Hari minggu adalah hari dimana seluruh manusia berlibur dan memanjakan tubuhnya. Namun sayangnya hal itu tak berlaku pada Maudya yang harus dipaksa bangun pagi untuk bekerja.
Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah gadis dengan rambut yang terikat rapi itu berjalan memasuki kamar sang adik. Dapat ia duga Laras masih tertidur lelap.
Membuka gorden usang dilanjutkan dengan jendela kamar Laras adalah hal yang biasa Maudya lakukan di lagi hari.
Dan setelahnya gadis itu berjalan menuju tempat dimana Laras tertidur.
"Laras bangun"
"Laras. Kak Maudy hitung sampai sepuluh kalau kamu nggak bangun kakak nggak bakal kasih uang jajan buat kamu"
Tak melihat pergerakkan sedikitpun dari Laras membuat Maudya geram. Gafis itu lantas mengguncang tubuh Laras membuat sangempu menggeliat merasa terganggu.
"Eugh..apasih kak.Laras masih ngantuk habis nonton film horor tadi malam sama kak Arsyad"
"Kakak juga nonton,tapi kakak gak semolor kamu ya la"
"CK..iyaa bentar Laras bangun, lima menit lagi deh", ujarnya dengan mata tertutup.
Maudya menghela nafasnya pelan,"kakak mau berangkat kerja, uang jajan kakak taruh di meja makan,sarapan kakak udah siapkan kamu jaga rumah jangan keluyuran,sama jangan lupa cuci sepatu sekolah--"
"Iyaa kak Maudy yang cantikk", potong Laras yang mulai jengah dengan ucappan Maudya.
Maudya memutar bola matanya malas lantas berlalu pergi, namun sebelum itu ia sempatkan menaruh selembar uang berwarna hijau di atas meja.
Merasa semua telah siap gadis itu segera berlalu keluar rumah, mengenakkan helm dan mulai menjalankan motor bututnya menuju rumah Bagaskara.
Senyumnya tak pernah luntur selama perjalanan menuju rumah Bagaskara.Ingatannya terlempar pada kejadian tadi malam, dimana Arsyad rela datang ke rumah hanya untuk memenuhi panggilan Laras yang ingin menonton film horor.Tak hanya itu, sikap pria itu yang begitu hangat dan senyumnya yang begitu candu entah mengapa berhasil mengusik perasaan Maudya.
Bohong jika Maudya tak baper atas perilaku serta tatapan Arsyad yang lembut padanya,bohong jika ia tak baper jika pria itu tiba-tiba perhatian padanya. Nyatanya ia juga sama dengan kebanyakkan wanita yang mudah terbawa suasana, apalagi dengan Arsyad yang memiliki tatapan lembut dan senyumannya yang hangat.
Ya. Maudya akui ia baper dengan tingkah Arsyad. Namun ia cukup tahu diri untuk melaju ke tahap suka.
Beberapa menit perjalanan akhirnya Maudya tiba di tempat tujuan.Gadia itu melepaskan helmnya kemudian berjalan memasuki masion.
"Pagi Maudya", sapa Calista yang baru keluar dari rumah. Seperti biasa,wanita itu menatap Maudya dengan senyuman manisnya.
"Pagi Bu"
"Kebetulan ketemu kamu. Jadi Maudya, hari ini saya dan suami saya akan keluar kota untuk mengurus sesuatu di sana. Jadi nggak papakan kalau saya tinggal?, Ohya kebetulan juga pembantu di rumah lagi pada cuti karena ada masalah, jadi kamu bisa nggak gantikan untuk dua hari aja"
"Maaf bu--"
"Tenang, kamu kerjanya nggak full satu hari. Kamu bisa part time, saya juga tahu kalau kamu masih sekolah"
"Dua hari aja Bu?"
"Iya dua hari aja,part time asal pekerjaan rumah terselesaikan"
Maudya terdiam sejenak lantas mengangguk menyanggupi.Toh pekerjaannya tak terlalu berat, selain itu juga ia sedang membutuhkan uang tambahan untuk membeli sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAUDYA || On Going
Teen Fiction#Cerita hasil imajinasi author.Plagiat harap menjauh!!! #beberapa part teracak,harap teliti dalam membaca!. Dia Maudya,Maudya Arabella Cantikka.Gadis cantik yang sayangnya memiliki masalah pada tubuhnya,atau lebih tepatnya orang-orang di sekitarnya...