1. Sebuah Kesalahan

5.5K 359 23
                                    

Sebagai jomblo dari lahir, Nana selalu merasa benci tiap kali melihat hiburan bertema romantis seperti drama, komik, atau novel. Kebencian itu berawal dari keirian yang mendalam kepada tokoh utama wanita yang begitu mudah menggaet para lelaki tampan dengan sangat mudah.

Kalau tokohnya lembut, ia akan memikat lawan jenis yang dingin bak kulkas sepuluh pintu dengan kebaikan hati yang bagaikan malaikat, lalu kalau tokohnya lebih berani, ia akan menarik perhatian karena tingkah absurdnya seperti mengupil misalnya. Mengupil lalu lelaki yang melihatnya akan berpikir, "Hm ... menarik."

Kemudian voila! Si lelaki yang entah tokoh utama atau sampingan pun merasa penasaran dan memperhatikan tingkah absurd si gadis bar-bar hingga jatuh cinta, jatuh cinta berakhir bucin akut, rela memberikan segalanya bahkan mungkin nyawanya sendiri demi sang gadis.

Andai hidup semudah itu. Pernah suatu kali Nana ketahuan mengupil oleh seorang teman sekelas yang tampan paripurna, dan tentunya berandalan kaya incaran para gadis di sekolahnya dulu. Ketahuan, ya. Bukan sengaja praktek.

Mau tau reaksi lelaki itu? Ia menatap Nana jijik bagai seonggok kotoran di tepi jalan. Hanya itu, begitu saja. Hanya begitu tapi seterusnya lelaki itu terus memandangnya begitu. Padahal, siapa manusia di muka bumi ini yang tidak pernah mengupil? Tidak ada, kan? Cih!

Nana akui tidak semua tokoh sesimpel itu karena tentunya banyak cerita di mana tokoh utama mereka memiliki value yang menonjol, yang mampu memikat lawan jenis dengan pesonanya. Namun, sekali lagi, sebagai jomblo akut Nana tetap menghindari cerita romantis demi kesehatan jiwa.

Kenapa Nana bisa jadi jomblo? Ia tidak tahu sampai pada waktunya menghadap sang pencabut nyawa. Katanya, Nana diguna-guna oleh seorang anak dukun yang pernah ia tolak saat kelas satu SMP. Nana menolaknya karena pada masa itu berlagak ingin fokus belajar demi meraih masa depan yang cerah, supaya bisa mandi uang di dalam bak mandi ala orang kaya. Oke, ketinggian. Nyatanya itu hanya ideologi polosnya pada masa itu.

Semakin naiknya umur, dan semakin sering Nana melihat kawan-kawan sekolah serta sepermainan mempunyai pacar, lalu setelah ia mulai suka membaca webnovel romantis, muncul juga keinginan untuk merasakan hal yang sama. Ditembak, diperhatikan, dan saling berkelahi lalu baikan lagi. Bukankah itu hal yang indah? Sayangnya, angan tinggal angan. Sampai umurnya beranjak 24 tahun tidak ada satu pun lelaki yang menyatakan cinta padanya.

Nana pun tipe perempuan gengsi yang enggan menembak duluan, hanya mendekati dan memberi kode yang tak pernah berhasil.

Yang pasti begitulah. Ia menjadi jomblo sampai akhir hidupnya karena guna-guna. Astaga, sungguh konyol jalan hidup seseorang yang malang bernama Nana ini. Sudahlah tidak punya cerita romantis, mati karena tersedak permen pula. Siapa sangka benda manis itu akan menjadi perantara pencabut nyawa untuknya?

"Seharusnya bukan kamu yang mati. Aku ...." Entitas berjubah hitam itu berdehem. "Maksudku daku melakukan kesalahan fatal di mana daku salah memasukkan nama engkau ke dalam kotak kematian untuk pukul satu malam, menit ke lima, dan detik ke tujuh," sambungnya dengan nada suara yang jauh lebih lirih.

Nana yang sedang duduk di atas gumpalan awan pun hanya bisa melongo mendengarnya, sampai-sampai tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun saking otaknya kosong dengan segala ke-abstrak-an nasibnya ini.

"Karena itu, engkau diberikan kesempatan hidup sekali lagi. Namun, bukan di dunia engkau yang sekarang karena raga yang sudah ditinggal oleh jiwa, tidak akan bisa dimasuki jiwa yang sama lagi. Jadi ...." Entitas itu menunjuk langit biru di depan mereka, Nana menoleh ke arah yang sama. Secara ajaib, empat buah gumpalan awan perlahan membentuk empat pintu persegi panjang berbeda warna.

"Bukalah salah satu pintu itu Saudari Nana. Itu akan menjadi hidup keduamu. Maka pilihlah dengan bijak. Sebelum itu daku sampaikan permohonan maaf atas kesalahan ini. Semoga hidup kedua engkau berjalan dengan baik," ucapnya untuk terakhir kali sebelum seluruh tubuhnya memudar dan perlahan menghilang bagai kumpulan asap hitam yang tertiup angin.

Joyful For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang