🍁🍁Keinginan Sarah untuk berpisah bukan gertak sambal semata. Pesan-pesannya hanya dibaca, panggilannya ditolak dan diabaikan. Wanita itu mulai membatasi komunikasi dan seperti tidak memberikan ruang untuk berbicara selain hanya untuk kepentingan anak atau hal-hal penting mendesak.
Mengesampingkan ego, Ali lantas mencoba mengirimkan satu pesan kepada Sarah lagi.
Pulng jm brapa, Dek?
Nnti kbrin, ya.
Aku jemput.Ali merebahkan punggung di sandaran kursi mobil dan menghela napas dalam-dalam. Sembari menjalankan mobil meninggalkan area parkir pabrik, dipandanginya jedai rambut milik Riana yang berada di satu tangannya dengan bingung yang semakin kusut di dalam kepala.
Harus bagaimana dia menjelaskan seluruh kesalahpahaman ini?
Ia belum juga menemukan jawaban. Sarah sudah tidak memiliki percaya sedikitpun kepadanya. Semua kebenaran yang akan diungkapkan, tidak lebih dari sekadar omong kosong besar di telinga wanita pertamanya itu.
Apakah rumah tangganya harus berakhir dengan cara seperti ini?
Kepalanya kembali berdenyut sakit memikirkan semua. Segala kemungkinan sebagai jalan keluar tidak satupun dapat dia ketemukan hingga kendaraan yang ditunggangi sampai di halaman rumah Ilyana Prameswari.
"Kok, udah pulang?" Meski cukup heran, Ilyana tetap tersenyum senang menyambut kepulangan Ali di jam dua siang.
"Iya. Abis beresin shipment, Dek." Ali duduk di sofa dan membawa Debyta ke pangkuan. Meski matanya terasa sangat berat, ia masih ingin menuntaskan satu rindu yang mungkin bisa menjadi pelipur laranya.
Ilyana menyentuh wajah Ali yang sayu sendu, juga kantung mata menghitam. "Belum tidur, ya, dari kemarin?" tanyanya, menebak.
"Belum." Ali menggeleng. "Pulang ke rumah cuma mandi aja. Abis itu berangkat lagi."
"Tidur, gih. Istirahat. Atau mau makan dulu?" Ilyana terus memperhatikan wajah lelah Ali yang tetap dapat menebar senyum kasih kepada si kecil.
"Masih kenyang." Ali memberikan kecup di seluruh wajah Debyta sebelum menurunkan kembali bayi itu ke atas permadani untuk bermain-main dengan boneka koleksi. "Bangunin maghrib, ya. Mau jemput Sarah," ujarnya sembari beranjak dari duduk.
"Aku, kok, nggak dikasih cium juga?" Ilyana mengerucutkan bibir, sebal. Melihat itu, tawa kecil Ali keluar. Dirinya kembali duduk untuk memberi satu ciuman penuh di bibir Ilyana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di antara dua wanita
Romance"Sampai pada sebuah alur yang begitu pahit, saya menyadari bahwa buah dari ketidak adilan adalah ancaman perpisahan." -Ali Syahreza _______ Original story by In_stories Credit pic : Pinterest