"Rabu, 06 Desember 2023, polisi yang sedang melakukan patroli lalu lintas tak sengaja melihat mobil yang terparkir di dalam hutan,"
"Polisi menemukan sesosok mayat yang tergeletak di atas mobilnya." "Keadaan yang mengenaskan membuat polisi menarik kesimpulan sementara, bahwa korban dibunuh."
Jessi yang masih mengenakan pakaian sekolahnya pun tak kuasa menahan tangisnya kala melihat berita itu di layar kaca. "Papi" lirihnya sambil menutup mulut dengan kedua tangannya.
Jessi menggeleng dengan kasar, berusaha menepis berita itu. Bukan, itu bukan papi.
Namun setelahnya, Jessi tak dapat membantah lagi. Lantaran terlihat dengan jelas nama dari jaket yang korban kenakan.
"Rachel"
Jessi benar-benar dibuat lemas oleh berita itu. Segera ia matikan televisinya dan berlari menuju kamarnya. Kini pikirannya tertuju pada sang mami yang belum ia lihat dari pagi tadi.
Layar televisi yang mati, kini kembali menyala dengan remote yang ada di sofa. Belum sempat berpindah channel, berita itu kembali terpampang disana.
"Perkiraan ku salah, ga kepikiran kalau ada polisi yang patroli sampai sana." Kekehan itu terdengar oleh Shani yang baru saja turun dari lantai atas. "Ada apa?" Tanya Shani menanyakan maksud kekehan Gracia.
Gracia yang masih terkekeh hanya menunjuk ke arah televisinya. Shani yang melihat itu pun hanya menggeleng.
"Lain kali, mainnya harus lebih rapi loh." Gracia hanya mengelus lengan istrinya sambil menariknya untuk duduk bersama. "Iya deh" ucap Gracia dengan menyenderkan kepalanya di bahu Shani.
Si Jesslyn udah di temuin belum?" Karena sedari tadi Shani hanya melihat pengevakuasian mayat Rachel. Gracia menggeleng. "Belum kayaknya, tapi polisi pasti ngecek di sekitaran sana sih." Shani pun setuju dengan ucapan Gracia.
Tak ada raut wajah ketakutan dari dua orang ini. Mereka sangat tenang.
"Kira-kira di mana ya anak mereka." Shani pun ikut memikirkan hal tersebut. Shani menggedikan bahunya tanda tak tahu, dengan tatapan yang masih ke arah televisi.
Dugh
Dugh
Dugh
Dugh
Suara langkah kaki yang terdengar gesa-gesa itu pun menarik atensi Gracia dan Shani. Keduanya menoleh ke belakang, Freya yang baru saja menuruni anak tangga.
"Kamu mau kemana sayang?" Freya yang mendengar itu pun mendekat ke arah sofa dan melirik sedikit berita yang ada di televisi. Freya menunjuknya. "Aku mau ke rumahnya Jessi, pasti sekarang dia lagi sedih banget." Gracia dan Shani saling menatap satu sama lain.
"Mau papi anterin?" Tawar Gracia pada Freya, "nggak usah pi, aku jalan aja. Lagian Deket juga kok." Gracia yang sudah siap berdiri pun mendudukkan dirinya kembali.
"Rumah temen kamu di mana?, nanti mami sama papi jemput kamu. Siapa tau kamu pulangnya malem." Freya pun setuju dengan itu. Freya memberikan alamat Jessi pada kedua orang tuanya. Setelahnya Freya pamit ada kedua orang tuanya.
Beberapa helaian tissue sudah memenuhi tempat tidurnya. Tapi, air mata itu tak kunjung usai mengeluarkan tetesannya. Malah semakin deras.
Kepergian Rachel sangat memberikan pukulan keras bagi anak semata wayangnya. Di tambah lagi, jaket maminya itu tidak berada di tempatnya. Yang artinya maminya juga belum pulang dari kemarin malam.
"Mami.., mami kemana..." Jessi turun dari kasurnya dengan tergesa gesa. Jessi mencuci wajahnya sekilas lalu mengeringkannya. Dengan cepat, Jessi mengambil jaket kulitnya juga , dan berniat pergi keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PLEASURE
Action[ON GOING] Mature, berisi adegan kekerasan yang mungkin berdampak buruk pada si pembaca. Berusaha menghadirkan cerita yang dikemas dengan cover berbeda. Romance, tidak bisa dipungkiri bahwa bagian ini adalah salah satu yang terpenting dalam sebuah...