Di antara dua wanita
By in_stories
🍁
Jarum jam menunjuk pukul setengah lima sore. Lorong -lorong sekolah SMA Cendekia kini telah menyisakan sunyi seperti tanpa penghuni. Hanya sura sol sepatu yang beradu dengan lantai lah yang mengisi senyapnya pengujung hari yang terasa begitu memberatkan bagi Yasmina Oktavia selama seminggu terakhir akibat ungkapan cinta yang sama sekali tidak masuk logikanya.
Sudah cukup baginya untuk bersembunyi dari apa yang seharusnya dihadapi. Apa yang telah Dimas utarakan mengenai perasaa haram itu adalah petaka besar yang harus dia selesaikan sebelum semuanya semakin merambat dan menjadi tak karuan. Dan di sini, dirinya harus mampu menjadi pihak yang tegas karena bagaimana pun, keutuhan keluarga berada di tangannya.
Ditariknya napas panjang dan dalam untuk menyiapkan diri seiring tapak kakinya yang semakin dekat menuju lapangan basket yang berada di halaman belakang sekolah. Detak jantungnya kontan melonjak, menemani langkahnya yang justru memelan tatkala menemukan sosok yang tengah sibuk men-dribble bola basket mengitari setengah lapangan berbentuk persegi panjang itu. Refleks, saraf tubuhnya mengirimkan perintah untuk memberhentikan langkah tepat di garis tepi lapangan.
Dia tak langsung memanggil. Beberapa saat, matanya justru memilih bergerak memerangkap gerakan tubuh tinggi yang dengan lihainya meloncat, meliuk, sebelum akhirnya menjebloskan benda bulat tersebut pada keranjang dan mencetak skor yang tak berguna.
Bola meloncat-loncat hingga keluar lapangan. Seolah sengaja memberikan ruang waktu bagi Dimas dan Yasmina untuk berbicara di bawah lembut redupnya sinar matahari sore yang menyusup malu-malu dari celah pepohonan.
"Telat lima belas menit dari perjanjian yang lo bikin sendiri." Dimas menurunkan lengan kiri yang berhias jam tangan warna hitam. Wajah bertudung hoodie- nya terangkat, lalu menyorot datar pada Yasmina. "Kenapa lama?" tanyanya kemudian. Lelaki itu sangat tidak menyukai keterlambatan.
Yasmina meneguk ludahnya dan melemparkan pandangan ke cakrawala dunia untuk menetralkan detak jantung sekaligus menyiapkan diri. Berbincang dengan Dimas dalam keadaan serius adalah hal yang belum pernah dia temui sebelumnya. Selama ini, percakapan mereka hanya sebatas keformalan untuk menunjukkan bahwa mereka mempunyai hubungan kekeluargaan. Yang dari bahasanya, orang-orang sudah mampu menyimpulkan sendiri apa yang sebenarnya terjadi di dalam keluarga pimpinan Ali Syahreza tersebut.
"Sori," Tatapan Yasmina telah terarah pada Dimas dengan gestur yang dibuat setenang mungkin dan sedikit penyesalan pada suaranya, "tadi nunggu anak-anak keluar semuanya dulu." Dia mencengkram kuat tali ransel pada kedua bahunya.
Dari tempatnya berpijak, Dimas tersenyum getir dengan palingan ke arah lain selama beberapa detik. "Takut banget ke-gap," sindirnya.
"Bangg...." Yasmina mengembuskan napas. "Aku cuma nggak mau ada anak yang denger obrolan kita! Gimana pun juga, obrolan kita terlalu jadi aib!" tekannya.
Dimas terkekeh pahit tanpa suara. Ya! Dia mengakui bahwa perasaan yang dia simpan sejak tiga tahun terakhir adalah aib besar untuk keluarga dan diri sendiri. Dia juga tidak mengerti tentang muasal perasaan tersebut berasal. Karena selama ini, tak ada kedekatan berarti di antara mereka. Yang Dimas rasakan, perasaan kasih sayang yang dia berikan untuk Risa dan Yasmina berbeda. Selalu ada debar asing dan membuncahkan bahagia setiap kali dia melihat wajah ayu yang tercipta dari air yang sama dengan air yang membentuknya, yang menjatuhkannya pada kenyataan menyakitkan bahwa Yasmina tak akan pernah dimiliki olehnya sekuat apapun perasaan cinta itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di antara dua wanita
Romance"Sampai pada sebuah alur yang begitu pahit, saya menyadari bahwa buah dari ketidak adilan adalah ancaman perpisahan." -Ali Syahreza _______ Original story by In_stories Credit pic : Pinterest