“Aku sampai di titik lelah dan menyerah”
—Sarah Jinan Ulya
🍁🍁
"Suami lo nggak pernah nginep lagi , Il?" Nina—saudara satu panti Ilyana, bertanya.
Ilyana menggeleng pelan, wajahnya sedih. "Dia nggak sebebas itu, Nin. Mau gimana lagi? Kita nikahnya juga sembunyi-sembunyi," jawabnya, berusaha untuk tetap kuat menjalani hubungan ini. "Aku nggak bisa nuntut dia buat selalu di sini. Kasihan Ibu sama adeknya juga."
"Terus lo mau disembunyiin sampe kapan?" Nina bertanya lagi tanpa memutus mata dari aktivitas Ilyana yang tengah melipat pakaian milik Ali. "Nggak capek emang diginiin terus? Didatengin cuma buat ditidurin, doang!"
Ilyana tersenyum hambar dan membuat jeda cukup panjang. Meski terdengar menyakitkan, tak bisa dielak bahwasanya dia sering merasakan hal seperti yang dikatakan.
"Aku percaya nanti bakal ada waktunya Mas Ali ngenalin aku ke keluarganya." Ilyana telah menyelesaikan pekerjaan dan meletakkan tumpukan pakaian ke dalam lemari, lalu menyusul Nina yang bermalas-malasan di atas kasurnya. "Yang terpenting, Mas Ali berani ngasih status pasti buat hubungan kita."
"Jujur aja, Il, gue sebenernya nggak setuju sama keputusan lo yang mau nikah siri." Nina mendebas berat memandangi langit-langit kamar indekos. "Siri itu nggak ada kekuatan hukumnya! Dan parahnya, sekarang lo malah pingin hamil! Ya Allah, Il.... Otak lo di mana, sih?!" Nina menatap sengit tak habis pikir. "Cinta boleh, tapi jangan bego-bego amat, lah!" cercanya lagi.
Spontan, tangan Ilyana turun mengusap perut. Dia kembali diam cukup lama merenungi akan keputusannya untuk memiliki anak dari hubungan dengan status rentan ini. "Cuma Mas Ali masa depanku. Nggak ada tempat yang paling meyakinkan selain dia," tuturnya, parau.
"Iya, gue paham itu. Gue ngerti." Nina menurunkan intonasi. "Tapi, masalahnya kalian itu masih nikah siri. Kalo nanti lo hamil, terus Ali ninggalin lo gitu aja gimana coba?"
"Mas Ali nggak akan lakuin itu." Ilyana mengeluarkan pembelaan. "Dia cinta sama aku, Nin."
"Ck!" Nina berdecak kesal. "Hubungan kalian itu masih banyak tanda tanya di sana- sini. Masih banyak yang harus diperjelas. Jangan gampang percaya. Nggak semua omongan bisa dipegang!"
Ilyana tidak memiliki kata balasan.
"Ali dari keluarga yang jelas bobot, bibitnya. Besar kemungkinan orang tuanya juga pingin dapet menantu yang setara! Sedangkan kita cuma anak buangan yang hidupnya dari panti, Il!"
Air mata Ilyana keluar pilu menyadari kesenjangan yang membuatnya merasa sangat rendah diri dan sangat tidak pantas untuk bersanding dengan sosok sesempurna Ali Syahreza. Keresahan, mengeroyok dirinya.
"Dengan lo punya anak dari Ali, nggak ngejamin dia bisa selalu setia. Nggak ngejamin juga orang tua dia bisa langsung nerima lo jadi mantunya!
Sampe nikah pun, anak laki-laki tetep punya ibunya, Il." Nina terus gencar mengeluarkan serangan. "Beda sama perempuan. Cari yang dua-duanya bisa nerima lo. Jangan cuma anaknya aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Di antara dua wanita
Romance"Sampai pada sebuah alur yang begitu pahit, saya menyadari bahwa buah dari ketidak adilan adalah ancaman perpisahan." -Ali Syahreza _______ Original story by In_stories Credit pic : Pinterest