(10)Kedatangan Arsyad.

3 1 0
                                    

Sudah satu Minggu atas kepergian nenek Maudya, dan selama itu pula Maudya tak pernah sekalipun menampakkan batang hidungnya ke sekolah.

Bukannya apa,gadis itu hanya masih perlu memperbaiki kondisinya yang hancur tepat satu Minggu yang lalu, batinnya terguncang dan ia belum siap akan hal itu, belum lagi kondisi sang adik yang drop membuatnya tak tega untuk pergi meninggalkannya.

Dan tak hanya itu pula,gadis itu juga entah sengaja atau tidak tak memberikan keterangan atas ketidak hadiran dirinya, biarlah dirinya di cap sebagai murid yang buruk, biarlah beasiswanya di cabut, karena kini harapan dirinya sekolah dan sukses sudah tidak ada lagi.

Dan akibat itupula,selama seminggu Arsyad di buat bingung dan pusing lantaran tak mendapatkan informasi barang sedikitpun mengenai Maudya.

Berbekal kekuasaannya di sekolah ini, kini ia berjalan memasuki ruang kepala sekolah dan menannyakkan keberadaan Maudya kepada kepala sekolah yang ternyata beliau pun tak tahu kemana gadis beasiswa itu.

David yang merupakkan kepala sekolah pun hanya bisa menyarankan agar Arsyad berkunjung ke rumah Maudya dan menannyakkan langsung kepada gadis itu.

Dan di sinilah pria itu berada, di depan sebuah pintu usang yang tampak tertutup bak tak memiliki satupun penghuni.

"Assalamualaikum...Permisi", ucapnya setelah mencoba mengetuk pintu sebanyak tiga kali.

Saat hendak mengetuk pintu lagi,sebuah suara dari balik tubuhnya berhasil menghentikan kegiatan pria itu.

"Cari siapa nak?"

"Saya mau cari Maudya.Soalnya udah satu Minggu ini dia nggak kelihatan di sekolah", ujarnya kepada pria paruh baya yang ia yakini ialah tetangga Maudya.

Pria itu tampak menghela nafasnya pelan,"iya,semenjak neneknya meninggal satu Minggu yang lalu dia jarang keluar rumah...tapi coba aja kamu lewat samping dan jalan ke belakang rumahnya, biasanya dia duduk di kebun belakang rumah"

"Neneknya meninggal?",tanya Arsyad sedikit tak percaya.

Pria paruh baya itu mengangguk dengan sedih,"iya...saya cukup kasian dengan nak Maudya, dia udah di buang sama keluarganya dan sekarang neneknya yang suka rela mau ngerawatnyapun pergi ninggalin dia sama adiknya yang sering sakit-sakittan", jelas pria itu dengan gurat wajah akan kesedihan.

Sejenak Arsyad mengepalkan kedua telapak tangannya sebelum tersenyum tipis kepada pria paruh baya yang tak ia kenali itu.

"Yaudah,terimakasih pak informasinya... Kalau gitu saya ke belakang dulu"

"Oh iya nak"

Selepas kepergian pria berumur kepala lima itu Arsyad segera berjalan menuju tempat yang bapak itu beri tahu.Dan benar saja,di belakang,tepatnya di kebun yang tak begitu luas ia melihat Maudya yang tengah duduk di bangku reot dengan tatapan yang menatap kosong langit cerah di atasnya.

la jadi heran, apakah gadis itu tak merasa kepanasan mengingat matahari tepat berada di atas kepala.Ya walaupun gadis itu di payungi dengan pohon yang menjulang tinggi, namun cuaca saat ini cukup menyengat.

"Turut berduka cita atas kepergian nenek Lo", ucap Arsyad yang kini tengah berada di belakang Maudya.

Maudya menolehkan kepalanya dengan mata yang melebar terkejut atas kehadiran pria yang tak ia sangka berada di sini.

Melihat betapa lucunya wajah Maudya saat terkejut membuat Arsyad menggigit bibir dalamnya gemas. Pria itu berjalan lalu mendudukkan dirinya tepat di samping Maudya yang masih menatapnya dengan sedikit terkejut.

"Kenapa?, Lo gak nyangka ya calon teman Lo ada di sini?",tanyanya dengan nada menggoda membuat Maudya dengan sadar langsung saja mengalihkan tatapannya.

MAUDYA || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang