2. Kepencet

1.9K 292 53
                                    

Kehadiran Januar di kantor membuat gaduh para karyawati. Pesona lelaki itu tidak terbantahkan. Rupa tampan, badan atletis, aura misterius-tiga hal ini saja sudah cukup menggetarkan hati. Ditambah santer beredar bahwa dia adalah anak dari pemilik rumah penerbitan Bumantara, kian terpikat wanita-wanita yang bekerja di sana. Sera akui visual Januar memesona, memiliki daya pikat kuat. Kalau boleh Sera hiperbola, Sera rasa-rasanya bisa melihat air liur menetes-menetes dari mulut teman-teman wanitanya ketika menatap Januar. Namun, di saat yang lain dibuat mabuk kepayang, Sera jadi pengecualian. Januar memang sangat menawan, sangat sayang untuk tidak dipuja-puja, tetapi ada seorang Jehian Mahardika yang telah lebih dulu bikin Sera jatuh cinta sedalam-dalamnya.

Jehian, lelaki yang tiga tahun ini telah Sera percayai untuk menitipkan hati. Jehian, lelaki yang telah merenggut seluruh rasa suka di hati Sera. Jehian, lelaki yang menguras kekaguman Sera tanpa sisa. Sejak Jehian meminta hati Sera tiga tahun silam, Sera tak pernah berhenti mencintai lelaki itu hingga sekarang, hingga ke depannya, hingga selama-lamanya-ia harap demikian.

"Hari ini ngapain aja?" Sera melempar tanya pada seseorang di seberang sambungan selagi menuruni anak tangga, menuju dapur. Ia sungging senyum lebar saat melintasi ruang tamu dan mendapat sapaan dari beberapa teman kost-nya. Lantas fokus lagi ke Jehian yang sedang bercerita perihal kegiatannya seharian tadi.

Sera punya rumah, tetapi rumahnya tidaklah ramah, makanya sejak lulus kuliah enam bulan lalu memutuskan untuk ngekost. Sebenarnya lebih tepat disebut menumpang, sih, soalnya dia tidak membayar sewa kamar. Bukan tidak tahu diri, melainkan memang uangnya tidak diterima sang pemilik kostan yang adalah orang tua Hanafi. Kata mereka, Sera sudah dianggap seperti anak sendiri. Sampai Hanafi kadang-kadang bingung, yang anak mereka itu Sera atau Hanafi? Kenapa di beberapa kesempatan Sera lebih disayang oleh mereka? Hanafi kerap bercanda kalau dia merasa iri dan tak terima. Sekadar bercanda, sebab pada kenyataannya Hanafi juga menyayangi Sera selayaknya adik sendiri. Adik yang akan Hanafi jaga dengan benar.

Begitu menapaki ambang pintu dapur, Sera langsung berdecak keras, berlagak keki lantaran menemukan Hanafi sedang menikmati semangkuk mie di meja makan. Enak, tuh, di luar kebetulan hujan. Jehian yang dengar decakan Sera sampai bertanya kenapa, Sera menjawab ada jenglot lagi makan mie. Alhasil Jehian tergelak parau, tahu betul siapa jenglot yang Sera maksud. Sementara Hanafi menanggapi dengan delikan sinis, tetapi tak mengatakan apa-apa, lanjut menyeruput mie-nya.

Sera mengambil sebotol air mineral dari kulkas, lantas mendudukkan diri di kursi yang berseberangan dengan Hanafi. Kini Hanafi bisa melihat Sera mesem-mesem sok imut di seberang meja. Hanafi menggeleng samar, ngeri memang jika dihadapkan pada orang yang sedang kasmaran. Apalagi Sera ini tipe orang yang sekalinya jatuh cinta, maka akan mencinta dengan segala yang dimilikinya. Sera tidak gengsian, tak sungkan menunjukkan rasa sayang. Di titik itu, cinta berhasil menunundukkan egonya. Hanafi yang menyaksikan kisah romansa Sera dan Jehian sejak dulu rasa-rasanya heran, kok bisa ada perempuan yang cintai lelakinya sebegitu hebat? Di mata Hanafi, Jehian itu lelaki beruntung.

Beruntung karena dicintai Sera.

"Kapan, ya?" Sera menopang dagu, mata bulatnya yang berbinar-binar menyorot permukaan meja. "Minggu ini kayaknya gak bisa deh, Mas. Bang Jo udah ngasih ultimatum sejak dua hari lalu kalau minggu ini dia mau ajak anak-anak Bumantara staycation. Aku gak bisa mangkir, takut dijutekin dia berminggu-minggu." Setelahnya Sera tergelak, selaras dengan Jehian yang loloskan tawa juga di seberang sana.

"Terus cantikku ini kapan kira-kira ada waktu luang? Bunda udah bawel banget nyuruh aku ajakin kamu ke rumah." Kata-kata Jehian yang ini sukses membuat Sera merona hebat.

Cantikku.

Sederhana, tetapi mengobrak-abrik perasaan Sera. Ia mengulum bibir demi menahan senyum. Hanafi yang menyaksikan Sera si barbar sedang memasuki mode malu-malu kambing itu pun cuma bisa geleng-geleng geli.

[✓] KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang