P.19 Setuju

850 73 11
                                    

"Jadi mau minum apa?."

Shani tidak tau jika orang yang di depannya ini mudah sekali tempramen. Pikiran Shani terlalu kalut dan susah untuk berpikir jernih. Melihat waktu yang semakin menipis, memaksa dirinya untuk tidak banyak membuang buang waktu.

"Darah kamu."

Lontaran ini langsung masuk ke indera pendengaran Shani. Shani sendiri terkekeh di dalam hatinya. Ia melupakan sosok Chika di depannya ini yang sudah ia kontaminasi dengan dirinya.

Apakah ini menjadi salah satu alasan Chika mendatangi dirinya untuk meminta sedikit darahnya?.

"Boleh nggak?." Nada bicaranya terdengar meninggi dan dapat di pastikan Chika sedang haus darah sekarang.

"Boleh. Mau pakai gelas atau langsung?." Chika menyunggingkan senyumnya kala dirinya diberi pilihan seperti itu.

Apakah sudah terlihat jelas apa yang akan Chika pilih?.

Ya benar sekali, Chika memilih langsung saja daripada melalui gelas. Lagi pula sensasinya pasti akan jauh berbeda. Sekalian Chika bisa menghirup aroma Shani secara leluasa. Walaupun akan sedikit terganggu dengan aroma darahnya.

Shani mulai merapikan dan menyibakkan rambutnya. Memberikan space kosong di bagian leher sebelah kiri. Tak lupa Shani menyunggingkan senyumnya ke arah Chika.

Chika pun senang bukan main, permintaannya dituruti begitu saja oleh Shani.

Tapi tunggu dulu. Apakah ini salah satu siasat Shani agar Chika lebih tunduk terhadap dirinya. Menerima permintaan Shani beberapa waktu lalu?.

Ah sudahlah. Lupakan saja. Janji hari ini Chika mendapat darah segarnya Shani.

Chika mengerang nikmat sedangkan Shani mengerang kesakitan. Walaupun bukan manusia biasa, tapi tetap saja Shani akan sedikit lemas karena darahnya yang berkurang.

Chika pun terlihat tidak ingin melepaskan taringnya dari leher Shani. Shani menggenggam erat kedua lengan atas Chika. Meminta wanita itu untuk segera menuntaskannya. Secara tak sadar Shani mencengkram kuat punggung Chika dan mencakarnya.

"Makasih,"

Chika mengelus bekas gigitannya pada leher Shani. Dengan perlahan melepas pelukan Shani terhadap dirinya. Sedikit tidaknya Chika merasa puas setelah mendapatkan darah Shani.

"Jadi apa tujuan kamu datang kemari?." Melihat waktu yang semakin menipis, Shani langsung mendesak tujuan Chika.

"Ada apa?, apa kau sedang buru buru?,"

"Ya, jadi cepat katakan." Shani menjawabnya dengan tegas.

Terlihat Chika yang masih sedikit bimbang dengan jawaban yang akan ia berikan. Ingin mengikuti hati nuraninya dan bergabung dengan Shani.

"Aku menerima tawaran mu kala itu."


























Sumini terlihat sedang menyapu ruang tamu di rumah majikannya. Rumah yang masih sepi menandakan bahwa Flora belum pulang dari sekolahan. Jadi Sumini mengambil pekerjaan rumahnya terlebih dahulu.

Mulai dari mencuci piring, kemudian memasukkan baju baju yang kotor ke dalam mesin cuci. Pekerjaan itu dilakukan dengan senang hati oleh Sumini.

Tak lupa, Sumini juga mulai memasak untuk makan siang nona mudanya. Berkeinginan untuk membuat makanan kesukaannya lalu ditemani dengan segelas susu hangat. Yang sekarang sudah menjadi salah satu minuman rutinnya.

Sedangkan di sekolah, Flora masih setia mengikuti kemana pun langkah gadis di sampingnya ini pergi. Seperti anak ayam yang mengikuti induknya.

"Kamu cari siapa sih Frey?," Akhirnya Flora membuka suaranya setelah lama keterdiamannya. Freya pun lantas menghentikan langkahnya. Menatap orang yang berada di sebelahnya.

MY PLEASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang