(12)Pantai dan Janji.

10 1 0
                                    

-Happy Reading-
.
.
.
.
.
.
.

Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit kini Arsyad dan Maudya telah tiba di sebuah pantai yang masih sepi pengunjungnya,mengingat masih dini hari untuk kepantai dan hari sekolah pula.

Maudya segera keluar dari dalam mobil,gadis itu tersenyum saat sapuan angin pantai yang tampak segar menyapu wajahnya.Begitupun dengan Arsyad,pria itu tak bisa menahan senyumannya saat melihat sebuah senyuman terpantri di wajah Maudya yang jarang bahkan tak pernah sama sekali ia lihat.

Senyuman itu begitu tulus dan indah,senyumannya begitu lepas seolah beban yang ia pukul beberapa Minggu ini terangkat.

"Gimana?"

Maudya menolehkan kepalanya pada Arsyad yang berada di sampingnya.Senyuman gadis itu masih terpantri di wajahnya seolah tak ingin lepas.

"Indah bangett",balas Maudya.

"Lo pernah ke pantai sebelumnya?",tanya Arsyad berhasil melunturkan senyum Maudya sesaat.

Gadis itu menggeleng pelan,"aku belum pernah sama sekali injak pantai,jadi maaf kalau aku sedikit udik"

"Nggak masalah.Gue malah seneng--"

"Ayo kita ke sana.Aku pengen banget nyentuh air pantai",ajak Maudya yang langsung berlalu begitu saja meninggalkan Arsyad yang terdiam dengan wajah cangonya.

Tadi aja ngatain gue gila,sekarang dia yang kayak orang gila. Batin Arsyad dengan kekehannya.

Arsyad segera berjalan menghampiri Maudya yang sudah tertawa saat ombak mengejarnya.Sungguh gadis itu begitu udik,tapi meski begitu ia senang saat melihat kebahagiaan di wajah Maudya.

Menyadari bahwa kegiatannya ditatap oleh Arsyad membuat Maudya mau tak mau berhenti dan berjalan mendekati Arsyad yang tengah berdiri dengan kedua tangan yang melipat di depan dadanya.

"Udah puas mainnya?",tanya Arsyad yang mendapat anggukkan kaku dari Maudya.

Sungguh gadis itu malu sekali menyadari kebodohannya.

"Coba aja ada Laras,pasti dia senang bisa ke pantai",gumam Maudya.

"Kapan-kapan kita ajak dia ke pantai"

Maudya mendongak menatap Arsyad dengan tatapan yang pria itu sendiri tak dapat mengartikannya.

Maudya menghela nafasnya pelan,"Sampai sekarang aku masih belum tahu tujuan kamu yang sebenarnya buat dekatin aku"

"Maaf kalau aku menyinggung,tapi aku takut saat aku udah bisa nerima kamu sebagai teman aku,justru kamu pergi ninggalin aku,atau bisa jadi kedekatan kamu cuman sebagai bentuk rasa kasihan ke sesama manusia yang sering dibully dan gak punya teman seperti aku"

"Kamu tahu sendiri,manusia sekarang lebih menyeramkan daripada hantu.Mereka memang terlihat peduli,namun di balik itu semua mereka punya dendam atau maksud tersendiri",ucap Maudya mengeluarkan uneg-unegnya.

Arsyad sendiri sudah membuang wajahnya dengan sesekali menghela nafas lelah.Sungguh ia lelah untuk meyakinkan gadis di sampingnya,bahwa ia benar-benar tulus ingin berteman dengan gadis itu.

"Sumpah dya.Gue harus bilang kayak gimana lagi kalau gue tulus beneran tulus mau temanan sama lo"

Maudya mendongak begitupun sebaliknya dengan Arsyad,pria itu menunduk menatap Maudya yang tingginya hanya sebatas bahunya.

Kedua netra berbeda warna itu saling mengunci dan menyelami satu sama lain membuat Maudya yang melihat begitu dalam dan hangatnya tatapan arsyad padanya tak sengaja menganggukkan kepalanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAUDYA || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang