Summer

879 82 24
                                    

.
.
.

HIDDEN LOVE -  Selamat membaca...

....
Suasana berkabung masih menyelimuti sepanjang hari ini, didukung oleh langit yang selalu mendung menghalangi matahari bersinar.

Sejak pagi pelayat sudah datang silih berganti, hingga sore menjelang, masih ada beberapa tamu yang datang tapi tidak sebanyak tadi pagi.

Keluarga Hinata membantu semua keperluan Sasuke juga membantu pria itu melaksanakan upacara pemakaman ibunya.

Tadinya Hinata mengira kalau Sasuke akan mengkebumikan ibunya dikampung halamanya, tapi ternyata tidak, Sasuke lebih memilih Konoha sebagai tempat terakhir peristirahatan ibunya.

Waktu terus bergulir, hingga tak terasa hari semakin gelap. Saat menjelang malam, hujan mulai turun perlahan, bukan hujan lebat, hanya gerimis rata membasahi bumi.

Setelah memastikan tidak ada tamu lagi yang datang, kedua orang tua Hinata berpamitan pulang, yang sebelumnya sudah memberi banyak kekuatan untuk Sasuke.
Menyisakan Neji dan Hinata yang memang sengaja menemani Sasuke dirumah duka.

"Kau tidak makan ?,"

"Kau makanlah, aku akan makan bersama Sasuke-nii,"

Neji mengangguk, membiarkan Hinata pergi meninggalkannya.

Setelah mencari Sasuke dan tidak menemukan pria itu dimanapun, Hinata mencoba berjalan keluar, meneliti setiap sudut yang barang kali ada Sasuke disana.

Jujur, sejak berita meninggalkannya Mikoto, Hinata dilanda rasa cemas ketika melihat Sasuke.
Pria itu hanya diam sepanjang hari, terkadang hanya senyum singkat yang ia tampilkan sebagai respon setiap diajak bicara.

Justru diam dan senyumnnya Sasuke yang membuat Hinata begitu khawatir.
Lebih baik pria itu menangis atau mengeluh apapun pada Hinata tinimbang diam seribu kata dan memasang topeng yang Hinata sendiri tidak bisa menerkanya.

"Disini kau rupanya," ucap Hinata menyusul Sasuke untuk duduk dikursi panjang dihalaman rumah duka.

Pria itu tampak berdiam diri ditengah gerimisnya hujan.
Rambut basahnya menjuntai menutupi wajah datar Sasuke. Pria itu benar-benar diam tanpa ekspresi walau Hinata sudah duduk disampingnya.

"Kau bisa sakit jika duduk ditengah hujan seperti ini..," ucap Hinata lagi padahal dia sendiri juga duduk ditengah hujan menemani Sasuke.

Tangannya terulur menyentuh bahu Sasuke.

Hinata tidak berniat menyuruh Sasuke tegar, ataupun menyuruh pria itu bersabar. Hinata cukup peka bahwa kata konyol seperti itu hanya akan semakin membuat Sasuke merasa kehilangan.

Hinata memang belum pernah merasakan bagaimana rasanya ditinggal orang tua, tapi yang jelas Hinata tahu kalau dunia Sasuke sekarang sedang tidak baik-baik saja.

"Kau tahu ? Kau boleh menangis sepuasmu.,,"

Sasuke masih diam, merasakan tetesan hujan mengalir dari ujung kepala hingga kewajahnya.

Sasuke sendiri tidak tahu, kenapa dia tidak bisa menangis ?
Sasuke hanya merasakan seperti ada sesuatu yang meremas dadanya, ketika bayangan ibunya memenuhi isi kepalanya, maka detik itu juga Sasuke kesulitan bernapas.

"Menangislah Niisan..,"

Sasuke melirik Hinata yang merentangkan kedua tangannya. Lantas tanpa disuruh pun, Sasuke langsung masuk kedalam pelukkan Hinata, menyandarkan kepalanya dibahu, dan menyembunyikan wajah sendunya diceruk leher Hinata.

Usapan dipunggung Sasuke seperti sengatan yang menggetarkan jiwanya. Dada yang tadinya sesak terasa semakin sesak mengunci pernapasan pria itu.

Yang bisa Sasuke lakukan hanya tenggelam diceruk leher Hinata, meremas pinggul gadis itu sebagai tanda bahwa Sasuke kesulitan menahan semua rasa sakit ini.

-HIDDEN LOVE-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang