Elgara melangkahkan kakinya memasuki sebuah ruangan rahasia miliknya yang terdapat di dalam gudang.
Dipandangnya lamat-lamat wajah penuh lebam Maudya sebelum ia rebahkan tubuh gadis itu di atas sofa usang yang berada di ruangan rahasianya.
Pandangannya menghadap ke sekeliling guna mencari sesuatu yang dapat ia gunakan untuk mengikat tubuh Maudya, hingga memisahkan berhenti pada sebuah tali rafia di sudut meja.
Tanpa pikir panjang pria itu lantas mengambil dam mulai mengikat tubuh berisi Maudya.
Setelah usai pria itu lantas berbalik pergi meninggalkan maudya yang tak sadarkan diri dengan tubuh yang terikat.
"El?, Lo ngapain dari gudang?",tanya Riyo.
Tadinya Riyo berniat bolos lantaran tak ada satupun sahabatnya di dalam kelas namun saat hendak menuju belakang sekolah ia malah disungguhi oleh keberadaan Elgara yang baru saja keluar dari gudang.
Elgara sendiri hanya terdiam dengan tatapan datarnya, namun sedetik kemudian pria itu melenggang pergi tanpa memberikan sepatah katapun untuk jawaban dari pertanyaan Riyo.
Melihat kepergian Riyo membuat tanda tanya tersendiri pada otak ayamnya, lantas pria itu membuka pintu gudang dan tak melihat suatu hal yang mencurigakan barang sedikitpun selain sebatang rokok yang tergeletak mengenaskan di lantai.
"Oh,ngerokok tahh",gumamnya lantas kembali menutup pintu gudang dan berlari menyusul Elgara.
"Woi,tungguin Napa", teriaknya saat melihat langkah sang sahabat yang perlahan menjauh.
"Bro,tadi Arsyad ngabarin gue katanya kita di suruh jagain Dugong", ucap Riyo yang baru saja berhasil menyamakan langkahnya dengan Elgara, bahkan kini lengan pria itu sudah melingkar di pundak Elgara.
Melihat keterdiaman Elgara membuat Riyo mendengus pelan. Sejujurnya ia begitu kesal jika ditinggal Arsyad berdua dengan Elgara. Bukannya apa,jika hanya berdua dengan Elgara ia terlihat seperti pria bodoh yang berbicara pada patung, tak hanya itu aura Elgara juga entah mengapa membuat dirinya sedikit takut.
Menyadari bahwa pria di sampingnya kesal padanya membuat Elgara melirik singkat sosok Riyo." Terus?",tanyanya acuh.
"Nah masalahnya tu Dugong gak kelihatan dari jam istirahat,di kelas gak ada, temannya pun gak pada tahu dia dimana--"
"Gak usah di cari", balas Elgara datar membuat Riyo menghentikan ucappannya.
Karena dia sama gue. Lanjut Elgara dalam hati dengan smirk tipisnya yang mana berhasil membuat Riyo meneguk kasar salivanya.
"Ya tap--",ucap Riyo terpotong tatkala Elgara pergi meninggalkannya begitu saja.
"Setannn...untung teman kalau bukan udah gue suruh Arsyad gorok Lo", ujarnya dengan tatapan kesal.
"Ehh??,tapi benar juga apa yang El bilang. Ngapain juga gue repot nyari tu Dugong",gumamnya dengan senyum yang mengembang.
"Entar kalau Arsyad tanya bilang aja aman, terus kalau terjadi apa-apa tinggal bilang gak tahu dan diluar kehendak...boleh tuh", gumamnya dengan cengiran khasnya.
Gue pinter banget dahh.
Bunyi bel pulang sekolah terdengar samar-samar di telinga seorang gadis yang tengah berbaring lemah di atas sofa usang.
***
Maudya. Gadis itu mengerjapkan matanya dengan ringisan pelan dari bibirnya tatkala rasa pusing menghantam kepalanya.
Pandangannya menatap ruangan sekitar yang tampak serba usang namun terlihat rapi,perasaan was-was perlahan timbul di hatinya tatkala mengingat kejadian sebelum dirinya berada di tempat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAUDYA || On Going
Teen Fiction#Cerita hasil imajinasi author.Plagiat harap menjauh!!! #beberapa part teracak,harap teliti dalam membaca!. Dia Maudya,Maudya Arabella Cantikka.Gadis cantik yang sayangnya memiliki masalah pada tubuhnya,atau lebih tepatnya orang-orang di sekitarnya...