"Gue pulang dulu"
Maudya menatap Arsyad yang tengah bersiap untuk pulang. Kini pria itu tengah sibuk mengenakkan sepatunya di teras depan rumah Maudya.
Setelah usai pria itu lantas bangkit dan menatap Maudya yang hanya terdiam dengan pandangan yang tertuju padanya.Arsyad tahu bahwa Maudya ingin menyampaikan sesuatu padanya,namun gadis itu tampak ragu.
"Ada yang mau Lo omongin?",tanyanya yang tak mendapatkan jawaban.
Arsyad lantas melipat kedua bibirnya ke dalam dengan jemari yang menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Kalau gak ada gue pulang dulu.Ingat, jangan terlalu banyak pikiran karena ada Laras yang harus Lo jaga--dan gue harap Lo besok bisa masuk sekolah seperti biasa"
Merasa sudah tak ada yang ingin dibicarakan lagi, Arsyad lantas membalikkan badannya bersiap untuk pergi. Namun, sebuah suara yang menyerupai cicitan dari belakangnya berhasil menghentikan pergerakkan pria itu.
"Terimakasih",ucap Maudya membuat Arsyad mengembangkan senyumannya lantas mengangguk dan kembali melanjutkan jalannya untuk pergi.
Maudya lantas membalikkan badannya dan berlalu memasuki rumah tatkala punggung Arsyad yang telah menjauh dan tak terlihat lagi.
Gadis itu berjalan memasuki kamar Laras, menatap sang adik yang kini tengah asik dengan peralatan melukis yang Arsyad belikan satu jam yang lalu.
Melihat binar senang di wajah Laras membuat hati Maudya tercubit. la terlalu terpuruk dalam kesedihannya sampai lupa bahwa ada Laras yang harus ia jaga dan bahagiakan.
Padahal ia sudah berjanji pada almarhum neneknya untuk menjaga Laras semasa hidupnya. Namun, apa yang ia lakukan justru membuat Laras terpuruk dan jatuh sakit.
Maafkan kakak ya Laras.
***
Pagi harinya,kini Maudya telah siap dengan seragam sekolahnya.meskipun dirinya enggan untuk kembali sekolah lantaran batinnya masih belum cukup pulih, namun ia paksa lantaran tak ingin beasiswanya nanti dicabut dan ia juga tak ingin semakin lama terpuruk dalam kesedihan.
Dan kini gadis itu tengah memasuki kamar Laras yang ia yakini adiknya masih tertidur. Namun pemikirannya salah saat melihat sang adik yang kini telah siap dengan seragam sekolahnya.
"Kak, Laras hari ini sekolah ya. Laras udah sembuh"
"Kamu beneran udah sembuh. Muka kamu pucat loh"
"Laras beneran udah sembuh kak...Ayolah kak, Laras bosen di rumah terus karena kalau Laras di rumah bukannya sembuh nanti Laras makin sakit, Laras juga mau sembuh karena mau jalan-jalan sama kak Arsyad"
"Boleh kan kak?", tanya Laras dengan tampang memohon.
Maudya menghela nafasnya pelan sebelum mengangguk dengan pasrah. Rupanya Arsyad berhasil menarik hati Laras dalam sekali pertemuan.
"Oke, tapi kamu harus sarapan dulu", ucap Maudya yang mendapat anggukkan antusias dari Laras.
Baru saja keduanya keluar dari kamar, sebuah ketukan pada pintu berhasil membuat kening kedua gadis itu menyerngit bingung. Siapa orang yang bertamu di pagi hari?.
"Kamu sarapan duluan, nanti kakak nyusul", Laras hanya mengangguk dan melangkah menuju dapur.
Maudya melangkahkan kakinya, dilihatnya dari jendela sebuah mobil terparkir di halaman rumahnya membuat ia menyerngitkan keningnya bertambah bingung.
Dengan segera ia membuka pintu hingga terpampang lah wajah tampan Arsyad yang tengah tersenyum menatapnya.
la jadi heran, apakah pria itu tidak capek tersenyum terus menerus?.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAUDYA || On Going
Teen Fiction#Cerita hasil imajinasi author.Plagiat harap menjauh!!! #beberapa part teracak,harap teliti dalam membaca!. Dia Maudya,Maudya Arabella Cantikka.Gadis cantik yang sayangnya memiliki masalah pada tubuhnya,atau lebih tepatnya orang-orang di sekitarnya...