part 11: marah, sedih, takut

11 3 0
                                    

Perjalanan kami senyap di tambah hujan deras yang melunturkan noda darah mengering di tubuh kami....tanpa ada suara bicara, tanpa ada suara tawa, tanpa ada canda ria seperti biasa, aku melihat wajah ervin dan vira yg selalu terpaku ke arah bawah, mereka masih shock dengan apa yg baru saja terjadi, baju kami penuh dengan darah kering, kami hanya mengikuti jalan setapak tanpa mengetahui arah yg benar untuk pergi....

Setelah berjalan cukup jauh, kami beristirahat di bawah pohon besar di dekat goa hutan ....

Aku membuat api unggun, cuaca malam sangat dingin, kami sangat lapar dan lelah, lelah fikiran dan lelah fisik yang jelas kami rasakan sekarang

Vira: "hiks... A.. Aku tak tau apa yg harus ku lakukan.., semua.. Semua itu terjadi begitu cepat.. Hnghh.. " Air mata nya kembali mengalir di pipinya yg banyak bercak darah

Aku mengelap air matanya, sampai kain yg ku gunakan kotor karena bercak darah kering yg mencair terkena air mata nya

Sesekali aku melihat ke arah ervin, aku tau dia menangis, dia mengarah ke dalam goa berlawanan dengan diriku

Ervin tak suka terlihat lemah, itu adalah salah satu yg aku kagum darinya, meski dia sedang sedih, meski dia merasa sakit, dia harus terlihat kuat dimana saja

Tapi..., dengan kondisi seperti ini, bagaimana mungkin seseorang dapat terlihat baik baik saja, bahkan orang terkuat di dunia pasti akan sedih jika melihat keluarganya mati di depan mata....

Hari ini kami bertiga adalah yatim-piatu...

Dan parahnya kami melihat keluarga kami di bunuh di depan mata sendiri tanpa bisa berbuat apa apa, hal itu lah yg lebih menyedihkan

Terlebih.....

Jika..

Jika saja saat itu aku tidak berteriak, mungkin tirron tidak akan mati karenaku....

Hari semakin gelap dan cuaca semakin dingin, kami bertiga saling menempel di depan api unggun untuk menghangatkan diri

Aku ingin merubah suasana, tapi sepertinya suasana ini masih terlalu berat untuk di ubah, aku tak yakin mereka akan kembali tersenyum dalam beberapa hari kedepan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku ingin merubah suasana, tapi sepertinya suasana ini masih terlalu berat untuk di ubah, aku tak yakin mereka akan kembali tersenyum dalam beberapa hari kedepan

Aku...

Aku merindukan tawa mereka, aku merindukan senyum mereka, aku merindukan canda.. Hiks... Ugh.. Aku mer.. Hiks

Kenapa aku menangis?, aku.. Aku tidak boleh menangis, air mataku terus mengalir

Aku melihat ke arah langit

Sedikit membuatku lebih tenang, melihat kelap kelip bintang membuatku sedikit melupakan masalah hari ini

Aku pergi ke sebuah bukit dekat situ untuk melihat bintang lebih jelas,

Aku memanggil Felicia dan Felicia keluar dari kalungku

Felicia: "turut prihatin, dengan apa yg kau alami tadi, aku minta maaf karena aku juga tidak mampu melakukan apa-apa"

Darrio: "y... Ya, lebih baik tak usah di bahas, aku memanggilmu untuk bertanya sesuatu"

Felicia: "oh ya?, apa itu? "

Darrio: "kau tahu kan, kakaku mengatakan kalimat sacrifice for strength, bisa kau jelaskan apa itu?

Felicia: "... Bagaimana  menjelaskanya yah..., itu adalah sihir yg belum sempurna dan bisa di bilang sihir gagal"

Darrio: "oh ya?, mengapa begitu? "

Felicia: " Sacrifice for strength meningkatkan kekuatan senjata penggunanya dan juga fisik serta reflek penggunanya secara drastis, di samping itu kekuranganya adalah bayaran dan juga efek samping oleh sihir itu adalah energi yg di gunakan akan  sangat amat boros sampai tahap sihir itu menggunakan energi kehidupan penggunanya, selain itu semua kembali kepada penggunanya, jika di gunakan oleh orang yg berpengalaman maka sihir itu akan sangat amat kuat, jadi penyebab kakakmu mati adalah, sihir itu mengambil energi kehidupanya untuk kekuatan sementara, yah memang sebagian besar pengguna sihi ini mati setelahnya oleh karena itu sihir ini di anggap sebagai sihir terkutuk"

Darrio: "jadi... Begitu ya.. "

Demi diriku tirron rela berkorban, itu adalah fakta yg tidak bisa ku ubah lagi, jika saja saat itu aku tidak keluar, mungkin dia masih hidup...

Aku... Aku harus lebih kuat... Apa pun itu aku harus lebih kuat lagi untuk membunuh bedebah kort itu! Aku harus membalaskan dendam ini pada mereka, bangsawan keparat....

STEVANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang