8. Sandiwara

2.4K 283 11
                                    

Merinding. Bulu roma Nana langsung meremang ketika Dave dengan tenang mengusap perutnya. Bukan sekali, tapi berulang kali lalu ujung jari telunjuk lelaki itu menekan pinggang Nana hingga gadis itu berjengit.

Dave tertawa kecil mendengar ringisan kecil Nana. Ekspresinya sungguh memuakkan, menyeringai dengan wajah merona seperti orang mesum yang menikmati perbuatannya. Perbuatan yang membuat orang lain tertekan. Buku tangan Nana terkepal erat, ingin meninju wajah menyebalkan itu sekuat mungkin.

Tidak pernah sekalipun ia diperlakukan sekurang ajar ini oleh lawan jenis, tetapi jika melakukan itu, Dave jelas membuat drama seperti tadi atau mungkin lebih parah. Jadi, daripada melakukan itu, Nana akhirnya memilih menarik napas untuk meredam emosi, lalu menarik ujung bibirnya yang gemetar hebat membentuk senyuman yang dipaksakan.

Nana akan melakukan hal yang sama. Jika Dave menggodanya, Nana akan melakukan hal yang sama selama itu tidak terlalu jauh. Gadis itu akhirnya menoleh pada Dave sehingga mereka saling bertatapan dalam jarak yang amat dekat. Spontan napas Nana tertahan untuk sesaat karena belum pernah seintim ini dengan lelaki, tetapi dengan cepat pula Nana menguasai diri.

"Aku bohong karena kamu yang nakal, sih," ucap Nana membalas Dave yang sempat membuatnya tegang. Tangan gadis itu terangkat untuk menyentuh rahang oval lelaki itu lembut. "Kakak ini nggak suka kamu yang kayak gitu, Dave. Kamu kekanakan banget tau, nggak?" Tangan Nana naik mengelus rambut halus lelaki yang masih menaruh tangan di perutnya. "Baru kali ini aku ketemu drama king." Elusan itu berubah menjadi jambakan kuat.

Jambakan itu menyebabkan alis Dave berkedut untuk sesaat. Hanya sesaat karena ekspresinya berubah dingin dalam sekejap. Matanya dingin, tetapi bibirnya melengkung membentuk senyum. "Kakak ngomong apa, sih? Siapa yang drama king? Wajar aku ngelakuin itu, soalnya kamu emang kayak mau jauhin aku, Kak. Kamu sendiri marah waktu aku cuek dikit aja." Dave berbicara begitu dengan wajah polosnya yang seperti anak kecil. Anak kecil yang tidak menyadari konsekuensi dari perbuatannya.

Nana menggeleng, masih mempertahankan senyumannya sambil menjauhkan tangan Dave dari perutnya. "Nggak wajar, Sayang. Apa yang kamu lakuin itu bisa bikin orang-orang mandang aku jahat dan itu bikin aku sedih. Kamu mau aku sedih?" Karena itu, Nana bertindak layaknya orang dewasa yang menasehati anak kecil yang polos itu.

Lagi, Dave dibuat tertegun untuk yang kesekian kali oleh tindakan Nana. Padahal biasanya Renata yang ia kenal akan mudah terbawa perasaan oleh perlakuannya. Tersipu saat Dave bertingkah manis, takut ketika Dave kesal, dan bahkan bisa marah tapi mudah sekali dibujuk ketika Dave bersikap cuek. Namun, kemarahan Renata itu seperti anak kecil, bukan tenang tapi menekan seperti sekarang.

"Oke, aku ngaku kalo hari ini aku udah sedih dan marah karena penolakan kamu di kampus tadi. Aku sedih banget, tapi kamu malah bersikap kayak biasa seolah itu bukan apa-apa. Kamu tega banget dan sekarang kamu nyakitin aku dengan bikin orang-orang mandang aku buruk juga?" Nana mengubah dirinya dari tegas menjadi sendu untuk menciptakan kebingungan, mengatakan sesuatu yang sekiranya dirasakan Renata asli. Menunjuk kesalahan Dave secara langsung.

Ia lalu melepaskan jambakan di rambut Dave lantas berdiri. "Aku mau ke toilet dulu," ucapnya tanpa menunggu jawaban Dave yang mematung untuk pergi dari sana.

Bukan tanpa alasan gadis itu pergi ke toilet, karena di dalam sana ia meneteskan obat tetes mata. Tetesan itu membuat air mata Nana keluar. Ia harus terlihat seperti orang habis menangis untuk menyempurnakan adegan seorang gadis yang sedang sakit hati.

Untuk menghadapi orang seperti Dave, orang yang sepertinya suka membuat orang lain tertekan atau malu dengan sandiwara, Nana harus bersandiwara juga. Kalau mengingat lagi segala kalimat lelaki itu sejauh ini, sepertinya hubungan mereka sangat dekat.

Joyful For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang