19. Takes Revenge

1K 202 103
                                    

Secepat ini?

Satu tanya itu menggema di benak Januar selagi ia ladeni tatapan datar Sera. Belum reda kekagetan pasca dituduh Jehian, lalu sekarang Sera menyambutnya dengan kenyataan pahit lain. Dalam semalam, Januar dipaksa menelan bertubi-tubi realitas menyakitkan. Ia sedikit kewalahan. Di depan Jehian tadi ia masih sanggup membela diri dan berikan penjelasan, tetapi pada Sera, Januar sepenuhnya bungkam. Januar tak punya apa-apa untuk dikatakan, tak akan membela diri. Ia salah telah menyembunyikan kebenaran dari Sera kendati niatnya baik. Sebab siapa yang akan percaya saat hidupmu tiba-tiba didatangi oleh stranger yang mengatakan kekasihmu mendua? Jika Januar di posisi Sera, bakal Januar sangka stranger itu gila.

Sunyi yang membelenggu keduanya selama sepersekian menit itu lantas pecah oleh suara helaan napas Sera. Letih yang Sera perlihatkan membuat Januar waswas luar biasa, seperti ia seakan-akan tahu ke depannya akan berjalan buruk. Bahkan terbersit satu dugaan tentang Sera yang setelah ini mungkin enggan lagi berhubungan.

Sera mundur selangkah, sandarkan lagi punggung pada pintu, menatap datar Januar sambil bersedekap dada. "Ada yang mau kamu jelasin, Mas?"

Detik demi detik yang berlarian di sisi Januar terasa sangat menyakitkan. Ia melihat kekecewaan di mata Sera, dan itu menumbuhkan rasa bersalah yang tidak terkira besarnya di dada Januar.  "I have nothing to explain, Ra. Dari sisi mana pun melihatnya, apa yang aku lakuin jelas gak bisa dibenarkan. Aku enggak jujur ke kamu, dan aku minta maaf. Beneran minta maaf untuk itu."

"Kenapa gak coba jelasin alasan kamu ngelakuin itu, Mas?" Sera ambil jeda, tunggu Januar membalas. Akan tetapi lelaki itu kukuh menyuguhkan hening hingga akhirnya Sera yang kembali berkata, "Padahal kamu bisa bilang kalau kamu gak jujur ke aku karena emang lagi nunggu timing yang tepat aja. Soalnya bakal aneh semisal kamu yang asing buatku tiba-tiba datang cuma untuk ngasih tau kalau Jehian selingkuh, 'kan? Lagi, kamu bilang kamu suka aku—mengingat kamu adik Jehian yang mungkin banget udah denger banyak soal aku dari dia atau Bunda, bikin segalanya kerasa masuk akal. Kamu yang suka ke aku bahkan meski kita enggak kenal tuh rasa-rasanya masuk akal. Jujur aja, Mas, aku sempat mikir kamu aneh. Tapi setelah aku tau kebenarannya, ya make sense juga." Raut wajah keras Sera berangsur-angsur melembut. Ia bahkan pamer sedikit kekehan ketika Januar hanya mengedip-ngedip saja—seperti kitten yang takut dimarahi.

Mendengarnya, Januar sedikit lega. Di dalam perkataan Sera, seakan tersirat sebuah pemakluman. Semoga Januar tak salah mengartikan. Semoga tawa kecil yang barusan Sera umbar adalah pertanda bahwa kedekatan mereka sebagai teman bisa dipertahankan.

"Say something dong, Mas," kata Sera disertai kekehan geli. "Aku emang kecewa, tapi aku rasa-rasanya bisa memaklumi, jadi kamu udah aku maafin. Santai aja, lagian di sini antagonisnya Jehian bukan kamu."

Sejatinya ada banyak hal yang mau Janua jelaskan, tetapi Bunda pernah bilang bahwa permintaan maaf yang tulus tidak pernah dibarengi alasan. Makanya Januar memilih bungkam. Lagipula tebakan Sera sudah tepat.

"Mas?"

"Ya?"

Sera menegakkan punggung, lantas meringkas jarak hingga udara yang menyekat di antara keduanya tinggal dua jengkal saja. Dari jarak sedekat ini, hangat embusan napas Sera sapa permukaan wajah Januar. Leluasa netra Januar merekam tiap lekuk di rupa si perempuan yang memesona. Dan merah bibir Sera yang bagaikan apel ranum itu, sesaat bikin Januar terpaku. Pikiran nista menyelinap diam-diam, bergema sebuah tanya di kepala Januar—bagaimana rasanya?

Sera yang sadari kekaguman di mata Januar, sengaja memiringkan kepala, lalu unjuk senyum termanis yang ia punya. "Beneran suka aku?" tanyanya.

Januar yang tengah bergelut dengan pikiran nakalnya hanya mengangguk, tak mampu urai betapa ia mencintai perempuan ini. Biar rona merah di cuping telinga dan batang leher yang penuhi keingintahuan Sera. Karena mulut bisa saja berkelit perihal rasa, tetapi reaksi badan selalu jelaskan kebenarannya. Dan di momen ini gerak-gerik canggung Januar lebih dari cukup untuk mengiyakan tanya Sera. Iya, Januar menyukai Sera. Sangat.

[✓] KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang