A/n: Pikiran mau gw ajak konsisten dulu buat rampungin #Unconditionally. Tapi, apalah daya saat mood, pikiran dan jari justru melipir ke lapak Mas Ali yang ini. Makannya, gw tu nggak bisa kalo suruh fokus ke satu cerita. Harus ada selingkuhan lain biar gw gak monoton ngetik itu-itu mulu.Di antara dua wanita
By In_stories
🍁
19.15 WITA. Rombongan study tour SMA Cendekia sampai di sebuah restoran yang sebelumnya telah direservasi oleh pihak travel agent. Ke semua siswa lantas diarahkan menuju tempat makan malam, tetapi juga diberi kebebasan bagi murid yang ingin melaksanakan salat isya terlebih dahulu.
Bersama teman karibnya —Bella— Larisa memasuki area rumah makan dan ikut mengantre untuk mengambil makan malam yang disajikan secara prasmanan. Setelah itu, keduanya mengambil tempat dekat jendela yang mempertontonkan parking area yang terjejali banyak kendaraan.
Belum sempat ia menikmati sajian, sebuah panggilan video masuk. Wajah sang ayah dengan senyum teduhnya langsung memenuhi layar ponsel tepat di detik pertama panggilan terkoneksi.
"Assalamualaikum, Yah?" Larisa menyapa lebih dulu. Seutas senyumnya timbul.
"Waalaikumussalam. Lagi di mana, Nak?" Ali menjawab tidak kalah senang. Hampir seminggu berpisah dengan putri-putrinya, ia tidak pernah luput menanyakan keadaan keduanya. Beberapa kali ia juga meminta mereka mengirimkan foto liburan yang kemudian akan Ali bagikan pada pembaharuan status WhatsApp miliknya.
"Lagi di tempat makan." Larisa lantas menyandarkan ponsel pada sling bag agar lebih leluasa bergerak, lalu mulai memasukkan suapan ke dalam mulut. "Ayah masih di pabrik, ya?"
Ali mengangguk. "Biasa lembur," jawabnya. "Menu makannya apa malem ini?"
Larisa mengangkat piring, menghadapkannya ke depan ponsel. "Tumis pakcoy, tumis buncis, tempe goreng, tahu goreng, lalapan sama sambel ijo," sebutnya.
Ali kemudian tertawa. "Sayang, lho, jatah ayamnya nggak pernah diambil, Ris," candanya.
"Nanti aku bungkusin buat Ayah, dehhh."
"Tar sampe rumah udah basi," balas Ali.
Tawa renyah ayah dan anak itu kemudian terdengar keluar bersamaan.
"Yasmina di situ nggak, Nak?" tanya Ali kemudian.
"Tadi pas turun dari bus dia langsung ke musala, Yah. Bentar."
Larisa kemudian mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru restoran yang mampu terjangkau mata, meniti satu persatu antrean di meja prasmanan untuk menemukan keberadaan saudarinya itu. Tak butuh waktu lama, ia berhasil menemukan Yasmina baru masuk dari arah pintu lain bersama Citra dan beberapa kawan sekelas.
"Yas!" Larisa menyeru memanggil dengan lambaian tangan. "Yas!"
Yasmina menoleh. Ia meminta tolong pada Citra untuk mengambilkan jatah makan malam sebelum berjalan menghampiri Larisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di antara dua wanita
Romansa"Sampai pada sebuah alur yang begitu pahit, saya menyadari bahwa buah dari ketidak adilan adalah ancaman perpisahan." -Ali Syahreza _______ Original story by In_stories Credit pic : Pinterest