freya.

Setelah sampai, Freya mendudukkan gadis yang sedari tadi ia tarik. "Kamu mau apa?, biar sekalian aku beliin kamu." Agar tidak menambahkan keramaian yang ada, jadi Freya menjadikan satu pesanan Flora dengan dirinya yang akan membeli roti.

Flora menggeleng.

Sepertinya gadis di depannya ini sedang tidak nafsu makan. Terlihat dari wajahnya yang cemberut namun terlihat menggemaskan di mata Freya.

"Yaudah kalau gitu. Kamu tunggu sebentar ya." Setelah gadis itu mengangguk, Freya berlalu untuk mendekati stand makanan yang ada di sana.

Freya memilih satu per satu roti yang ia inginkan. Dirasa cukup, Freya kemudian mendekat ke arah penjual, "Ini semuanya berapa ya buk?." Sang pemilik stand pun mulai menghitung roti yang ada di tangan Freya. "Totalnya Sepuluh Ribu dek." Freya merogoh saku celananya.

Terlihat selembar kertas berwarna hijau muncul di balik telapak tangannya. "Ini buk," Si ibu masuk ke dalam guna mengambilkan kembalian untuk Freya.

"Eh tunggu sebentar Bu,"

Sepertinya ada sesuatu yang menarik perhatian Freya. Sebuah kotak yang berukuran sedang tengah menggodanya. Tak perlu pikir panjang lalu Freya meraihnya. "Ini harganya berapa buk?." Freya sedikit mengangkat kotak yang ada di genggamannya ada terlihat oleh si pemilik dagangan.

"Oh itu, Sepuluh Ribu dek."

"Berarti pas ya buk."

Freya kembali, keluar dari kerumunan siswa yang ada di sana. Lega rasanya, apalagi di terpa angin yang datang entah dari mana. Membawa rasa sumpek yang mengerubungi dirinya pergi begitu saja.

Terlihat Flora yang masih duduk anteng menunggu kedatangan Freya. Sadar akan hal itu, Freya mempercepat langkahnya agar segera sampai di tempat gadis itu.

"Hai, maaf buat kamu nunggu lama"

Shani merasa tak enak tamunya menunggu lama kedatangan dirinya. Shani baru saja sampai di rumahnya, setelah dirinya mendapat panggilan batin dari seorang wanita yang selama ini ia nantikan kedatangannya. Wanita itu mengaku jika dirinya sudah berada di rumah Shani.

Kebetulan juga saat itu Shani sedang berada di rumah majikannya.

Oh iya, apa Shani sudah memberi tahu kalian mengenai pekerjaannya akhir akhir ini?.

Kurasa tidak. Bahkan keluarganya sendiri pun tidak ada yang tahu sama sekali. Wanita itu, selalu saja seperti itu.

Baiklah, aku akan memberitahu kalian.

Sedikit, hanya sedikit.

Mungkin sisanya Shani sendiri yang akan menjelaskan melalui tingkah lakunya. Ya kalian pahamlah dengan sifat Shani yang irit bicara itu.

Oke aku mulai. Tak tau apa yang sedang ia pikirkan, namun ia sudah memalsukan identitasnya dan melamar kerja di sebuah rumah mewah.

Yang sekarang posisinya sedang mengasuh putri bungsu si pemilik rumah. Yang lebih aneh lagi, rumahnya terpisah dari yang lain.

"Ekhm"

Astaga, sepertinya aku hanya bisa bercerita sampai sana saja. Tak ingin mengambil resiko jika leherku digigit Shani. Hehe.

"Yuk masuk." Shani membuka pintu rumahnya dengan kunci yang ia ambil dari dalam tasnya.

Setiap anggota keluarga sudah dibekali oleh kunci rumah masing masing–termasuk Jessi–yang notabene nya adalah orang asing di sini.

Shani berjalan menuju sofa diikuti oleh wanita itu. Mereka mendudukkan diri–bersebelahan lalu saling bersitatap.

"Ada apa Chika?, apa tujuanmu kemari?."

"Aku ini tamu Shani!, setidaknya kau suguhkan aku minuman atau semacamnya lah!."



Yang bener aja, rugi dong.
Hehe, bercanda...

Freya ngerasa aneh kalau gadis mungil itu mulai menempel padanya.

Tu anak kenapa ya? -Freya

Tapi gapapa lah ya kalau part ini nggak ada kekerasannya atau semacamnya.

Aku rasa ga perlu juga di setiap part-nya ada adegan begitunya. Hehe. (Aku kesulitan menghayalnya)

Ω

TBC

MY PLEASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang