DADW 23| Untuk semuanya, segalanya memang tidak mudah

1K 105 148
                                    

Dia menghukumku dengan tuntutan yang mematikan”

Ali Syahreza

🍁🍁

     Kenyataannya, Sarah tidak menepiskan sedikit saja bentang jarak di antara mereka.  Malam yang mereka habiskan untuk bercinta setelah beberapa bulan tidak saling menyentuh, seperti tidak memiliki arti penting selain hanya untuk menuntaskan hasrat belaka.

     Harapan Ali menjadi kerdil saat pesannya di pagi hari tidak mendapat balasan. Janji Sarah untuk kembali bertemu di sore harinya juga tidak terrealisasi dengan alasan pekerjaan yang wanita itu sampaikan, sementara hati kecil Ali mengatakan bahwa Sarah mungkin menyesal dan pergi bersama Helmi untuk mencari penghiburan.

     Di hari berikutnya, nomor teleponnya kembali mendapatkan pembekuan. Sarah menghilang lagi dan bersembunyi dengan sangat rapi kendati Ali sudah menanti berjam-jam lamanya di depan pagar indekos atau gerbang pabrik. Asa untuk mempertemukan kedua anaknya dengan Sarah pun, terkikis dan membuat Ali memilih untuk tidak dulu memberitahukan pertemuan itu kepada Dimas dan Larisa, terkecuali Ilyana.

     Satu minggu kemudian, Sarah masih tidak dapat dihubungi. Kondisi Larisa yang harus dirawat karena terkena serangan tipus, mendesaknya untuk mengirimkan pesan kepada Helmi agar menyampaikan kabar tersebut kepada sang istri.

     Seperti perkiraan, Sarah langsung menghubungi. Namun, lewat telepon seluler Helmi.

     "Dirawat di mana, Mas?" Sarah seketika menodongnya dengan pertanyaan cemas. "Aku ke sana sekarang?" Ia terdengar sudah ingin menangis.

     "Anak lagi sakit kamu malah asik selingkuh?!" Ali sukar menahan marah dan cemburu meski sadar ini bukan saat yang tepat. "Chat dari Dimas juga kamu anggurin?"

     "Paket dataku abis dari siang tadi." Sarah tidak berdusta atas itu. Namun, ia memaklumi kemarahan Ali. "Maaf."

     "Kamu di mana sekarang?"

     "Rumah makan Seruni."

     "Aku jemput sekarang!"

     Sarah tidak bisa menolak. Saat Ali datang, ia sudah menunggu di area depan sedangkan Helmi telah pergi lebih dahulu atas perintahnya sebagai jalan untuk mencegah keributan di antara keduanya.

     Mempertemukan mereka tentu bukan keputusan bijak. Hal-hal buruk dapat terjadi sewaktu-waktu dan ia tidak yakin bisa menengahi pertengkarang dua pria tersebut.

     "Mana Helmi?!" Dan benar! Ali langsung menodongkan pertanyaan ketika Sarah baru saja menyentuhkan diri di kursi mobil.

     "Udah pulang." Sarah menjawab pendek saja.

     Dengkusan Ali terdengar, sangat tahu bahwa hal itu sengaja dilakukan. "Kenapa ngehindarin aku lagi?" tanyanya sambil memanuver kendaraan menuju jalanan raya.

     Sarah menolehkan wajah ke samping kiri, menolak bertemu tatap. "Emang udah seharusnya gitu. Jangan terlalu berharap cuma karena aku mau diajak tidur lagi, Mas. Kamu cuma nemu momen yang pas dan kebetulan aku lagi pingin."

     Dada Ali tertohok! Terkoyak-koyak. "Tapi, itu nggak bisa jadi alesan buat makin ngehindarin anak-anak! Kamu pikir siapa yang bikin Risa jadi gini?!" kecamnya dengan nada tinggi. "Kamu, Sar!"

Di antara dua wanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang