P. 21 Maaf dan Terimakasih

817 68 9
                                    

Olla yang melihat Jessi berlari berupaya untuk mengejarnya. Jessi berlari entah kemana, yang pastinya semakin masuk ke dalam sekolahan. Olla pun tak pantang menyerah, walaupun ia baru saja sembuh dari sakitnya tapi tidak menyerah untuk mengejar Jessi.

"Jessi, tunggu!"

Hingga akhirnya Jessi berhenti berlari karena di depannya sudah buntu. Terdapat gudang yang cukup besar menghadang jalan yang mereka lalui.

Jessi pun bersusah payah menelan salivanya. Entah mengapa ia nyalinya menciut melihat tatapan tajam dari Olla. Ia takut setengah mati akan berakhir menjadi bulan bulanan Olla, lagi.

Dengan perlahan, Olla mendekat ke arah Jessi. Jessi yang ketakutan langsung melangkah mundur. Baru saja Olla ingin membuka pembicaraan, bel masuk kelas berbunyi. Menimbulkan hembusan nafas lega dari Jessi.

Dengan cepat Jessi ingin berlari dari sana, namun sayang sekali, pergelangan tangannya sudah di genggam dan di tarik ke dalam gudang tersebut. Olla menutup pintu gudang lalu menguncinya dari dalam. Jessi sudah tak berdaya dibuatnya.

Tak ada jendela maupun pintu lain di dalam gudang ini. Hanya ada satu pintu keluar masuk dan sudah dikunci oleh Olla.

Olla melangkah maju hingga ia dan Jessi hanya berjarak beberapa Senti saja.

"Aroma ini..."



"Pebri, kamu suka nggak sama wangi parfum ini? Ini wangi bayi tau!" Sahabatnya bertanya seperti itu. Karena Febri menutup hidungnya kala didekatkan dengan parfum tersebut.

"Enggak, aku nggak suka! Aku di rumah juga ada, kamu mau nggak Candra?" Yang malahan Febri menawarkan miliknya kepada Candra.

Candra mengangguk, "Boleh aja, yuk sekarang ke rumah kamu. Sekalian aku main di sana."

Keduanya pun kini keluar dari minimarket setelah melakukan pembayaran. Candra urung membeli parfum tersebut karena kata Febri dia punya di rumah.

Mereka berdua tersenyum lebar mana kala tangan mereka berdua tertaut. Dengan itu, mereka merasakan dunianya yang begitu sempurna.



"Febri, kamu nggak bakal ninggalin aku kan?" tanya Candra yang kini sudah berada di pekarangan rumah Febri. Mereka berdua baru saja sampai.

Febri mengerutkan keningnya, "Kenapa? Kok tumben nanya soal begitu?" Candra hanya menggeleng dan tak berniat menjawab lagi.

Entah kenapa suasana hati Candra kian memburuk. Febri tak ingin itu terjadi, makanya ia dengan segera mengalihkan pembicaraannya.







Entah mengapa, menghirup aroma tubuh Jessi membangkitkan sekeping ingatan yang ada pada diri Olla. Olla tak mengerti dengan apa arti dari semuanya.

"Sshhh"

Olla mundur satu langkah, memegangi kepalanya yang kian terasa berdenyut. Olla pasti akan merasa kesakitan bila kepingan ingatan itu datang. Entah kenapa, akhir akhir ini dirinya melemah lalu mendapatkan sepenggal dari ingatan tersebut.

"Eh eh!!"

Jessi dengan cepat meraih tubuh Olla yang sedikit oleng. Ia tak ingin Olla berakhir seperti kejadian kemarin yang pingsan di luar sana.

Jessi memeluknya dengan erat sembari tangan kanannya merogoh kantong rok Olla sebelah kiri. Berhasil, Jessi mendapatkan kuncinya.

"Jess, kepala gua sakit." Olla merintih kesakitan dan membalas memegang tubuh Jessi.

Jessi dengan susah payah membawa Olla untuk mendekati pintu gudang. Membuka pintu tersebut dengan kunci lalu menggendong Olla menuju ke UKS.

Karena ini adalah jam pelajaran, jadi tidak banyak ada murid yang berlalu lalang di luar sekolah.

MY PLEASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang