17. The Truth

938 198 60
                                    

Tentang Jehian, sepertinya Sera harus benar-benar melepaskannya. Harap untuk kembali bersama mesti Sera kubur dalam-dalam. Jehian sudah menemukan bahagianya, dan Sera akan berusaha melakukan hal yang sama. Maka sore ini, Sera akan mulai menyingkirkan segala benda yang mengingatkannya kepada lelaki itu.

Ia termenung di tepi ranjang, sebuah buku dengan sampul berjudul Jehian digenggamnya erat-erat. Itu, adalah satu dari beberapa tulisan Sera untuk Jehian. Buku yang hanya dicetak dua eksemplar. Satu disimpan Sera, satu lagi ada pada Jehian. Tiga tahun Sera dan Jehian bersama, sudah ada empat buku tentang mereka yang Sera tulis. Hari ini, kesemuanya akan Sera bakar habis. Semuanya-tiga botol parfum, dua buah hoodie, foto-foto polaroid yang menggantung di dinding, sebuah jam tangan, semua pemberian Jehian-sebentar lagi berakhir menjadi abu.

"Sosok lo terlalu indah di buku ini, Mas. Pas gue baca ulang, gue sampe heran sendiri. Dia yang gue tulis ini apa orang yang sama yang kemarin gue temuin." Sera bergumam sambil mengusap-usap sebaris nama yang tertulis pada cover. Tenggorokannya perih, tetapi Sera tidak bisa menangis lagi. Ia tidak punya energi menangisi Jehian untuk yang ke sekian kali. Usai menghela napas panjang, buku dalam genggaman pun Sera jatuhkan pada kardus yang isinya nyaris penuh. Ia bangkit, mengedarkan pandangan ke sepenjuru kamar yang agak berdebu lantaran sudah lama tidak dihuninya. Kamar yang simpan banyak kenangan indah perihal Ayah dan Jehian juga. Di sini, dulu, Jehian pernah memeluk Sera semalaman saat perempuan itu sakit. "Ah, gila, gue bakal nangis lagi sih ini."

Maka sebelum air benar-benar jatuh dari pelupuk mata, bergegas ia angkat kardus ke pangkuan dan melangkah keluar ruangan. Sengaja Sera datang sore hari lantaran hafal di jam-jam ini Mama dan Ami jarang ada di rumah. Sejak Ayah berpulang, sungguh terasa nyata ketidaksukaan Mama dan Ami kepada dirinya, membuat Sera sedikit sungkan untuk mengunjungi rumah ini sering-sering. Ia hanya datang saat Mama yang meminta, itu pun pastilah hanya karena Mama butuh uangnya.

Kaki jenjang dalam balutan celana jeans itu menuruni satu persatu anak tangga, dan saat menapaki undakan terakhir, Sera berhenti. Sebab sunyi yang sedari tadi membersamai Sera tiba-tiba buyar oleh suara deru mesin. Sebuah mobil baru saja berhenti di depan. Lantaran deru mobil tersebut tak asing baginya, Sera pun beringsut menggegas langkah. Disibaknya tirai jendela, lalu menemukan Nissan Juke milik Jehian. Sera mengernyit selagi menyaksikan bagaimana akrabnya Ami dan Jehian. Kecurigaan mencuat seketika. Sera tidak berpikir mereka memiliki hubungan, tetapi Sera jelas bertanya-tanya kedekatan macam apa yang dimiliki keduanya? Atau Ami belum ketahui Sera dan Jehian putus?

Jehian tidak bertahan lama di sana, langsung pergi lagi setelah bunyikan klakson. Sepertinya lelaki itu hanya mengantarkan Ami. Tak mau capek berspekulasi, Sera segera meletakkan kardus ke lantai, hendak menanyakan apa yang sebenarnya terjadi di antara Ami dan Jehian. Sera pun menjangkau pintu, membukakannya untuk Ami.

"Lho, Mbak?" Keterkejutan tampak di wajah Ami, tetapi sejurus kemudian ia menunjukkan ekspresi datar. Lalu tanpa mengatakan apa-apa lagi ambil langkah melewati Sera. Padahal Ami menangkap tatap menuntut dari Sera, tetapi berlagak tidak menyadarinya.

Sera menghela napas, berbalik, tanpa tedeng aling-aling memberitahu Ami, "Mbak sama Mas Jehian udah pisah, Mi. Kamu jangan main sama dia lagi."

Di jarak lima langkah, laju kaki Ami berhenti. Tawa sarat meremehkan mengudara dari bibir tipis gadis itu sebelum tungkainya bergerak ke arah Sera. Ami bersidekap dada, menatap sang kakak dengan dengkusan keras. "Yang pisah kan kamu sama Mas Je, Mbak. Aku sih tetep mau temenan sama dia. Putusnya hubungan kalian ya itu urusan kalian, aku gak ikutan."

Bukan jawaban yang mengejutkan. Sungguh, itu justru terdengar sangat Ami sekali. Perangainya yang angkuh sudah Sera hafal dengan kelewat baik.

"Mi, dia selingkuhin Mbak. Dia bukan cowok baik-baik. Kalau kamu resfect ke aku sebagai Mbak kamu, harusnya kamu nggak temenan lagi sama dia."

[✓] KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang