P.12 Berdarah

1.2K 103 9
                                    

Freya dan Jessi berjalan menyusuri lorong, melewati beberapa kelas dan juga ruangan absensi bagi siswa yang terlambat ataupun melanggar. Kicauan burung yang terbang ke sana kemari. Ditambah gemericik air dari kolam di tengah taman yang mereka lewati. Tak ada percakapan di antara mereka berdua, pandangan lurus ke depan dengan pikiran mereka masing-masing.

Baru saja mereka melewati kelas Sepuluh IPA 1, Freya merentangkan tangan kirinya. Meminta Jessi untuk berhenti. Jessi berhenti dan menoleh ke arah Freya. Apa yang ingin di lakukan orang di sebelahnya ini.

"Kenapa Fre?." Tanya Jessi sembari mengedarkan pandangannya. Sekiranya ada suatu hal yang membuat Freya menghentikan langkahnya. Namun nihil, Jessi tak menemukan apapun.

Lama keterdiaman mereka berdua, Jessi yang betah menunggu lontaran kalimat yang akan di keluarkan Freya. Terlihat dahi Freya yang sedikit mengeluarkan keringat.

"Kok keringetan gitu Fre?, kamu sakit?." Jessi pun sedikit mengusap poni Freya, mengelus dahi Freya yang berisi butiran keringat. Setelahnya ia tempelkan punggung tangannya. Guna mengetahui suhu tubuh Freya.

Normal.

"Ga panes kok. Kamu kenapa hey!." Jessi dibuat bingung dengan gelagat aneh yang Freya tunjukkan. Tanpa sepatah kata pun, Freya menarik tangan Jessi menuju toilet yang ada di lantai satu.

Freya kebelet.

Bukan!. Bukan kebelet. Melainkan Freya merasakan sesuatu hal yang aneh yang mengikuti mereka.

"Astaga, kamu keringetan kayak gitu karena kebelet?." Jessi sempat tak habis pikir dengan Freya. Seperti anak kecil saja, tinggal berlari ke toilet apa susahnya?.

Freya menggeleng, sontak membuat dahi Jessi mengerut. Jessi belum sepenuhnya paham akan gelagat yang Freya keluarkan. Mungkin ia harus lebih sering memperhatikan Freya. Mempelajari setiap bahasa tubuh yang Freya keluarkan. Mungkin akan terdengar lebih baik.

"Aku ngerasain sesuatu... yang aneh," Freya pun terlihat sedikit ragu untuk mengatakan hal itu kepada Jessi. Namun ia tidak bisa memendamnya sendiri. Siapa tau, setelahnya Jessi juga merasakan apa yang dirinya rasakan. Seketika Jessi terdiam termenung. Ikut merasakan atmosfer yang Freya rasakan. Namun nihil, Jessi tidak merasakan apa-apa.

"Nggak ada Fre, atau mungkin kekuatan ku belum sampai sana?." Jessi menggelengkan kepalanya seraya memejamkan mata. Freya pun langsung menutup mulut Jessi, "Heh, kalau ngomong pelan dikit, nanti kalau ada yang nggak sengaja ke toilet gimana?." Ucap Freya penuh penekanan tapi dengan nada yang serendah mungkin. Jessi pun sadar dengan apa yang ia lakukan. Dirinya mengangguk dan mulai melepaskan bekapan tangan Freya.





Gelagat aneh yang di tampilkan Freya dan Jessi tak luput dari pengelihatan Olla berserta dua temannya.
"Si Freya kenapa tuh jalannya kok ga santai banget." Flora dan Lulu pun menatap cara jalan Freya yang memang terkesan buru-buru. "Ikutin ga?." Flora dan juga Lulu mengangguk antusias. Mereka pun terus mengikuti Freya dan Jessi, melewati lorong dan beberapa kelas sepuluh.

Dengan cepat Olla menarik tangan flora dan Lulu untuk bersembunyi di balik tembok kelas. "Mereka tiba-tiba berhenti," Flora sedikit menyembulkan kepalanya, guna melihat apa yang Freya dan Jessi lakukan.

"Mereka diem doang." Lapor Flora yang masih menengok. Flora memicingkan matanya, melihat gelagat Jessi yang sedikit aneh menurutnya. Setelahnya, Flora menarik kepalanya kembali. "Ga jelas, sumpah aneh banget." Keluh Flora menatap kedua temannya. Olla dan Lulu pun tak tau harus merespon dengan apa ucapan Flora.

Dengan inisiatif sendiri, Olla menggeser posisi Flora, dengan kini dirinya yang akan mengintip.

Freya dan Jessi sudah tidak di sana lagi. Astaga, mereka kehilangan jejak.

MY PLEASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang