Koreksi jika ada yang salah ( ╹▽╹ )
.
.
.
.
.
.
.
.Di sebuah apartemen mewah, tepatnya di ruang tamu dengan pencahayaan temaram, seorang pria tengah duduk sembari mengelus kepala sang kekasih yang sedang berbaring di pahanya. Pria berkacamata itu sesekali mendaratkan kecupan ringan di kening wanitanya. Sebuah kecupan ringan, tetapi sangat hangat.
"Kamu nyium dahi mulu, yang lain, dong," protes sang wanita tanpa mengalihkan tatapannya dari layar TV besar yang kini sedang menanyakan sebuah film romansa, tepatnya adegan ciuman. "Aku mau kayak gitu."
Lui, si pria berkacamata tersebut bergeming, merasa gelisah tiap kali Citra, tunangannya meminta kontak fisik yang lebih intim. Ia agak menyesal telah menyetujui ajakan Citra untuk menonton film bersama di apartemen milik wanita itu.
"Lui ...." Citra merengek, merubah posisinya menjadi duduk menghadap kekasihnya seraya menunjukkan ekspresi manja. "Kita udah tunangan setahun, lho."
Lui menggelengkan kepala, lantas mengulurkan tangan untuk mengusap bibir bawah Citra lembut. "Jangan mulai lagi. Aku udah bilang sama kamu buat nahan diri sampe kita nikah, Sayang," ucapnya sehalus mungkin agar sang kekasih mau memahami.
Namun, tampaknya Citra tidak bisa menahan diri lagi melihat dari wajahnya yang cemberut. Sudah beberapa kali ia menggoda Lui dua minggu terakhir ini, tetapi hasilnya selalu nihil.
Bahkan wanita itu pernah sampai mengenakan lingerie saat menyambut kedatangan Lui untuk merayakan ulang tahun pria tersebut di apartemennya.
Citra berekspektasi bahwa malam itu akan menjadi malam yang istimewa di mana keduanya akan menyatu, tetapi ternyata tidak demikian. Lui memang sempat tergoda, tapi alih-alih menerkam Citra, pria itu malah pergi membeli minuman yang ternyata sudah dicampur dengan obat tidur, yang tentu saja membuat Citra tertidur pulas sampai pagi tanpa melakukan apapun.
"Citra sayang, tolong mengerti. Aku nahan diri buat kamu juga dan aku pribadi nggak mau melewati batas tanpa status pernikahan," jelas Lui lagi masih berusaha memberi pengertian kepada wanita yang kini memandangnya penuh harap.
Mata Lui bergulir ke bawah, fokusnya teralih pada kerah lebar Citra yang terbuka dan menampakkan tali spaghetti berwarna hitam yang turun sampai ke lengan bawah, dan mengekspos kulit putih mulus yang selalu mampu membuat darah Lui berdesir oleh godaan Citra, godaan yang Lui yakini disengaja.
Akan tetapi, sebagai orang yang telah menetapkan prinsip untuk tidak menyentuh Citra melebihi batas, Lui kembali menahan diri dari gejolak nafsu yang mulai timbul, lantas membetulkan pakaian dalam dan luar Citra agar tubuhnya lebih tertutup. Namun, sang empu justru dengan sengaja kembali menurunkan pakaiannya.
"Ayolah, Lui," goda Citra bersuara manja memindahkan duduknya ke atas pangkuan Lui yang langsung menegang. "Apa kamu kayak gini karena aku udah nggak perawan?"
Kedua lengan kurus, tetapi bugar milik Citra melingkar sempurna memeluk leher Lui. Digelitikinya tengkuk pria itu yang meremang hangat, berusaha memberi godaan secara perlahan.
"Aku cinta dan percaya sepenuhnya sama kamu, Lui. Ini bukti cintaku," ucap Citra mengecup leher Lui sensual.
Ia tersenyum saat meraba dada Lui, merasakan detak jantung pria itu semakin cepat, dan itu membuat Citra semakin gencar menggoda dengan menyesap kulit leher Lui yang wajahnya semakin memerah, merasa tersiksa bukan main oleh gairahnya sendiri.
Kedua tangan Lui memegangi pundak Citra, ingin memberi jarak di antara mereka dengan mendorong bahu wanita itu. "Citra, tolong mengerti. Aku nggak mau kamu hamil sebelum kita siap jadi orang tua," kata pria itu di tengah helaan napas beratnya. "Kamu juga bilang mau fokus ke karir, kan? Jadi ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Joyful For Me
FantasySebagai jomblo dari lahir sampai usianya dewasa, Nana sangat menghindari hiburan bergenre romantis, karena itu akan memicu rasa iri yang teramat sangat di dalam hatinya. Melihat bagaimana tokoh utama diperlakukan bak ratu oleh pasangan mereka, atau...